Logo
>

Harga Minyak Dunia Anjlok ke Level Terendah dalam Lima Bulan

Kekhawatiran kelebihan pasokan dan memanasnya kembali perang dagang AS–China ikut membuat pasar cemas..

Ditulis oleh Syahrianto
Harga Minyak Dunia Anjlok ke Level Terendah dalam Lima Bulan
Ilustrasi: Alat pengangkat minyak dari dalam tanah. (Foto: AI untuk KabarBursa)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Harga minyak dunia turun ke posisi terendah sejak awal Mei 2025, seiring kekhawatiran pasar terhadap potensi kelebihan pasokan (supply glut) di tengah ketegangan perdagangan Amerika Serikat–China yang kembali meningkat dan ancaman perlambatan ekonomi global.

    Kontrak berjangka Brent ditutup turun 28 sen atau 0,46 persen menjadi USD61,01 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) melemah 2 sen atau 0,03 persen menjadi USD57,52 per barel. Keduanya sempat turun lebih dari USD1 di awal sesi dan mengakhiri perdagangan di level terendah sejak Mei.

    Perubahan arah kekhawatiran pasar terlihat jelas: dari isu kekurangan pasokan, kini beralih ke risiko kelebihan pasokan global. 

    Struktur kontrak berjangka Brent menunjukkan tanda-tanda contango, yaitu ketika harga untuk pengiriman jangka pendek berada di bawah harga pengiriman jangka panjang, sebuah pola yang biasanya mendorong pelaku pasar untuk menyimpan minyak demi dijual pada harga lebih tinggi di masa depan.

    Struktur contango untuk Brent muncul Kamis lalu, pertama kali sejak Mei dan kini menjadi yang terlebar sejak Desember 2023. Pola serupa juga terjadi pada kontrak berjangka minyak mentah AS pada Jumat, yang merupakan kali pertama sejak Januari 2024.

    “Ketakutan akan banjir pasokan kini mulai membayangi pasar, terutama menjelang 2026. Kita akan mulai melihat peningkatan penyimpanan minyak di kapal dan tangki darat,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital.

    “Ini adalah narasi bearish nyata yang sudah lama tidak muncul,” tambahnya.

    Kedua acuan harga minyak itu masing-masing turun lebih dari 2 persen pada pekan lalu, menandai penurunan mingguan ketiga berturut-turut. 

    Tekanan harga juga diperburuk oleh laporan International Energy Agency (IEA) yang memproyeksikan potensi surplus pasokan global pada 2026.

    Sepanjang tahun ini, struktur kontrak minyak justru lebih sering berada pada kondisi sebaliknya, yaitu backwardation, di mana harga jangka pendek berada di atas harga jangka panjang. 

    Kondisi tersebut mencerminkan pandangan pasar terhadap pasokan ketat dan permintaan yang kuat dalam jangka pendek.

    Dua konsumen minyak terbesar dunia, Amerika Serikat dan China, kembali terseret dalam ketegangan perdagangan setelah saling mengenakan tarif tambahan berupa biaya pelabuhan bagi kapal pengangkut kargo antar kedua negara. 

    Langkah saling balas tersebut berpotensi mengganggu arus perdagangan global dan memperburuk prospek permintaan energi.

    Di sisi pasokan, perusahaan energi AS menambah jumlah rig pengeboran untuk pertama kalinya dalam tiga pekan terakhir, menurut laporan Baker Hughes.

    “Dalam jangka pendek, pasar sedang berada pada fase shoulder season klasik, periode di mana aktivitas kilang menurun karena perawatan, margin produk melemah, dan pelaku pasar mencermati data stok minyak mingguan AS,” tulis analis dari Gelber and Associates dalam catatannya.

    Menambah tekanan, survei awal Reuters pada Senin menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS kemungkinan meningkat sekitar 1,5 juta barel selama sepekan yang berakhir pada 17 Oktober 2025, berdasarkan rata-rata estimasi dari lima analis yang disurvei. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.