KABARBURSA.COM – Harga emas global kembali menguat pada perdagangan Kamis waktu setempat, 23 Oktober 2025. Aset safe-haven ini mengambil posisi di USD4.132,76 per Ons.
Dua hari sebelumnya, harga emas mengalami tekanan, yang disebabkan oleh dinamika geopolitik, ekspektasi moneter, dan perilaku investor global yang cenderung berhati-hati jelang rilis data inflasi Amerika Serikat.
Emas spot melonjak 1 persen menjadi USD4.132,76 per ons setelah sempat jatuh ke level terendah dalam dua pekan. Sedangkan emas berjangka untuk kontrak pengiriman Desember ditutup melesat 2 persen, menjadi USD4.145,60 per ons.
Peter Grant dari Zaner Metals mengatakan, faktor-faktor yang menopang reli emas sepanjang tahun ini tetap kokoh. Salah satu pemicu signifikannya Adalah meningkatnya tensi antara Amerika Serikat dengan Rusia. Diketahui, AS tengah memberikan sanksi baru terhadap perusahaan minyak besar Rusia, yaitu Lukoll dan Rosneft.
Kemudian, ketegangan dagang dengan China yang mencuat lagi, lantaran Washingtong sedang mempertimbangkan pembatasan ekspor peranglat lunak berteknologi tinggi ke Beijing.
Kedua ketegangan ini memicu lonjakan permintaan terhadap aset lindung nilai seperti emas.
Ekspektasi Penurunan Suku Bunga Masih Tinggi
Secara maksro, pasar saat ini sedang menunggu data inflasi Amerika (CPI) untuk September. CPI diproyeksikan tetap di 3,1 persen. Data ini menjadi titik krusial dalam menilai arah kebijakan Federal Reserve.
Saat ini, ekspektasi pasar menunjukkan peluang besar bagi penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin. Bahkan, ada kemungkinan tambahan peangkasan pada Desember mendatang.
Nah, karena emas adalah aset tampa imbal hasil, penurunan suku bunga biasanya meningkatkan daya Tariknya dibandingkan aset berbunga seperti obligasi. Karena itu, pelonggaran moneter ditambah dengan ketidakpastian global, menciptakan pondasi yang mendukung kenaikan harga logam mulia ini.
Sepanjang tahun ini, performa emas berjalan luar biasa. Ada kenaikan sekitar 57 persen dan menjadikan emas sebagai salah satu aset dengan kinerja terbaik di pasar global.
Lonjakan ini sejalan dengan meningkatnya pembelian oleh bank sentral dunia yang berupaya mendiverfisikasi Cadangan mereka dari dolar AS. Begitu pula dengan aliran dana dari investor institusional yang mencari perlindungan dari volatilitas pasar saham dan obligasi.
Proyeksi JP Morgan dan Performa Logam Mulia Lainnya
Kenaikan harga emas yang luar biasa ini membuat JP Morgan memberikan proyeksinya. Menurut JP Morgan, harga emas dapat menembus rata-rata USD5.055 per ons di kuarta; IV 2025. Prediksi ini bisa terjadi jika tren permintaan investor dan pembelian bank sentral bertahan di kisaran 566 ton per kuartal.
Sementara itu, logam mulia lainnya seperti perak, platinum, dan palladium, ikut bergerak dan berada dalam fase bullish yang terkoordinasi.
Perak spot naik 1,1 persen menjadi USD49,07 per ons. Platinum bertambah 0,5 persen ke USD1.629,44. Sementara, paladium menguat 0,4 persen ke USD1.453,90.
Kenaikan serentak ini memperlihatkan bahwa sentiment positif terhadap sektor logam berharga tidak terbatas pada emas, melainkan adanya keyakinan pasar terhadap potensi inflasi yang berkelanjutan dan lemahnya prospek dolar.
Dengan begitu, penguatan emas bukan hanya reaksi sesaat terhadap berita geopolitik, tetapi cerminan dari keseimbangan baru di pasar global. Dunia sedang memasuki fase di mana risiko geopolitik tinggi, inflasi sulit turun ke target, dan bank sentral besar mulai mengendurkan kebijakan moneter.
Dalam konteks ini, emas kembali menegaskan statusnya sebagai aset lindung nilai utama. Bukan sekadar simbol keindahan, tetapi barometer ketegangan dan ketidakpastian dunia modern.(*)