KABARBURSA.COM - Harga minyak menyusut 1 persen pada perdagangan Selasa, 2 Desember 2025 karena pasar mempertimbangkan harapan perdamaian Rusia-Ukraina menipis.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent berjangka ditutup 72 sen lebih rendah, atau 1,1 persen sebesar USD62,45 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS juga turun 68 sen atau 1,15 persen di level USD58,64 per barel.
Disebutkan, saat ini para investor mengalihkan fokus ke perundingan damai antara Rusia-Ukraina. Hal ini terjadi setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin bertemu dengan utusan khusus Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump Steve Witkoff Kremlin pada hari Selasa.
"Harga minyak terkendali di tengah ekspektasi perundingan damai Ukraina yang dapat mencabut pembatasan pasokan Rusia," ujar Clayton Seigle, peneliti senior di Center for Strategic and International Studies.
Namun, Clayton memandang harapan tersebut kemungkinan akan pupus, dan pasar akan menghadapi risiko gangguan yang lebih besar karena energi masih menjadi sasaran kritik dari kedua belah pihak.
Mengutip Reuters, tepat sebelum pertemuan tersebut, Putin memperingatkan kekuatan-kekuatan Eropa bahwa jika mereka memulai perang dengan Rusia, Moskow siap merespons.
Putin juga mengancam akan memutus akses Ukraina ke laut sebagai tanggapan atas serangan pesawat tak berawak terhadap kapal tanker "armada bayangan" Rusia di Laut Hitam.
Adapun presiden Rusia itu ddijadwalkan bakal mengunjungi India selama dua hari untuk mempromosikan penjualan lebih lanjut minyak Rusia, sistem rudal, dan jet tempur. Langkah ini merupakan upaya guna memulihkan hubungan energi dan pertahanan yang terdampak tekanan AS terhadap negara Asia Selatan tersebut.
Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group mengatakan kondisi yang beragam ini mengakibat penurunan harga minyak. Padahal, kata dia, sebelumnya pasa yakin bahwa Rusia akan terus menjadi pemasok minyak ke India.
"Namun, komentar Putin mengisyaratkan bahwa kesepakatan damai mungkin tidak sedekat yang diharapkan pasar," ujar Flynn.
Kekhawatiran terbaru tentang kelebihan pasokan, yang memberi tekanan pada harga, telah diimbangi oleh serangan terhadap infrastruktur Rusia selama akhir pekan dan ketegangan antara AS dan Venezuela.
Pada hari Senin, Konsorsium Pipa Kaspia mengatakan telah melanjutkan pengiriman minyak dari satu titik tambatan di terminal Laut Hitam menyusul serangan pesawat tak berawak besar Ukraina pada hari Sabtu.
Sebuah kapal tanker berbendera Rusia yang memuat minyak bunga matahari melaporkan serangan pesawat tak berawak di lepas pantai Turki pada hari Selasa.
Adapun OPEC+ sepakat untuk tidak mengubah tingkat produksi minyak untuk kuartal I tahun 2026 pada pertemuannya hari Minggu. Hal itu terjadi karena OPEC+ memperlambat upayanya untuk mendapatkan kembali pangsa pasar, di tengah kekhawatiran akan kelebihan pasokan yang membayangi.(*)