KABARBURSA.COM – Harga emas dunia pada perdagangan Kamis dinihari WIB, 11 Desember 2025, bergerak naik. Emas spot menyambut pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve dengan penguatan 0,7 persen. Namun, pasar masih memberikan sinyal kehati-hatian.
Ya, meskipun the Fed memangkas suku bunga acuan, namun pelaku pasar membacanya sebagai fase transisi yang membutuhkan konfirmasi lanjutan, terutama dari data ekonomi, khususnya inflasi dan pasar tenaga kerja. Jadi, Keputusan ini bukan merupakan awal dari pelonggaran yang agresif.
Hal ini dibuktikan dengan pergerakan emas spot yang melaju ke USD.236,57 per ons, namun untuk kontrak Februari 2026 justru turun 0,3 persen ke USD4.224,70 per ons. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku pasar jangka pendek masih berhati-hati terhadap arah kenijakan ke depan, karena belum menemukan titik harga yang konsisten.
Belum lagi pasca Keputusan, the Fed kembali terbelah. Mayoritas pejabat memproyeksikan perlunya pemangkasan suku bunga jangka pendek pada 2026. Namun, sebagian lagi justru berpikir untuk tidak ada pemangkasan tambahan dan justru ada keinginan menaikkan suku bunga baru.
Apalagi Ketua the Fed Jerome Powell menyebut bahwa kebijakan saat ini memang tepat. Akan tetapi, ia menolak memberikan petunjuk tentang pelonggaran tambahan. Sinyal wait and see ini cenderung menciptakan volatilitas, meski tetap mendukung emas sebagai aset lindung nilai.
Analis logam Tai Wong melihatnya dari sisi lain. Ia berpendapat, hal yang wajar ketika harga kembali ke level tertinggi setelah aksi ambil untung. Ada minat beli yang tetap masuk meski volatilitas intraday meningkat. Ini konsisten dengan perelaku pasar emas selama beberapa bulan terakhir, yaitu pola reli yang selalu dibarengi pullback cepat sebelum kembali naik.
Harga Logam Mulia Lain Ikut Melonjak
Tidak hanya emas yang terdorong naik, harga logam mulia lainnya ikut terkerek. Perak melonjak ke rekor USD61,85 per ons. Dalam setahun, kenaikan harga perak mencapai 113 persen. Ada likuiditas yang bergeser menuju instrumen logam mulia dengan leverage yang lebih tinggi.
Perak memang sering dianggap sebagai alternatif emas, karena volatilitasnya lebih tinggi dan respons terhadap aliran modal spekulatif lebih cepat. Lonjakan ini juga memperkuat persepsi bahwa pasar logam mulia sedang dalam fase risk-on.
Sementara itu, harga platinum justru turun 2,4 persen ke USD1.654,55 dan palladium mengikuti dengan anjlok 2 persen ke USD1.475,94. Turunnya kedua logam ini lantaran permintaan industri otomotif yang melemah.
Secara keseluruhan, harga emas memang berada dalam bias bullish, tetapi laju penguatannya sangat bergantung pada kepastian arah kebijakan moneter Amerika Serikat. Penurunan suku bunga memang memberikan dorongan langsung, tapi ketidakpastiannya menjadi faktor penahan dan sumber volatilitas.
Kombinasi minat beli struktural, kondisi makro yang belum stabil, dan arus modal yang masuk ke logam berharga, menjadi korelasi tinggi yang membuat peluang pencapaian rekor batu masih terbuka. Tetapi ingat, semuanya belum mendapatkan validasi penuh dari pasar berjangka.(*)