Logo
>

Harga Emas Dunia Tertekan Kenaikan Dolar

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Emas Dunia Tertekan Kenaikan Dolar

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga emas dunia mengalami pelemahan pada penutupan perdagangan Rabu, 2 Oktober 2024, waktu setempat atau Kamis, 3 Oktober 2024, waktu Indonesia Barat (WIB). Investor global terus memantau perkembangan konflik di Timur Tengah yang berpotensi mempengaruhi stabilitas pasar.

    Emas spot turun sebesar 0,5 persen menjadi USD2.649,41 per ons, setelah sebelumnya sempat mencatat kenaikan lebih dari 1 persen sehari sebelumnya. Ketegangan antara Iran dan Israel, menyusul serangan misil balistik Iran terhadap Israel, telah menimbulkan kekhawatiran yang membuat pelaku pasar berhati-hati. Meski demikian, tekanan terhadap emas datang dari penguatan dolar AS, yang mengurangi daya tarik logam mulia tersebut.

    Kontrak emas berjangka AS juga mencatat pelemahan yang lebih besar, dengan penurunan sebesar 0,8 persen menjadi USD2.669,7 per ons. Penguatan dolar AS yang lebih tinggi memberikan tekanan pada harga emas. Dolar yang lebih kuat biasanya membuat emas, yang dihargai dalam mata uang ini, menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, sehingga permintaan pun cenderung menurun.

    Tekanan Penguatan Dolar dan Ketidakpastian Geopolitik

    Bob Huberkorn, Senior Market Strategist di RJO Futures, mengatakan bahwa meskipun koreksi harga emas sebagian besar disebabkan oleh penguatan dolar, ketidakpastian di pasar tetap tinggi.

    "Ada banyak ketidakpastian ke depan. Sangat mungkin harga emas melampaui USD2.700 per ons, terutama jika Israel benar-benar menyerang Iran," ungkap Huberkorn.

    Situasi di Timur Tengah memang menjadi faktor dominan yang mempengaruhi pergerakan harga emas. Ketegangan geopolitik yang meningkat sering kali menyebabkan investor beralih ke emas sebagai aset aman. Meskipun harga emas saat ini terkoreksi, konflik yang berlarut-larut berpotensi mendorong harga naik lebih tinggi.

    Suku Bunga Rendah dan Prospek Kenaikan Harga Emas

    Selain ketegangan geopolitik, prospek suku bunga yang rendah di Amerika Serikat turut mendukung kenaikan harga emas sepanjang tahun ini. Daniel Hynes, Senior Strategist di ANZ, menjelaskan bahwa suku bunga riil yang rendah akan terus menjadi faktor yang mendorong harga emas ke depannya. Pelaku pasar kini memperkirakan kemungkinan 61 persen bahwa Federal Reserve akan memotong suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan November.

    Sentimen pasar juga didorong oleh data ekonomi terbaru. Laporan ADP National Employment menunjukkan peningkatan 143.000 pekerjaan di sektor swasta selama bulan September, yang menjadi sinyal positif bagi ekonomi AS. Data ini dinantikan oleh investor sebagai petunjuk penting jelang rilis laporan nonfarm payrolls pada Jumat, 4 Oktober 2024. Laporan tersebut akan memberikan gambaran lebih jelas tentang kondisi tenaga kerja dan kemungkinan langkah selanjutnya dari kebijakan moneter The Fed.

    Logam Lain Menguat

    Sementara emas mengalami pelemahan, logam mulia lainnya mencatatkan kinerja positif. Harga perak naik 0,7 persen menjadi USD31,63 per ons, sementara platinum menguat 2 persen menjadi USD1.005,55 per ons. Paladium juga mencatatkan kenaikan sebesar 1,9 persen menjadi USD1.014,25 per ons. Kenaikan harga di pasar logam lainnya didorong oleh berbagai faktor, termasuk permintaan industri yang stabil dan sentimen positif dari investor yang mencari diversifikasi aset.

    Secara keseluruhan, meskipun harga emas saat ini sedang mengalami tekanan, logam mulia tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan dari ketidakpastian global. Dengan ketegangan geopolitik yang terus meningkat dan prospek suku bunga rendah, harga emas masih berpotensi untuk kembali menguat di masa mendatang.

    Emas Sempat Naik

    Pada perdagangan Rabu, 2 Oktober 2024, harga emas sempat melonjak 1 persen pada Selasa, 1 Oktober 2024, seiring meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven setelah ketegangan di Timur Tengah meningkat. Iran menembakkan rudal-rudal balistik ke Israel yang memicu kekhawatiran akan potensi perang besar di kawasan tersebut.

    Akibatnya, harga emas spot naik 1 persen ke angka USD2.661,63 per ons, mendekati rekor tertinggi sepanjang masa di USD2.685 yang dicapai pada 26 September. Sementara itu, kontrak berjangka emas Amerika Serikat (AS) ditutup menguat 0,9 persen di USD2.690,3.

    Serangan rudal dari Iran ini merupakan respons atas serangan militer Israel terhadap Hizbullah, kelompok yang didukung oleh Iran di Lebanon.

    Menurut analis senior di Kitco Metals Jim Wyckoff, ancaman perang besar di Timur Tengah dapat terjadi jika serangan rudal tersebut menimbulkan korban serius di Israel. Hal inilah yang dikhawatirkan oleh para pelaku pasar, yang mendorong peningkatan permintaan emas sebagai aset safe haven.

    Emas sering kali dipilih sebagai instrumen investasi yang aman saat terjadi ketidakpastian politik atau gejolak finansial.

    Namun, Tai Wong, pedagang logam independen di New York, menilai bahwa pembelian emas ini lebih bersifat naluriah.

    “Kecuali serangan rudal Iran berhasil menimbulkan kerusakan besar di Israel, situasinya mungkin mirip dengan serangan pada April, di mana sebagian besar rudal berhasil dicegat,” ujarnya.

    Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS 10 tahun mengalami penurunan, membuat emas yang tidak memberikan imbal hasil lebih menarik bagi para investor.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79