Logo
>

Harga Batu Bara Terus Tertekan Lemahnya Permintaan China dan Kondisi India

Harga batu bara jatuh ke level terendah dua bulan akibat lonjakan impor musiman China dan penurunan permintaan India, menegaskan tren bearish global.

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Batu Bara Terus Tertekan Lemahnya Permintaan China dan Kondisi India
Ilustrasi tambang batu bara. Foto: The Edge Malaysia.

KABARBURSA.COM - Harga batu bara global kembali tertekan, dengan penutupan di level USD107,5 per ton pada Senin, 8 September 2025. Tekanan menyebabkan harga batu bara melemah 1,29 persen. 

Penurunan ini bukan sekadar koreksi harian, melainkan kelanjutan dari tren negatif yang sudah berlangsung tiga hari berturut-turut dengan akumulasi pelemahan 2,14 persen. Posisi ini bahkan menjadi yang terendah sejak akhir Juni, dan menegaskan sentimen bearish yang tengah melanda pasar komoditas energi tersebut.

Tekanan dari China dan Dinamika India

China, sebagai konsumen terbesar batu bara dunia, memberikan sinyal campuran yang berpengaruh besar pada harga. Data Agustus mencatat impor melonjak hingga 42,74 juta ton, tertinggi dalam delapan bulan terakhir. 

Lonjakan ini didorong oleh melemahnya produksi domestik akibat pembatasan output sejak Juli serta meningkatnya harga lokal, sehingga membuat arbitrase impor lebih menarik. 

Namun secara tahunan, gambarnya jauh berbeda: total impor Januari–Agustus turun 12 persen YoY menjadi 299,94 juta ton.

Artinya, kenaikan Agustus lebih mencerminkan faktor musiman dan respons terhadap kondisi harga domestik ketimbang tren permintaan jangka panjang. Prediksi Shenhua Energy, anak usaha raksasa tambang China, memperkuat pandangan ini dengan menyebut impor sepanjang semester kedua 2025 tetap di bawah level tahun lalu. 

Sinyal lainnya datang dari sektor logistik, tarif angkutan laut di pesisir China jatuh tajam karena lemahnya permintaan hilir dan kelebihan kapasitas kapal. Hal ini membuat tekanan harga semakin sulit ditahan, meski harga di area tambang sempat sedikit pulih.

Di India, konsumen batu bara terbesar kedua setelah China, juga menunjukkan tren melemah. Data Juli 2025 mencatat impor hanya 21,08 juta ton, turun 16,4 persen dibanding periode sama tahun lalu. 

Penurunan ini erat kaitannya dengan musim hujan yang menekan aktivitas industri dan kebutuhan listrik, ditambah tingginya stok domestik yang membuat kebutuhan impor berkurang. 

Dalam periode fiskal April–Juli 2025/2026, tren penurunan impor juga semakin nyata, seiring dengan kenaikan produksi domestik yang mengurangi ketergantungan pada pasokan luar negeri.

Sentimen Pasar Global dan Outlook Batu Bara

Kombinasi dari kedua negara raksasa ini membuat pasar batu bara global berada dalam tekanan berlapis. Di satu sisi, lonjakan impor China di Agustus sempat memberi harapan, tetapi tren tahunan justru menegaskan perlambatan struktural akibat kelebihan kapasitas, lemahnya permintaan hilir, dan faktor makro seperti deflasi serta ketegangan dagang dengan Amerika Serikat. 

Di sisi lain, India justru bergerak ke arah penurunan impor yang konsisten, menandakan adanya pergeseran mendasar dalam rantai pasok energinya.

Dengan permintaan yang lemah dari dua pasar utama, harga batu bara global berisiko tetap tertekan dalam waktu dekat. Sentimen bearish semakin diperkuat oleh kelebihan kapasitas angkutan laut, lemahnya permintaan dari pembangkit listrik dan industri, serta tingginya persediaan domestik di negara konsumen utama. 

Jika tren ini berlanjut, batu bara kemungkinan akan bertahan di level rendah, kecuali ada faktor pemicu baru seperti gangguan pasokan besar-besaran atau lonjakan permintaan musiman yang lebih kuat dari perkiraan.

Singkatnya, pasar batu bara kini berada di persimpangan antara kebutuhan sesaat dan tren jangka panjang. Lonjakan impor China di Agustus lebih bersifat sementara, sementara tren struktural di China dan India sama-sama menunjukkan pelemahan. 

Itu sebabnya, prospek harga masih condong negatif, dengan investor dan pelaku pasar perlu mewaspadai potensi tekanan berlanjut sepanjang sisa tahun ini.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79