Logo
>

Greenback Semakin Layu: Franc Swiss Tersulut Keputusan SNB?

Dolar AS melemah tajam terhadap franc, euro, dan yen setelah nada dovish The Fed, perbedaan kebijakan bank sentral global, dan data tenaga kerja AS memperburuk tekanan.

Ditulis oleh Yunila Wati
Greenback Semakin Layu: Franc Swiss Tersulut Keputusan SNB?
Ilustrasi dolar AS. Foto: Dok KabarBursa.

KABARBURSA.COM – Dolar Amerika Serikat atau greenback terus terpukul. Posisinya terjerembab ke lubang terdalam selama beberapa bulan terakhir. Terhadap sejumlah mata uang utama, greenback terlihat semakin layu lantaran kebijakan moneter AS membuat pelaku pasar mulai menurunkan proyeksi pengetatannya dan beralih meningkatkan peluang pelonggaran lanjutan.

Kinerja dolar terlihat paling rapuh terhadap franc Swiss. Mata uang Amerika turun 0,6 persen ke 0,7947 setelah sempat menyentuh titik terendah sejak pertengahan November. 

Penguatan franc mencerminkan respons cepat pasar terhadap keputusan Swiss National Bank yang mempertahankan suku bunga di 0 persen. Sikap SNB yang menilai prospek ekonomi Swiss membaik setelah kesepakatan pengurangan tarif dengan AS, memberi dorongan tambahan bagi franc, meskipun inflasi berada di bawah ekspektasi. 

Nada positif yang disampaikan Chairman Martin Schlegel bahwa ambang batas bagi suku bunga negatif tetap sangat tinggi. Hal ini menambah keyakinan pasar bahwa SNB tidak terburu-buru kembali pada kebijakan ultra-longgar. Dampaknya, franc tampil sebagai salah satu mata uang terkuat dalam sesi perdagangan tersebut.

Euro turut memperlihatkan penguatan signifikan dengan bergerak ke USD1,1740, level tertinggi sejak awal Oktober. Penguatan euro sebagian besar dipicu oleh perbedaan arah kebijakan bank sentral global. 

Sejumlah pejabat Bank Sentral Eropa belakangan mengisyaratkan kemungkinan adanya pengetatan lanjutan. Hal ini membuat pasar menempatkan ECB dalam posisi lebih hawkish dibanding The Fed. Hal ini memicu repricing yield Eropa dan menambah tekanan terhadap dolar. 

Sementara poundsterling bergerak mendatar di USD1,3387 setelah sempat mencapai level tertinggi dua bulan.

Yen Manfaatkan Status Safe Haven

Terhadap yen, dolar turun 0,3 persen menjadi 155,61. Pelemahan ini terjadi meskipun Bank of Japan belum memberikan sinyal kenaikan suku bunga. Namun, dalam kondisi ketika dolar terseret oleh perubahan persepsi the Fed dan melemahnya imbal hasil obligasi AS, yen kembali memanfaatkan statusnya sebagai salah satu mata uang safe haven yang sensitif terhadap pergerakan yield Treasury.

Pada awal sesi, dolar sempat memperoleh dukungan setelah saham Asia dan futures AS melemah lantaran laporan kinerja Oracle yang mengecewakan. Kecemasan baru mengenai besarnya belanja infrastruktur AI yang berpotensi melampaui profitabilitas, juga sempat memicu aversi risiko. 

Namun, dukungan terhadap dolar menghilang ketika fokus pasar kembali tertuju pada diferensiasi kebijakan moneter global yang berkembang cukup jelas.

Katalis tambahan pelemahan dolar muncul dari data tenaga kerja AS. Klaim pengangguran naik menjadi 236.000, sebuah level tertinggi dalam hampir empat setengah tahun. Data ini mempertegas bahwa pasar tenaga kerja menunjukkan tanda pendinginan. 

Penurunan imbal hasil US Treasury menambah bobot tekanan. Setelah The Fed mengumumkan rencana pembelian T-bills sebesar USD40 miliar dan tambahan reinvestasi USD15 miliar dari jatuh tempo MBS, total injeksi likuiditas USD55 miliar memberikan efek negatif untuk dolar. 

Peningkatan likuiditas memperlemah daya tarik greenback sebagai aset safe haven, meski membantu stabilisasi pasar obligasi.

Di sisi lain, performa dolar Australia melemah setelah data tenaga kerja menunjukkan penurunan jumlah pekerjaan. Kondisi ini membuat dolar Australia turun 0,2 persen ke USD0,6663.

Secara keseluruhan, perdagangan hari ini menunjukkan bahwa pelemahan dolar AS tidak hanya didorong oleh satu katalis, tetapi oleh gabungan faktor. Mulai dari nada The Fed yang lebih dovish dari ekspektasi pasar, arah kebijakan global yang relatif lebih hawkish di luar AS, data tenaga kerja yang melemah, serta injeksi likuiditas yang menurunkan imbal hasil Treasury. 

Sementara itu, kekuatan franc, euro, dan sejumlah mata uang G10 lainnya menegaskan bahwa siklus pelemahan dolar dapat bertahan selama ketidakpastian kebijakan The Fed masih tinggi dan pasar global terus melakukan penyesuaian terhadap perbedaan arah kebijakan bank sentral utama.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79