KABARBURSA.COM - Harga emas dunia mencatatkan penguatan signifikan pada perdagangan Jumat waktu New York, 8 November 2025. Penguatan harga emas kali ini didukung pelemahan dolar AS dan volatilitas pasar saham teknologi. Kenaikan ini menegaskan kembali fungsi klasik emas sebagai aset lindung nilai ketika ketidakpastian makro dan politik meningkat.
Secara spesifik, harga spot gold naik 0,7 persen ke USD4.005,21 per troy ounce pada pukul 20:15 GMT, sementara kontrak berjangka Desember menguat 0,5 persen ke USD4.009,80. Level psikologis ini menjadi sinyal teknikal penting bahwa pasar mulai melihat area bawah (support) yang kuat mulai terbentuk.
Analis Kitco Metals Jim Wyckoff mengatakan, harga emas dan perak tampaknya mulai membentuk lantai baru. Faktor utama penggeraknya bukan hanya pelemahan dolar, tetapi juga meningkatnya permintaan aset aman (safe haven) akibat ancaman penutupan sebagian pemerintahan AS (government shutdown).
Government Shutdown ini menunda publikasi data ketenagakerjaan resmi (non-farm payrolls), dan pada akhirnya memaksa pelaku pasar bergantung pada data swasta.
Kombinasi inilah yang kemudian memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan kembali menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember. Namun, peluangnya kini hanya 66 persen menurut CME FedWatch.
Dalam konteks teori nilai waktu uang, penurunan suku bunga akan menekan imbal hasil riil obligasi dan memperkuat daya tarik emas yang tidak memberikan bunga namun stabil nilainya.
Namun, penguatan emas juga harus dilihat secara relatif terhadap dinamika pasar global lain. Bursa saham AS, terutama sektor teknologi yang selama ini menjadi motor reli berbasis AI, tengah mencatat penurunan mingguan terdalam dalam tujuh bulan.
Perpindahan dana dari aset berisiko ke aset lindung nilai seperti emas, perak, dan dolar jelas terlihat.
Lisensi Baru China dan Pelemahan Permintaan India
Dari perspektif geopolitik, pasar juga mencermati langkah China yang mulai merancang sistem lisensi baru untuk ekspor rare earth. Meski belum sepenuhnya menghapus pembatasan, kebijakan ini menandakan stabilisasi hubungan perdagangan dengan AS sudah terjaga.
Namun seperti dicatat Commerzbank, konflik dagang belum benar-benar usai, sehingga emas kemungkinan tetap diminati sebagai tempat berlindung.
Di sisi permintaan fisik, India, pasar konsumen terbesar kedua dunia, masih menunjukkan permintaan lesu. Harga yang bergejolak dan diskon besar dari para pedagang menandakan adanya tekanan di sisi konsumsi ritel. Juga, mencerminkan pergeseran minat dari emas fisik ke instrumen investasi global seperti ETF emas.
Sementara itu, logam mulia lain bergerak campuran. Perak naik 0,9 persen menjadi USD48,41 per ounce, platinum menguat tipis 0,1 persen ke USD1.543, dan palladium naik 1,5 persen ke USD1.395,49.
Namun, ketiganya tetap mencatat penurunan mingguan dan menegaskan bahwa momentum utama baru terbentuk pada emas.
Secara keseluruhan, pergerakan pekan ini menandai fase akumulasi baru bagi emas. Dengan risiko makro yang masih tinggi, baik dari ketidakpastian fiskal AS, arah kebijakan The Fed, hingga permintaan fisik yang belum stabil, emas kembali menegaskan posisinya sebagai jangkar nilai global.
Jika skenario penurunan suku bunga benar terealisasi, ruang penguatan masih terbuka lebar, bahkan di tengah sinyal kehati-hatian yang kini mendominasi lintas pasar.(*)