KABARBURSA.COM - Indeks Hang Seng di Hong Kong kembali mencatat pelemahan pada perdagangan Senin, 22 September 2025, ditutup turun 201 poin atau 0,8 persen ke level 26.344. Pergerakan ini menghapus stabilitas yang sempat terjadi pada sesi sebelumnya dan mencerminkan meningkatnya kekhawatiran pasar global.
Tekanan muncul seiring anjloknya kontrak berjangka saham AS menjelang sejumlah agenda penting, termasuk pidato para pejabat Federal Reserve dan rilis data inflasi Amerika Serikat yang akan menjadi penentu arah kebijakan moneter berikutnya.
Kehati-hatian investor juga semakin diperkuat oleh faktor domestik. Hong Kong tengah menanti data inflasi Agustus yang dijadwalkan keluar pada hari ini. Angka inflasi menjadi sorotan penting, karena akan mempengaruhi sentimen konsumsi dan daya beli masyarakat di tengah ketidakpastian ekonomi.
Di saat bersamaan, kota tersebut sedang bersiap menghadapi salah satu badai terkuat dalam beberapa tahun terakhir, super topan Ragasa. Otoritas Bandara Hong Kong bahkan mengumumkan penghentian sementara seluruh penerbangan penumpang selama 36 jam mulai Selasa malam, 23 September 2025. Ini menjadi langkah yang diperkirakan akan menambah tekanan pada aktivitas ekonomi jangka pendek.
Pelemahan Tertahan Suku Bunga PBoC
Meskipun pelemahan terjadi, ada faktor penahan yang mencegah penurunan lebih dalam. Bank Sentral Tiongkok (PBoC) memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga pinjaman utama pada rekor terendah untuk bulan keempat berturut-turut di September.
Kebijakan ini sejalan dengan ekspektasi pasar dan mencerminkan upaya otoritas menjaga likuiditas sekaligus menopang pertumbuhan ekonomi yang masih rapuh.
Namun, tekanan dari sektor saham tertentu tetap mendominasi. Saham properti menjadi yang paling tertekan dengan koreksi lebih dari 1 persen, disusul sektor keuangan, konsumsi, dan teknologi. BYD Co. melemah 2,2 persen setelah dokumen resmi menunjukkan Berkshire Hathaway telah sepenuhnya melepas kepemilikan sahamnya yang telah bertahan selama 17 tahun.
Sentimen negatif juga menekan saham-saham besar lain seperti Citic yang anjlok 6,3 persen, SITC International turun 5,9 persen, Techtronic Industries terkoreksi 4 persen, serta Kuaishou Technology yang melemah 2,2 persen.
Secara keseluruhan, pelemahan Hang Seng kali ini mencerminkan perpaduan faktor global dan domestik. Kekhawatiran akan arah kebijakan moneter AS, data inflasi Hong Kong, dan dampak ekonomi dari topan Ragasa menambah lapisan ketidakpastian di pasar.
Walau kebijakan moneter longgar dari Tiongkok mampu menjadi penyangga, tekanan dari aksi jual di sektor properti, keuangan, hingga teknologi memperlihatkan bahwa investor masih memilih sikap defensif.
Dalam waktu dekat, arah Hang Seng akan sangat ditentukan oleh perkembangan inflasi AS dan dampak nyata badai Ragasa terhadap aktivitas ekonomi kawasan.(*)