KABARBURSA.COM – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sedang merayu Danantara. Maskapai nasional ini sedang berupaya untuk menyambung sayap di Tengah badai keuangannya yang Kembali memerah.
PT Garuda Indonesia, yang memiliki kode saham GIAA, sedang mendekati Danantara – lembaga investasi negara yang belum lama dibentuk – dengan tujuan mengajukan permintaan suntikan dana. Pembicaraan antara keduanya sudah dimulai, meski masih dalam tahap awal. Belum ada angka resmi yang disepakati, dan segala kemungkinan masih terbuka.
Dari catatan keuangan Garuda, diketahui bahwa setelah dua tahun mencatatkan keuntungan, maskapai ini kembali mencatat kerugian pada tahun lalu. Padahal, beberapa tahun terakhir sempat memberi harapan, terutama setelah lonjakan permintaan penerbangan pasca-Covid.
Namun realita di lapangan berkata lain. Tekanan operasional masih besar, dan kesulitan arus kas mulai terasa lagi.
Sejak November lalu, Garuda dipimpin Wamildan Tsani Panjaitan, direktur utama baru yang diamanahi untuk memperbaiki neraca perusahaan. Tapi tantangannya tak kecil.
Per Desember, utang Garuda tercatat USD1,4 miliar lebih besar dari total aset yang dimiliki. Ini membuat struktur modalnya belum sehat dan sulit bagi Garuda untuk mengakses pembiayaan eksternal tanpa dukungan tambahan.
Di hanggar, dampaknya terlihat nyata. Sedikitnya 15 pesawat Garuda tak bisa terbang karena biaya perawatan yang tertunggak. Bahkan sejumlah pemasok dikabarkan meminta pembayaran di muka untuk suku cadang dan jasa perawatan, sebagai bentuk kehati-hatian menghadapi situasi keuangan Garuda.
Restrukturisasi utang besar-besaran yang disepakati pada pertengahan 2022 memang sempat memberikan ruang bernapas. Kala itu, kewajiban sekitar USD9,6 miliar direstrukturisasi dalam skema yang disahkan pengadilan.
Namun masa berlaku restrukturisasi itu sudah berakhir pada Desember 2022, dan beban mulai kembali menumpuk.
Pemerintah sendiri telah melakukan langkah signifikan dengan mengalihkan 65 persen saham Garuda ke Danantara pada Maret lalu. Peralihan ini merupakan bagian dari strategi besar pemerintah dalam menata ulang perusahaan-perusahaan negara di bawah visi restrukturisasi Presiden Prabowo Subianto.
Danantara kini memegang kendali mayoritas atas Garuda dan jadi satu-satunya pintu yang bisa membuka jalan baru bagi kelangsungan maskapai.
Tantangan Tarif Batas Atas
Tapi persoalan Garuda bukan hanya soal utang. Di pasar domestik, maskapai ini menghadapi kendala tarif batas atas yang ditetapkan pemerintah. Kebijakan ini memang ditujukan untuk menjaga keterjangkauan harga tiket bagi Masyarakat.
Namun, di sisi lain kebijakan tersebut justru membuat ruang gerak maskapai untuk meningkatkan pendapatan menjadi sangat terbatas. Keseimbangan antara fungsi sosial dan keberlangsungan usaha menjadi ujian tersendiri.
Sebenarnya, Garuda Indonesia berkeinginan mengajukan revisi terkait tarif batas atas ini. Bahkan diakui Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi, Garuda ingin tarif batas ini dinaikkan.
“Pointnya, semua maskapai tidak mau aturan TBA (tarif batas atas) diubah, saya sudah tanya ke mereka. Kalau sekarang mereka semua tidak mau diubah, hanya Garuda yang mau TBA naik,” kata Dudy saat jumpa pers di Jakarta, Kamis, 8 Mei 2025.
Hanya saja, lanjut Menteri, ada beberapa maskapai yang mendorong adanya revisi aturan tarif perjalanan dekat, seperti Jakarta-Lampung. Usulan ini menurut Dudy cukup logis, karena biaya operasional maskapai rute jarak dekat menjadi tinggi jika dihitung per jam.
Untuk diketahui, Kementerian Perhubungan melalui Permenhub Nomor 51 Tahun 2014 menetapkan tarif batas atas sebagai harga jasa tertinggi yang diberlakukan berdasarkan komponen tarif jarak. Beleid tersebut terakhir kali diubah pada 2019, yang akhirnya menekan TBA hingga 13 persen.
Kini, semuanya bergantung pada Danantara, apakah lembaga ini siap mengucurkan dana dan membantu Garuda kembali mengudara secara penuh, atau menunggu restrukturisasi internal selesai dulu sebelum mengambil langkah lebih jauh.
Yang jelas, Garuda masih berupaya, belum menyerah. Garuda hanya butuh sayap tambahan untuk kembali terbang tinggi di langit Indonesia dan dunia.(*)