KABARBURSA.COM – Harga emas bergerak sempit pada perdagangan Jumat pagi WIB, 19 Desember 2025. Emas spot turun 0,2 persen ke level USD4.330,39 per ons setelah sehari sebelumnya bergerak mendekati rekor tertinggi di USD.381,21.
Gerak sempit emas disebabkan laporan indeks harga konsumen AS yang mencatat inflasi tahunan sebesar 2,7 persen pada November. Angka ini jauh di bawah ekspektasi pasar di kisaran 3,1 persen. Turunnya harga emas juga tertahan data pengangguran dinamika pasar tenaga kerja.
Pada data November, angka pengangguran naik signifikan dan memberi sinyal bahwa ekonomi AS mulai melambat. Kondisi ini menciptakan tarik-menarik sentiment bagi emas.
Namun, pelemahan ini adalah hal yag wajar. Sejumlah pelaku pasar menilai prospek emas tetap konstruktif. Target harga di atas USD4.500 hingga area psikologis USD5.000 per ons masih dianggap realistis, selama pelonggaran kebijakan moneter global berlanjut dan ketidakpastian ekonomi tetap tinggi.
Sementara emas cenderung terkoreksi ringan, pergerakan logam mulia lainnya justru menunjukkan dinamika yang lebih agresif. Harga perak turun 1,5 persen ke USD65,3 per ons setelah mencetak rekor baru pada sesi sebelumnya.
Koreksi ini lebih bersifat teknikal, mengingat perak telah melonjak sekitar 126 persen sepanjang tahun berjalan. Lonjakan tersebut didorong oleh kombinasi permintaan investasi yang kuat dan kekhawatiran terhadap defisit pasokan, membuat volatilitas perak jauh lebih tinggi dibanding emas.
Platinum justru melonjak 1,2 persen ke USD1.922,05 per ons, level tertinggi dalam lebih dari 17 tahun. Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya permintaan dari China, yang kembali aktif menyerap platinum baik untuk kebutuhan industri maupun investasi.
Palladium bahkan mencatat lonjakan lebih tajam sebesar 3,7 persen ke USD1.708,72 per ons, mendekati puncak hampir tiga tahun.
Pola ini menunjukkan bahwa reli logam mulia kini tidak lagi terpusat pada emas semata. Minat pasar meluas ke perak, platinum, dan paladium, mencerminkan kombinasi faktor makro dan fundamental sektoral, mulai dari kebijakan moneter hingga permintaan industri.
Dalam konteks ini, pelemahan emas terlihat lebih sebagai konsolidasi sehat setelah reli panjang, bukan sinyal pembalikan arah.
Secara keseluruhan, performa harga emas dunia saat ini mencerminkan fase penyesuaian sentimen. Inflasi yang melandai menekan narasi lindung nilai jangka pendek, tetapi prospek suku bunga rendah dan ketidakpastian ekonomi global masih menjaga daya tarik emas dalam jangka menengah hingga panjang.
Dengan volatilitas yang kini menyebar ke seluruh kompleks logam mulia, arah pergerakan berikutnya akan sangat ditentukan oleh konsistensi data inflasi, kondisi pasar tenaga kerja, serta kecepatan dan skala pelonggaran kebijakan moneter global.(*)