KABARBURSA.COM - Harga emas spot kembali mencapai rekor tertinggi senilai USD3.990,85 per ons pada perdagangan Selasa, 7 Oktober 2025. sementara harga emas berjangka Amerika Serikat (AS) untuk pengiriman Desember sedikit melampaui level USD4.000 per ons.
Mengutip Reuters, beberapa analis mencatat rekor kecepatan investor mengalokasikan dananya ke logam mulia melalui ETF. Dikatakan, saat ini banyak investor mulai waspada terhadap valuasi pasar saham yang selangit dan memandang emas sebagai aset safe haven yang memberikan perlindungan dari ketidakpastian kebijakan ekonomi dan geopolitik.
Adapun perlu diketahui, harga emas batangan naik 51 persen tahun ini, lonjakan terbesar sejak 1979, menurut data LSEG.
State Street Investment Management mengatakan arus masuk ke ETF AS seperti SPDR Gold Shares (GLD.P) telah mencetak rekor sepanjang masa sebesar USD35 miliar hingga akhir September, melampaui rekor setahun penuh sebelumnya sebesar USD29 miliar, yang dicetak pada tahun 2020.
Menurut data dari World Gold Council, secara global arus masuk ke ETF emas mencapai USD64 miliar tahun ini, dengan rekor USD17,3 miliar pada bulan September.
Para analis mengatakan investor yakin emas dapat mempertahankan nilai di tengah tantangan kebijakan ekonomi dan meningkatnya ketegangan geopolitik. Mereka juga berharap emas dapat meredam kenaikan besar yang mungkin telah mereka raih tahun ini seiring lonjakan saham akibat ledakan kecerdasan buatan.
"Ada semacam 'barbelling' di sini, di mana emas menjadi lindung nilai terhadap kegagalan ledakan teknologi berbasis AI dalam memenuhi janjinya dan implikasi kebijakan dari kejatuhan," kata Thierry Wizman, ahli strategi valuta asing dan suku bunga global di Macquarie Group.
Investor Dinilai Lebih Pilih Emas, IHSG Terancam Bearish Pekan ini
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyesikan bergerak bearish atau cenderung menurun pada pekan ini.
Managing Director Research & Digital Production Samuel Sekuritas, Harry Su mengatakan perkiraan penurunan IHSG pekan ini tidak lepas dari aksi investor yang lebih memilih ke aset lindung nilai seperti emas.
"Harga emas global masih menunjukkan kekuatan, bahkan mencetak rekor baru di atas USD3,900/oz, kami melihat saham-saham gold related masih akan menguat seperti BRMS dan ARCI," ujar dia dalam risetnya kepada Kabarbursa.com, Senin, 6 Oktober 2025.
Di sisi lain, Harry menyampaikan tekanan jual asing diperkirakan masih akan berlanjut di sektor perbankan. Hal ini, kata dia, dikarenakan pelemahan rupiah.
"Dan juga result 8M25 perbankan yang belom menunjukan perbaikan di margin bunga (NIM)," ungkapnya.