Logo
>

Harga Emas Melemah, Setelah Sinyal Damai Dagang AS-Uni Eropa

Harga emas turun usai kabar AS-Uni Eropa hampir sepakat tarif dagang 15 persen, memicu pelaku pasar keluar dari aset safe haven di tengah reli pasar saham global.

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Emas Melemah, Setelah Sinyal Damai Dagang AS-Uni Eropa
Ilustrasi emas. (Foto: FOREXimf)

KABARBURSA.COM - Harga emas global turun tajam pada perdagangan Kamis dinihari WIB, 24 Juli 2025, seiring investor mulai menarik diri dari aset-aset lindung nilai menyusul kabar bahwa Amerika Serikat dan Uni Eropa mendekati kesepakatan dagang besar. 

Kabar ini memicu pelemahan permintaan safe haven, membuat harga emas terkoreksi meskipun sempat menyentuh level tertingginya dalam lebih dari sebulan.

Hingga pukul 14:33 waktu New York, harga emas di pasar spot tercatat turun 1,1 persen ke USD3.394,64 per troy ounce. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS turun lebih dalam, sebesar 1,3 persen ke USD3.397,60 per ounce.

Penurunan harga emas terjadi bersamaan dengan laporan bahwa AS dan Uni Eropa hampir mencapai kesepakatan tarif 15 persen atas barang-barang Eropa yang masuk ke Amerika Serikat. 

Pada hari yang sama, Presiden Donald Trump juga menandatangani kesepakatan dagang dengan Jepang yang menurunkan bea impor mobil. Kedua langkah ini dipandang sebagai kemajuan signifikan dalam arah negosiasi dagang AS di berbagai front.

“Pasar saham sedang cukup solid dan itu menekan permintaan emas,” kata Kepala Strategi Komoditas di TD Securities Bart Melek. 

Menurutnya, kesepakatan dagang tersebut mengindikasikan tidak akan ada eskalasi tarif besar-besaran dari Uni Eropa, yang pada akhirnya memicu pergeseran investor menuju aset berisiko.

Selama ini, emas cenderung menguat di tengah ketidakpastian ekonomi atau geopolitik. Di sisi lain, ketika risiko memudar dan pasar kembali mencari imbal hasil, logam mulia seperti emas kehilangan daya tariknya karena tidak memberikan hasil bunga. 

Ditambah lagi, ekspektasi pasar terhadap langkah The Federal Reserve juga berperan dalam menekan harga. Mayoritas pelaku pasar kini tidak lagi melihat kemungkinan pemangkasan suku bunga dalam pertemuan The Fed bulan Juli ini. 

Meski begitu, jajak pendapat Reuters menunjukkan semakin banyak ekonom yang mengkhawatirkan independensi The Fed yang kian rentan oleh tekanan politik.

Pasar Logam Mulia Tunjukkan Dinamika: Perak Melesat

Sementara emas terkoreksi, pasar logam mulia lainnya justru menunjukkan dinamika berbeda. Perak sempat melesat menyentuh level tertingginya sejak September 2011, sebelum akhirnya ditutup sedikit melemah 0,1 persen ke USD39,24 per ounce. 

Lonjakan tersebut tak lepas dari kombinasi antara permintaan industri yang kuat, defisit pasokan yang berkepanjangan, dan meningkatnya minat investor.

Alexander Zumpfe, trader logam mulia di Heraeus Metals Jerman, menyebut perak punya potensi menembus level psikologis USD40, terutama jika harga emas kembali naik, dolar AS melemah, atau ketatnya pasokan fisik makin terasa di pasar Asia. 

“Jika premi fisik di pasar utama Asia kembali naik, itu bisa menjadi pemicu lanjutan,” katanya.

Berbeda nasib dialami logam lain. Harga platinum turun 2,1 persen ke USD1.411,63, sementara palladium melemah 0,2 persen ke USD1.271,98. 

Pelemahan ini mencerminkan tekanan dari sisi permintaan serta ketidakpastian pasar terhadap arah kebijakan tarif yang bisa berdampak pada rantai pasok industri otomotif, sektor utama pengguna logam-logam tersebut.

Secara keseluruhan, pasar logam mulia sedang mengalami momen peralihan. Sinyal damai dagang dan pergeseran fokus investor ke aset-aset berisiko membuat emas harus rela tersingkir dari pusat perhatian. 

Namun, bagi sebagian investor, logam mulia tetap menjadi instrumen penting untuk diversifikasi, terutama jika ketidakpastian kembali muncul dalam beberapa bulan ke depan.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79