KABARBURSA.COM – Harga emas dunia melemah hampir 1 persen pada perdagangan Senin, 26 Mei 2025, setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump membatalkan ancamannya untuk mengenakan tarif 50 persen atas barang-barang asal Uni Eropa mulai 1 Juni. Keputusan tersebut menurunkan permintaan terhadap emas sebagai aset lindung nilai (safe haven).
Seperti dikutip dari Reuters, harga spot emas tercatat turun 0,8 persen ke level USD3.332,04 per ons pada pukul 12.50 GMT. Sementara kontrak berjangka emas di AS juga merosot 1 persen ke posisi USD3.331,90 per ons.
“Ini bisa dibilang hari perdagangan yang bergerak dalam rentang sempit,” ujar Giovanni Staunovo, analis UBS, yang menilai pelemahan harga emas hari ini dipicu oleh keputusan Trump yang menunda tarif tambahan terhadap Uni Eropa. “Dengan libur Memorial Day di AS, volume perdagangan hari ini juga diperkirakan rendah.”
Sebagaimana diketahui, bursa saham di Amerika Serikat dan Inggris tutup pada Senin karena libur nasional. Trump sebelumnya menyampaikan bahwa tenggat waktu penerapan tarif baru akan diundur menjadi 9 Juli 2025, guna memberi ruang bagi negosiasi dagang dengan Uni Eropa.
Pekan lalu, harga emas mencatat performa mingguan terbaik dalam enam pekan terakhir setelah Trump kembali melontarkan ancaman tarif terhadap produk Eropa, termasuk kemungkinan pengenaan tarif 25 persen terhadap iPhone yang dijual di AS tetapi tidak diproduksi di dalam negeri.
Meski saat ini mengalami koreksi, Staunovo tetap optimistis terhadap tren harga emas dalam jangka menengah. “Kami masih memperkirakan harga emas bisa kembali menguji level USD3.500 per ons dalam beberapa bulan mendatang,” ujarnya.
Sementara itu, data terbaru menunjukkan impor emas bersih China melalui Hong Kong melonjak lebih dari dua kali lipat pada April dibanding Maret, menjadi yang tertinggi sejak Maret 2024.
Di sisi lain, Citibank pada Minggu (25/5) juga menaikkan target harga emas jangka pendek (0–3 bulan) dari USD3.150 menjadi USD3.500 per ons. Kenaikan ini didasarkan pada dinamika tarif AS, meningkatnya risiko geopolitik, serta kekhawatiran terhadap defisit anggaran pemerintah AS. Citi memperkirakan harga emas akan terkonsolidasi dalam kisaran USD3.100 hingga USD3.500 per ons dalam waktu dekat.
Ketegangan geopolitik pun turut membayangi pasar. Rusia kembali melancarkan serangan udara ke Ukraina untuk malam ketiga berturut-turut, menurut pejabat wilayah dan layanan darurat Ukraina. Serangan ini terjadi sehari setelah Moskow meluncurkan serangan udara terbesar sejak awal perang.
Logam Lain Turut Melemah, Mata Uang dan Pasar Saham Bergerak Beragam
Selain emas, harga logam mulia lainnya juga terkoreksi. Harga spot perak turun 0,3 persen menjadi USD33,38 per ons, platinum melemah 0,6 persen ke USD1.088,53, dan palladium ikut turun 0,6 persen ke USD987,27 per ons.
Di pasar valuta asing, dolar AS cenderung melemah terhadap sejumlah mata uang utama. Indeks dolar (DXY) turun 0,1 persen karena investor merespons penundaan tarif Trump dan meningkatnya ekspektasi stabilitas global. Euro menguat 0,23 persen ke USD1,1380—level tertingginya sejak akhir April. Poundsterling juga naik tipis ke USD1,3567.
Sementara itu, pasar saham di Asia menunjukkan kinerja bervariasi. Indeks Nikkei 225 Jepang naik 1 persen, terdorong oleh restu Trump terhadap akuisisi U.S. Steel oleh Nippon Steel. Sebaliknya, indeks Shanghai Composite melemah 0,1 persen dan indeks CSI 300 turun 0,6 persen akibat kekhawatiran perang harga di sektor otomotif dan tekanan terhadap saham pemasok Apple.
Di Eropa, indeks STOXX 600 menguat 0,9 persen setelah Trump menunda kebijakan tarif terhadap Uni Eropa. Kabar ini disambut positif oleh investor yang sempat khawatir akan dampak negatif tarif terhadap prospek ekspor kawasan tersebut.
Dengan dinamika global yang terus bergerak, pelaku pasar kini menanti rilis data inflasi dari Jepang, Jerman, serta laporan harga barang dan jasa dari Amerika Serikat dalam beberapa hari ke depan sebagai panduan arah kebijakan moneter selanjutnya. (*)
 
      