KABARBURSA.COM - Harga emas mengalami kenaikan pada perdagangan Selasa, 16 Desember 2025 setelah laporan pekerjaan Amerika Serikat (AS) menunjukkan tingkat pengangguran naik bulan lalu dibandingkan September. Hal ini pun memperkuat spekulasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS dan menyebabkan indeks dolar AS turun.
Mengutip Reuters, harga emas spot naik 0,2 persen menjadi USD4.310,21 per ons. Adapun kontrak berjangka emas AS turun 0,1 persen menjadi USD4.332,3.
Reuters melaporkan, Dolar AS menurun ke level terendah dalam dua bulan terakhir, sehingga membuat emas batangan lebih terjangkau bagi pembeli luar negeri. Sedangkan Imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun acuan juga sedikit menurun.
"Data tersebut memberi The Fed lebih banyak alasan untuk memangkas suku bunga, dan jika mereka memangkas suku bunga, itu akan berdampak positif bagi emas. Begitulah cara pasar menafsirkannya saat ini," kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
Kontrak berjangka suku bunga AS masih memperkirakan dua pemotongan masing-masing sebesar 25 basis poin pada tahun 2026, dengan perkiraan pelonggaran sebesar 59 bps tahun depan. Emas yang tidak memberikan imbal hasil cenderung berkembang pesat dalam lingkungan suku bunga rendah.
COO di Allegiance Gold, Alex Ebkarian mengatakan jika harga emas mengakhiri tahun 2025 di atas USD4.400, maka harga komoditas itu bisa mencapai USD4.859-USD5.590 pada tahun 2026.
"Harga perak dapat kembali menguji level USD50/oz tahun depan," ujar dia.
Adapun, harga perak spot turun 0,3 persen menjadi USD63,75 per ons, turun dari rekor tertinggi USD64,65 pada hari Jumat. Platinum naik 4 persen ke level USD1.854,95, harga tertinggi sejak September 2011.
Sementara itu paladium juga meningkat sebesar 2,5 persen sehingga berada di harga USD1.606,41, mencapai level tertinggi dalam dua bulan.
"Logam kelompok platinum mengalami lonjakan harga karena pasokan semakin ketat dan permintaan meningkat," kata Ebkarian.
Di sisi lain, pertumbuhan lapangan kerja di AS terpantau pulih pada bulan November, tetapi tingkat pengangguran berada di angka 4,6 persen di tengah ketidakpastian ekonomi yang disebabkan oleh kebijakan perdagangan agresif Presiden AS, Donald Trump. Survei Reuters terhadap para ekonom memperkirakan tingkat pengangguran sebesar 4,4 persen. (*)