Logo
>

Harga Minyak Dunia Melonjak Empat Persen, Tertinggi Sejak April 2025

Minyak mentah Brent ditutup naik USD2,90 atau 4,34 persen menjadi USD69,77 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) AS melonjak lebih tinggi lagi.

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Minyak Dunia Melonjak Empat Persen, Tertinggi Sejak April 2025
Tampilan atas pipa industri dan rak pipa untuk pabrik industri minyak bumi, kimia, dan hidrogen. (Foto: Adobe Stock)

KABARBURSA.COM – Harga minyak dunia melonjak tajam pada perdagangan Rabu waktu Amerika Serikat atau Kamis WIB, 12 Juni 2025. Lonjakan ini terjadi menyusul kabar bahwa Washington tengah mempersiapkan evakuasi staf diplomatik dari kedutaan besar AS di Irak. 

Kabar ini langsung mengguncang pasar dan memicu kekhawatiran baru terhadap keamanan pasokan energi global, khususnya dari Timur Tengah.

Minyak mentah Brent ditutup naik USD2,90 atau 4,34 persen menjadi USD69,77 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) AS melonjak lebih tinggi lagi, naik USD3,17 atau 4,88 persen ke posisi USD68,15 per barel. 

Kedua acuan harga tersebut kini berada di level tertinggi sejak awal April.

“Pasar benar-benar tidak menduga munculnya risiko geopolitik sebesar ini,” kata analis di Price Futures Group Phil Flynn. 

Ia menambahkan, reaksi spontan para pelaku pasar menunjukkan betapa sensitifnya harga terhadap ketegangan di kawasan penghasil minyak utama dunia.

Irak merupakan produsen minyak terbesar kedua di dalam OPEC setelah Arab Saudi. Selain itu, kabar lain menyebutkan bahwa keluarga militer AS di Bahrain juga bisa dievakuasi, memperluas cakupan ketegangan di kawasan.

Kondisi diperburuk oleh pernyataan keras dari Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh, yang menyatakan Teheran siap menyerang pangkalan militer AS jika perundingan nuklir gagal. 

Presiden Donald Trump pun mengakui bahwa ia tidak terlalu yakin Iran akan bersedia menghentikan pengayaan uranium, memperkecil peluang tercapainya kesepakatan.

Meski demikian, dari sisi pasokan global, OPEC+ masih berencana menambah produksi sebanyak 411.000 barel per hari pada Juli, untuk bulan keempat berturut-turut. 

Namun analis dari Capital Economics, Hamad Hussain, memperkirakan permintaan domestik di negara-negara OPEC+, terutama Arab Saudi, dapat menyerap peningkatan pasokan tersebut sehingga harga tetap terjaga.

Stok Minyak Mentah AS Turun 3,6 Juta Barel

Di luar isu geopolitik, sentimen pasar juga sedikit terangkat oleh pernyataan Trump soal tercapainya kesepakatan dagang baru dengan China. Beijing disebut akan kembali memasok logam tanah jarang, sementara AS membuka akses lebih luas bagi mahasiswa China ke universitas-universitas di Amerika. 

Meski kesepakatan masih menunggu persetujuan akhir dari Presiden Xi Jinping dan Trump sendiri, pasar menilai risiko dari ketegangan dagang setidaknya telah mereda.

Namun begitu, analis dari PVM Oil Associates, Tamas Varga, mengingatkan bahwa reaksi pasar terhadap kabar dagang ini masih relatif tenang. Menurutnya, masih terlalu dini untuk mengukur dampaknya terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global dan permintaan energi ke depan.

Dari sisi domestik, data terbaru dari Badan Informasi Energi (EIA) mencatat penurunan stok minyak mentah AS sebesar 3,6 juta barel pekan lalu, jauh di atas perkiraan pasar yang hanya 2 juta barel. Permintaan bensin juga menunjukkan peningkatan signifikan. 

Distribusi produk bensin, yang menjadi indikator utama konsumsi, naik hampir 1 juta barel per hari menjadi 9,17 juta barel per hari. Ini menjadi sebuah sinyal bahwa mobilitas masyarakat AS mulai pulih.

Di saat yang sama, inflasi konsumen AS pada Mei tercatat hanya naik tipis, memperkuat ekspektasi bahwa The Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga pada September mendatang. 

Kebijakan moneter yang lebih longgar biasanya akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan pada akhirnya meningkatkan permintaan energi, termasuk minyak.

Dengan semua faktor yang ada, baik dari krisis geopolitik hingga sinyal pemulihan permintaan domestik, pasar minyak saat ini bergerak di bawah tekanan dan harapan sekaligus. 

Jika tensi di Timur Tengah tidak mereda, bukan tidak mungkin harga minyak akan terus merangkak naik dalam beberapa pekan ke depan.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79