KABARBURSA.COM - Emas menguat tipis pada Rabu, terdorong pelemahan dolar AS dan turunnya imbal hasil obligasi pemerintah, setelah data inflasi yang lebih jinak dari perkiraan memperkuat keyakinan bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada September.
Di pasar spot, harga emas naik 0,3 persen menjadi USD 3.355,58 per ons, sementara kontrak berjangka emas untuk pengiriman Desember ditutup di USD 3.408,30 per ons.
Dolar yang melemah ke posisi terendah lebih dari dua pekan membuat emas relatif lebih murah bagi pembeli di luar negeri, sementara penurunan tipis yield obligasi AS tenor 10 tahun turut memberi ruang bagi logam mulia ini untuk menguat.
Menurut analis senior di Tradu.com Nikos Tzabouras, kombinasi inflasi konsumen (CPI) AS bulan Juli yang jinak dan data ketenagakerjaan yang lemah bulan ini menjadi bahan bakar bagi ekspektasi penurunan suku bunga.
Pasar bahkan kini melihat peluang 97 persen The Fed akan memangkas suku bunga bulan depan, dengan sebagian pelaku membidik satu kali pemangkasan lagi sebelum akhir tahun.
Inflasi yang terkendali juga memberi sinyal bahwa tarif impor besar-besaran yang diterapkan Presiden Donald Trump belum sepenuhnya masuk ke harga konsumen. Fokus investor kini bergeser ke rilis data berikutnya: indeks harga produsen (PPI), klaim pengangguran mingguan, dan penjualan ritel.
Dari panggung geopolitik, para pemimpin Eropa dan Ukraina dijadwalkan berbicara dengan Trump menjelang pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Washington dan Beijing pun sepakat memperpanjang gencatan tarif selama 90 hari.
Analis Fawad Razaqzada dari City Index dan FOREX.com menilai, jika harga emas mampu menembus resistensi di sekitar USD 3.400, pemicu utamanya kemungkinan berasal dari perkembangan geopolitik ketimbang data ekonomi.
Meski tetap memandang prospek emas jangka panjang positif, ia memperkirakan harga bisa bergerak mendatar atau terkoreksi ringan dalam beberapa bulan mendatang, seiring reli agresif pasar saham.
Sebagai aset lindung nilai yang kerap bersinar di tengah gejolak ekonomi maupun politik, emas mendapat dukungan tambahan dari kondisi suku bunga rendah.
Sentimen serupa terlihat di logam mulia lain: perak melonjak 1,6 persen ke USD 38,50 per ons, platinum naik 0,3 persen menjadi USD 1.339,75, dan paladium menguat 0,5 persen ke USD 1.135,23 per ons.
Dengan dorongan pelemahan dolar, turunnya yield obligasi, prospek pelonggaran moneter, serta tensi geopolitik yang memanas, emas kembali mencatatkan penguatan.
Namun, arah berikutnya tampaknya akan sangat ditentukan oleh data ekonomi kunci dan hasil pertemuan politik yang menanti di depan mata.(*)