Logo
>

Harga Emas Merosot Tajam, Sinyal Teknis Sarankan Jual

Gejolak di pasar keuangan global sepertinya akan terus menekan harga emas, terlebih setelah Trump menyebut tengah menjajaki kesepakatan dengan India, Jepang, dan Korea Selatan.

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Emas Merosot Tajam, Sinyal Teknis Sarankan Jual
Ilustrasi harga emas berjangka.

KABARBURSA.COM - Harga emas dunia kembali mencatat penurunan tajam pada perdagangan Rabu waktu setempat, atau Kamis dini hari WIB, 15 Mei 2025. 

Logam mulia ini tergelincir lebih dari dua persen dan menyentuh posisi terendah dalam lebih dari sebulan terakhir. Penyebabnya adalah sentimen investor yang mulai beralih ke aset-aset berisiko, menyusul membaiknya prospek hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China.

Di pasar spot, emas turun dua persen ke level USD3.181,62 per troy ounce, level terendah sejak 11 April lalu. Bahkan sempat menyentuh posisi USD3.174,62 dalam sesi perdagangan hari itu. Sementara, kontrak berjangka emas AS ditutup turun 1,8 persen ke angka USD3.188,30.

Menurut analis logam mulia independen Tai Wong, koreksi ini dipicu oleh membaiknya sentimen pasar global. 

"Rally besar yang dipicu oleh pengurangan tarif AS-China telah menekan harga emas, menembus sejumlah level teknikal penting," ujarnya.

Di saat yang sama, indeks-indeks utama Wall Street dibuka menguat. Optimisme kembali tumbuh setelah Washington dan Beijing sepakat untuk memangkas tarif secara signifikan dan memberlakukan jeda selama 90 hari guna menyusun detail kesepakatan lanjutan. 

Presiden AS Donald Trump bahkan menyatakan kesiapannya untuk bernegosiasi langsung dengan Presiden China Xi Jinping. Tak hanya itu, Trump juga menyebut tengah menjajaki kesepakatan serupa dengan India, Jepang, dan Korea Selatan.

Langkah-langkah diplomatik ini secara tidak langsung menggerus daya tarik emas sebagai aset lindung nilai. Sebagaimana diketahui, emas cenderung bersinar saat terjadi ketegangan geopolitik atau ketidakpastian ekonomi. Namun ketika pasar kembali optimistis, perhatian investor pun beralih ke saham dan aset berisiko lainnya.

Kenaikan Impresif Tahunan

Meski begitu, emas masih mencatat kenaikan impresif secara tahunan. Sejak awal tahun, harga logam mulia ini telah naik lebih dari 21 persen dan sempat menyentuh rekor tertinggi di USD3.500,05 per ounce bulan lalu.

Analis pasar dari City Index dan FOREX.com Fawad Razaqzada, mengatakan bahwa meskipun tren jangka panjang emas masih positif, koreksi dalam jangka pendek bisa saja berlanjut. 

Ia memprediksi level-level teknikal penting di kisaran USD3.136 hingga USD3.000 bisa menjadi target berikutnya apabila tekanan jual terus berlanjut dalam beberapa hari mendatang.

Fokus pasar saat ini tertuju pada rilis data indeks harga produsen (PPI) Amerika Serikat yang dijadwalkan keluar hari Kamis waktu setempat. Data ini menjadi penting karena bisa memberi sinyal arah kebijakan suku bunga Federal Reserve, menyusul laporan inflasi konsumen yang sebelumnya dirilis lebih lunak dari perkiraan.

Sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil, emas cenderung menguat ketika suku bunga rendah. Oleh karena itu, setiap indikasi pelonggaran kebijakan moneter bisa kembali mendorong harga emas.

Sementara itu, tekanan jual juga terasa pada logam mulia lainnya. Perak turun 1,9 persen ke USD32,25 per ounce, platinum turun 0,6 persen ke USD982,05, dan palladium melemah 0,3 persen ke USD954,36.

