Logo
>

Harga Emas Sentuh USD4.200 per Ons

Harga emas menembus rekor baru di atas USD4.200 per ons, didorong ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, pelemahan dolar AS, dan meningkatnya ketegangan dagang AS–China.

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Emas Sentuh USD4.200 per Ons
Ilustrasi kepingan logam mulia. Foto: Freepik.

KABARBURSA.COM - Harga emas kembali menunjukkan siapa penguasa sejati di tengah ketidakpastian global. Pada Rabu malam waktu New York, atau Kamis pagi WIB, 16 Oktober 2025, logam mulia itu menembus rekor baru di atas USD4.200 per ons. 

Emas spot melonjak 1,3 persen menjadi USD4.195,35 per ons, setelah sempat menyentuh puncak intraday USD4.217,95. Sementara kontrak berjangka Desember di bursa AS juga menguat 0,9 persen ke USD4.201,60 per ons. Kondisi ini menandai hari di mana “safe haven” kembali jadi bintang utama di panggung finansial dunia.

Kenaikan ini bukan sekadar angka, tetapi cerminan ketidakstabilan global yang semakin nyata. Ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve semakin menekan dolar AS, dan pada saat yang sama, ketegangan dagang antara Washington dan Beijing kembali menghangat setelah Presiden Donald Trump menyatakan bahwa Amerika sedang mempertimbangkan “pemutusan sebagian hubungan dagang” dengan China. 

Di tengah drama geopolitik itu, investor berbondong-bondong mencari perlindungan, dan emas menjadi pelabuhan paling logis.

Fawad Razaqzada dari City Index dan FOREX.com menggambarkan situasi ini dengan lugas: “Emas sedang dalam tren reli tajam dan belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.” Ia menambahkan, lonjakan harga bukan sekadar reaksi emosional terhadap berita sesaat, melainkan hasil dari kombinasi faktor struktural yang telah membentuk pasar selama setahun terakhir. 

Sepanjang 2025, harga emas telah meroket lebih dari 60 persen. Hal ini ditopang oleh pembelian besar-besaran bank sentral, meningkatnya arus dana ke ETF berbasis emas, tren de-dolarisasi global, dan ekspektasi pemangkasan suku bunga yang tak henti-hentinya menggerus imbal hasil dolar.

Ketika suku bunga rendah, emas bersinar. Logam kuno ini semakin menarik ketika investor melihat obligasi dan deposito tak lagi menjanjikan keuntungan berarti. 

Chairman Fed Jerome Powell sendiri memperkuat sentimen tersebut dengan pernyataannya yang bernada dovish, bahwa pasar tenaga kerja AS masih “lesu”. Artinya, ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter terbuka lebar, dan pelaku pasar kini memperkirakan hampir pasti (98 persen probabilitas) adanya pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Oktober. diikuti 

Tidak mengherankan jika dolar AS melemah tajam dan membuka jalan bagi emas untuk terus mendaki. 

Analis: Tetap Hati-hati pada Koreksi Jangka Pendek

Namun, meskipun tren jangka panjang tampak tak terbantahkan, sejumlah analis memperingatkan potensi koreksi jangka pendek. Razaqzada menyebut bahwa level USD5.000 per ons kini “hanya sekitar USD800 lagi,” dan pergerakan menuju angka tersebut bukan tidak mungkin.

Tetapi ia juga menegaskan bahwa setiap reli yang terlalu cepat biasanya akan diikuti oleh “getaran penyaring”. Koreksi sementara untuk mengguncang investor lemah sebelum harga kembali naik lebih tinggi. 

Fenomena reli emas ini tidak berdiri sendiri. Perak juga ikut melonjak 2,3 persen menjadi USD52,64 per ons, mendekati rekor USD53,60 sehari sebelumnya. Lonjakan ini sebagian besar disebabkan oleh kelangkaan pasokan di London yang memicu kondisi backwardation ekstrem dan rekor tarif sewa. 

Namun analis Pepperstone Michael Brown, memperingatkan bahwa reli perak bisa berbalik cepat bila pasokan membaik.

Di sisi lain, platinum naik tipis 0,6 persen ke USD1.647,55 per ons, sementara palladium justru turun 0,2 persen ke USD1.523,66.

Di balik semua angka itu, terdapat cerita yang lebih dalam, bahwa dunia sedang kehilangan kepercayaannya pada stabilitas finansial konvensional. Ketika data ekonomi resmi tak lagi tersedia akibat penutupan sebagian pemerintahan AS (government shutdown). Investor kehilangan jangkar rasional untuk menilai kondisi riil ekonomi. 

Dalam kekosongan data itu, emas kembali mengambil peran klasiknya. Bukan sekadar aset, tapi simbol perlindungan terhadap ketidaktahuan.

Harga emas di atas USD4.200 bukan hanya rekor nominal, melainkan cermin dari krisis kepercayaan global. Dengan reli yang tampak tak terbendung dan peluang pemangkasan suku bunga yang semakin besar, pasar beralih pertanyaan, bukan lagi “apakah emas akan mencapai USD5.000,” tapi “kapan”.

Dan seperti biasa, di balik setiap reli spektakuler, ada nada satir yang tak bisa diabaikan. Bahwa semakin mahal harga emas, semakin muram dunia di sekitarnya.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79