KABARBURSA.COM - Pemerintah Indonesia kembali menaikkan harga jual resmi minyak mentah andalan nasional, Minas, untuk periode Juni 2025.
Melalui keputusan resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga Minas ditetapkan sebesar USD71,15 per barel, naik signifikan dibanding bulan sebelumnya yang berada di angka USD 64,34.
Kenaikan ini bukan kasus tunggal. Harga sejumlah jenis minyak mentah Indonesia lainnya juga ikut terdongkrak.
Attaka tercatat naik dari USD63,17 menjadi USD69,97, Duri dari USD65,36 menjadi USD72,13, dan Belida dari USD63,25 menjadi USD70. Kenaikan juga terjadi pada jenis kondensat seperti Senipah yang kini dipatok USD63,75 dari sebelumnya USD56,92.
Sementara Banyu Urip, salah satu produksi andalan Indonesia di Blok Cepu, naik dari USD66,93 menjadi USD73,90 per barel.
Lonjakan harga ini tak lepas dari faktor global. Pasar minyak dunia belakangan ini menunjukkan tren menguat, seiring dengan pulihnya permintaan dari Tiongkok dan adanya kekhawatiran pasar terhadap potensi gangguan pasokan di tengah tensi geopolitik yang belum reda.
Di sisi lain, produksi dari negara-negara OPEC+ juga belum sepenuhnya kembali ke level normal, memberi ruang bagi harga untuk terus bergerak naik.
Pemerintah pun berpeluang menikmati tambahan penerimaan negara, baik dari sisi pajak maupun dividen BUMN energi. Namun demikian, pelaku usaha tetap diminta waspada.
Seperti biasa, harga minyak bukanlah angka yang statis. Volatilitas global masih menjadi tantangan tersendiri, dan setiap pergerakan, baik ke atas maupun ke bawah, tetap perlu diantisipasi dengan cermat.
Untuk saat ini, setidaknya satu hal tampak jelas: harga minyak Indonesia mulai kembali kompetitif. Dan itu adalah perkembangan yang patut dicermati, bukan hanya oleh pelaku migas, tapi juga oleh pengelola fiskal negara.
Saham MEDC Menguat, Investor Mengintip Ruang Kenaikan Baru
Di dalam negeri, sinyal ini bisa menjadi kabar baik bagi industri hulu migas, termasuk emiten seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC). Dengan asumsi biaya produksi yang relatif terjaga, kenaikan harga jual bisa berdampak langsung pada peningkatan margin keuntungan.
Bahkan, jika tren harga ini berlanjut, tak menutup kemungkinan ada revisi naik terhadap proyeksi kinerja sektor energi nasional di paruh kedua tahun ini.
Jika melihat harga saham MEDC, Selasa, 8 Juli 2025, tampak menguat, ditutup naik 2,03 persen ke level Rp1.255 per saham. Pergerakan ini menandai sentimen positif yang kembali menyelimuti saham sektor energi, seiring dengan tren kenaikan harga minyak global dan resmi naiknya harga jual minyak mentah Indonesia.
Saham dibuka di level Rp1.235 dan sempat menyentuh harga tertinggi harian di Rp1.260, sebelum kembali ke posisi penutupan. Pergerakan ini memberi sinyal bahwa tekanan beli masih cukup kuat, meski belum mampu menembus level resistensi berikutnya secara meyakinkan.
Dibandingkan dengan posisi tertingginya dalam 52 minggu terakhir di Rp1.540, harga saham MEDC saat ini memang masih berada di zona tengah.
Namun, secara teknikal, posisinya jauh lebih sehat dibanding level terendah 52 minggu di Rp875, menunjukkan fase pemulihan yang cukup stabil sejak akhir tahun lalu.
Dari sisi valuasi, saham MEDC tergolong atraktif. Dengan rasio price to earnings (P/E) sebesar 6,22, MEDC berada di bawah rata-rata industri energi global. Artinya, pasar belum sepenuhnya menghargai potensi laba perusahaan, sebuah peluang bagi investor yang mengincar saham undervalued di sektor energi.
Dividen yield yang tercatat di angka 3,25 persen turut menjadi faktor penarik. Dengan dividen kuartalan sebesar Rp10,20, Medco memberi sinyal bahwa kinerja keuangan perusahaan tetap stabil, dan komitmen terhadap pemegang saham tetap terjaga di tengah kondisi industri yang fluktuatif.
Kapitalisasi pasar MEDC kini menyentuh angka Rp31,55 triliun, menjadikannya sebagai salah satu pemain utama di industri migas swasta nasional. Dalam beberapa tahun terakhir, Medco tak hanya mengandalkan portofolio hulu migas, tapi juga mulai memperluas eksposurnya ke sektor energi baru dan terbarukan.
Kenaikan harga minyak Minas dan Banyu Urip yang diumumkan pemerintah, keduanya naik lebih dari 10 persen dibanding bulan sebelumnya, menjadi katalis tambahan yang dapat mendongkrak margin laba produsen energi seperti Medco.
Jika tren harga minyak dunia terus bergerak stabil, bukan tidak mungkin ruang kenaikan harga saham MEDC masih terbuka dalam beberapa bulan ke depan.
Kini, yang dinanti pasar adalah bagaimana kinerja keuangan semester I 2025 akan tercermin dalam laporan resmi mendatang. Jika hasilnya positif, MEDC berpeluang kembali menjadi primadona di tengah sektor energi yang kian strategis bagi perekonomian nasional.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.