KABARBURSA.COM - Harga emas dunia kembali menguat pada perdagangan Rabu, 20 Agustus 2025, didorong pelemahan dolar Amerika Serikat dan meningkatnya ekspektasi pelaku pasar terhadap sinyal kebijakan moneter dari simposium Jackson Hole akhir pekan ini.
Emas spot naik 0,9 persen ke posisi USD3.344,37 per ons pada dini hari WIB, setelah sempat menyentuh titik terendah sejak awal Agustus di sesi sebelumnya. Kontrak emas berjangka Amerika Serikat juga ditutup lebih tinggi, menanjak 0,9 persen ke level USD3.388,50 per ons.
Pelemahan dolar AS menjadi faktor utama pendorong penguatan logam mulia. Ketika greenback melemah, harga emas batangan yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga meningkatkan permintaan.
Katalis ini semakin diperkuat dengan pandangan pasar bahwa peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada September cukup besar. Data FedWatch Tool dari CME Group mencatat probabilitas penurunan seperempat poin berada di kisaran 83%, seiring melemahnya data ketenagakerjaan yang baru-baru ini dirilis.
Risalah rapat The Fed bulan Juli menunjukkan bahwa hanya dua pejabat senior, Wakil Ketua Pengawasan Michelle Bowman dan Gubernur Christopher Waller, yang menentang keputusan mempertahankan suku bunga.
Keduanya mendorong penurunan bunga lebih awal, sebuah sikap yang belakangan justru tampak selaras dengan rilis data tenaga kerja yang lebih lemah dari perkiraan. Namun, sebagian besar pelaku pasar memilih mengabaikan sinyal tersebut, dengan alasan bahwa berita itu sudah tertutupi oleh data ekonomi yang keluar setelahnya.
Pidato Powel Beri Sinyal Emas Akan Rebound?
Fokus kini tertuju pada pidato Jerome Powell di simposium Jackson Hole. Analis menilai, jika Powell memberikan nada dovish atau mengisyaratkan ruang lebih besar untuk pelonggaran, emas berpotensi menembus level psikologis USD3.350 dan bahkan menguji ulang resistance di USD3.400.
Goldman Sachs sendiri tetap optimistis, mempertahankan proyeksi harga emas mencapai USD4.000 per ons pada pertengahan 2026. Lembaga itu mendasarkan prediksi pada permintaan struktural dari bank sentral global, masuknya aliran dana ke ETF emas, serta probabilitas 30 persen resesi ekonomi AS dalam 12 bulan ke depan.
Di sisi politik, tensi meningkat setelah Presiden Donald Trump kembali menekan Gubernur The Fed Lisa Cook agar mundur, terkait tuduhan hipotek. Isu ini menambah ketidakpastian di sekitar independensi bank sentral, yang pada gilirannya semakin memperkuat posisi emas sebagai aset lindung nilai.
Logam mulia lain juga menunjukkan tren positif. Perak spot naik 1,1 persen menjadi USD37,78 per ons, platinum melesat 2,1 persen ke USD1.333,43 per ons, sementara paladium relatif stabil di USD1.115,15 per ons.
Kombinasi pelemahan dolar, ekspektasi dovish The Fed, dan meningkatnya keresahan politik di Washington memberi dukungan bagi seluruh kompleks logam berharga.
Dengan pergerakan ini, emas kembali menegaskan statusnya sebagai barometer ketidakpastian global. Jika Powell di Jackson Hole memberi sinyal pelonggaran moneter yang lebih tegas, reli emas berpotensi berlanjut, sementara setiap nada hawkish bisa memicu koreksi singkat.
Namun untuk saat ini, tren emas tetap condong positif dengan dorongan kuat dari pelemahan dolar dan ekspektasi penurunan suku bunga.(*)