Untuk saat ini, investor tampaknya memilih menunggu dan melihat arah data ekonomi dan kebijakan The Fed. Namun dalam jangka panjang, daya tarik emas sebagai pelindung nilai tetap bertahan dan siap bangkit kapan saja jika ketidakpastian kembali membayangi pasar global.

Sinyal Teknis Belum Berpihak

Harga emas berjangka tampaknya belum keluar dari tekanan. Sejumlah indikator teknikal pada perdagangan Rabu malam, 14 Mei 2025, menunjukkan bahwa sentimen pasar masih condong ke arah negatif. 

Meskipun tren jangka panjangnya belum sepenuhnya berubah, kondisi dalam jangka pendek jelas tak berpihak pada para pembeli.

Berdasarkan rangkuman indikator teknikal, saat ini emas berada dalam posisi "sangat jual." Delapan indikator menyarankan aksi jual, hanya satu yang memberikan sinyal beli. 

Rangkuman ini mencerminkan tekanan yang cukup besar dari sisi teknis, sejalan dengan aksi ambil untung dan perubahan sentimen pasar menyusul meredanya kekhawatiran geopolitik dan inflasi.

Beberapa indikator momentum utama mencerminkan kondisi pasar yang kelelahan. RSI (Relative Strength Index) berada di kisaran 44, belum masuk wilayah jenuh jual namun menunjukkan melemahnya kekuatan beli. 

Stochastic dan Stochastic RSI memperkuat sinyal tersebut, dengan Stochastic RSI bahkan berada di titik nol, menandakan tekanan jual yang berlebihan.

Indikator lainnya seperti Williams %R dan CCI juga menunjukkan kondisi oversold. CCI mencatat angka -159, cukup dalam untuk mengindikasikan pelemahan tajam dalam harga. Sementara Bull/Bear Power mencatat angka negatif yang dalam, menandakan dominasi seller di pasar saat ini.

Meski demikian, tidak semua sinyal bergerak seragam. MACD, yang kerap digunakan untuk membaca tren jangka menengah, masih menunjukkan sinyal beli. Ini bisa menjadi satu-satunya petunjuk bahwa kekuatan tren besar belum sepenuhnya padam.

Sementara itu, gambaran dari indikator moving average terbilang netral. Untuk jangka pendek seperti MA5 hingga MA20, sinyal jual mendominasi. Ini menunjukkan tekanan harga dalam periode harian hingga mingguan. 

Namun, untuk MA50, MA100, dan MA200 - yang mencerminkan tren jangka menengah hingga panjang - semuanya masih memberi sinyal beli. Artinya, investor jangka panjang masih bisa berharap tren naik belum benar-benar berakhir.

Secara teknikal, emas kini berada di bawah beberapa titik pivot penting. Dalam pendekatan klasik, harga saat ini di bawah area pivot 3246,1. Level-level support ada di 3221,8 dan 3195,8, dan bila harga menembus titik ini, tekanan turun berpotensi berlanjut. Sebaliknya, jika mampu bertahan dan rebound, bisa muncul peluang untuk koreksi teknikal ke atas.

Dari sisi volatilitas, ATR (Average True Range) berada di sekitar 89. Ini menandakan bahwa pergerakan harga tidak terlalu liar, pasar masih menunggu arah yang lebih pasti. Dalam situasi seperti ini, pelaku pasar biasanya berhati-hati, menanti katalis dari data ekonomi penting atau pernyataan terbaru dari bank sentral.

Kesimpulannya, arah emas saat ini masih cenderung negatif, terutama dalam jangka pendek. Tekanan teknikal masih kuat, meski ada beberapa indikator yang menunjukkan potensi pemulihan. 

Dalam kondisi seperti ini, disiplin terhadap level teknikal menjadi kunci, sembari mencermati arah kebijakan suku bunga dan perkembangan geopolitik global yang bisa kembali mengubah lanskap pasar.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79