Logo
>

Harga Emas Naik Tajam di Tengah Krisis Iran-Israel

Harga emas dunia menguat karena meningkatnya permintaan aset aman setelah serangan AS-Israel terhadap Iran memicu kekhawatiran pasar atas konflik regional.

Ditulis oleh Syahrianto
Harga Emas Naik Tajam di Tengah Krisis Iran-Israel
Ilustrasi: sebongkah emas batangan. (Foto: Pexels/Michael Steinberg)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Harga emas naik pada perdagangan Senin, 23 Juni 2025, seiring meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel yang mendorong investor memburu aset aman. Pasar global saat ini mencermati secara ketat perkembangan di kawasan Timur Tengah.

    Seperti dikutip dari Reuters, harga emas di pasar spot tercatat menguat 0,4 persen ke level USD 3.382,42 per ons. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup naik 0,3 persen ke USD 3.395 per ons.

    “Penguatan harga emas sebagian besar dipicu oleh ketidakpastian politik usai serangan udara AS ke wilayah Iran,” ujar Jeffrey Christian, Managing Partner di CPM Group.

    Selama akhir pekan, Amerika Serikat meluncurkan sejumlah serangan rudal ke situs nuklir Iran. Presiden Donald Trump bahkan secara terbuka mempertimbangkan kemungkinan menggulingkan pemerintahan Iran. Axios melaporkan bahwa Iran telah menembakkan enam rudal ke arah pangkalan militer AS di Qatar, mengutip seorang pejabat Israel.

    Di sisi lain, militer Israel menghantam Penjara Evin yang terletak di Teheran Utara. Penjara ini merupakan simbol penting dari sistem pemerintahan Iran, dan serangan ini disebut sebagai pengeboman paling intens terhadap ibu kota Iran sejauh ini.

    Emas secara historis dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan menjadi tempat aman saat terjadi ketidakpastian geopolitik. “Kami memperkirakan harga emas dan perak akan tetap kuat, bahkan terus naik selama krisis politik dan ekonomi berlanjut. Kami tidak melihat masalah ini akan segera berakhir. Ada kemungkinan harga emas menyentuh USD 3.500 per ons dalam beberapa bulan mendatang,” tambah Christian.

    Sebagai catatan, harga emas pernah menyentuh rekor tertingginya pada 22 April lalu di posisi USD 3.500,05 per ons.

    Sementara itu, investor juga tengah menantikan rilis data Personal Consumption Expenditures (PCE) dari Amerika Serikat yang dijadwalkan minggu ini. Data tersebut menjadi indikator penting bagi arah kebijakan suku bunga The Fed.

    Pekan lalu, Federal Reserve memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25 hingga 4,50 persen, namun sejumlah pembuat kebijakan memberi sinyal kemungkinan penurunan suku bunga pada akhir tahun ini.

    Emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil umumnya mendapat dorongan ketika suku bunga rendah.

    Selain emas, harga perak di pasar spot juga naik 0,7 persen ke USD 36,23 per ons. Platinum melonjak 2 persen menjadi USD 1.290,31, dan palladium menguat 3,1 persen ke USD 1.076,50—level tertingginya sejak 11 Juni. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.