KABARBURSA.COM - Harga minyak global menutup perdagangan Jumat, 26 September 2025 dengan bergerak relatif stabil. Padahal, sehari sebelumnya sempat melonjak tajam ke level tertingginya dalam tujuh pekan.
Meski ada tekanan dari data ekonomi Amerika yang lebih kuat dari perkiraan, sentimen pasar tetap condong positif berkat kebijakan Rusia memperpanjang larangan ekspor bahan bakar. Sementara, indikator teknikal harian untuk Brent maupun WTI masih menegaskan tren “sangat beli”.
Minyak mentah berjangka Brent, acuan internasional, ditutup naik tipis 0,16 persen menjadi USD69,42 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika Serikat, nyaris tak berubah dengan pelemahan tipis 0,02 persen ke USD64,98 per barel.
Stabilitas ini terjadi setelah lonjakan sekitar 2,5 persen sehari sebelumnya, yang membawa kedua kontrak ke level tertinggi sejak awal Agustus. Lonjakan itu dipicu oleh penurunan tak terduga dalam stok minyak mentah AS serta meningkatnya kekhawatiran pasokan akibat serangan Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia.
Rusia Larang Ekspor Solar dan Bensin
Faktor geopolitik kembali menjadi motor penggerak pasar. Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak, mengumumkan larangan parsial ekspor solar hingga akhir tahun dan memperpanjang larangan ekspor bensin.
Keputusan ini menegaskan komitmen Rusia menjaga pasokan domestik di tengah rentetan serangan drone Ukraina ke kilang minyak. Kebijakan tersebut sempat memicu kekhawatiran ketersediaan pasokan global, sehingga menopang harga.
Namun, sebagian penguatan tertahan oleh data makroekonomi AS. Produk domestik bruto (PDB) kuartal II dilaporkan tumbuh 3,8 persen secara tahunan, lebih tinggi dari estimasi sebelumnya. Data ini memberi sinyal bahwa ekonomi Amerika tetap kuat, yang bisa mendorong Federal Reserve bersikap lebih hati-hati dalam melonggarkan kebijakan moneter.
Padahal pekan lalu, The Fed sudah memangkas suku bunga 25 basis poin untuk pertama kalinya sejak Desember, sehingga pasar sempat berharap siklus pelonggaran bisa berlanjut lebih cepat.
Selain itu, tambahan pasokan dari Irak juga memberi tekanan. Pemerintah Regional Kurdistan mengumumkan ekspor minyak akan kembali dilanjutkan dalam 48 jam setelah mencapai kesepakatan dengan Kementerian Perminyakan Irak dan perusahaan produsen.
Langkah ini menimbulkan kekhawatiran pasar terkait potensi kelebihan pasokan yang dapat menahan laju kenaikan harga.
Sinyal Bullish untuk Brent dan WTI
Dari sisi teknikal, baik Brent maupun WTI menunjukkan sinyal bullish yang solid. Untuk Brent, indikator harian mencatat sinyal “sangat beli” dengan RSI berada di 59,6 yang menandakan momentum masih sehat.
MACD positif, sementara ADX di atas 22 menunjukkan tren mulai menguat. Beberapa indikator bahkan sudah masuk wilayah jenuh beli, seperti Williams %R dan CCI, yang mengindikasikan momentum kenaikan sangat dominan meski berpotensi rawan koreksi teknis.
Moving average hampir seragam mendukung tren naik, dengan hanya MA200 yang masih memberikan sinyal jual karena harga spot masih di bawah level rata-rata jangka panjangnya.
Pada WTI, gambaran teknikal juga serupa. RSI bertahan di 56,6, mendukung tren beli. Meski indikator MACD masih negatif tipis, sebagian besar indikator lain—termasuk ADX, CCI, dan Ultimate Oscillator—memberi sinyal beli.
Hampir semua moving average jangka pendek hingga menengah mendukung tren naik, dengan tekanan hanya datang dari MA100 dan MA200 yang masih menunjukkan sinyal jual.
Secara keseluruhan, indikator harian WTI menegaskan tren “sangat beli” dengan kecenderungan harga tetap bergerak positif.
Level pivot points memberi area penting untuk pergerakan harga. Brent menghadapi resistance kuat di USD69,95–70,59 per barel, sementara support terdekat berada di kisaran USD66,87–68,09.
Pada WTI, pivot harian menempatkan resistance di USD65,43–66,14 per barel, dengan support di kisaran USD62,54–63,63. Selama harga bertahan di atas level support ini, tren naik diperkirakan akan terus berlanjut.
Stabilitas harga minyak di dekat puncak tujuh pekan menegaskan keseimbangan antara sentimen geopolitik yang mendukung penguatan dan tekanan dari fundamental makroekonomi serta potensi tambahan pasokan.
Secara teknikal, tren jangka pendek hingga menengah masih sangat bullish baik untuk Brent maupun WTI. Selama tidak ada kejutan besar dari data ekonomi Amerika maupun eskalasi tambahan pasokan, harga minyak berpotensi menguji kembali resistance psikologis di atas USD70 untuk Brent dan USD65 untuk WTI.(*)