KABARBURSA.COM - Harga minyak dunia masih bergerak lemah pada perdagangan Kamis waktu AS, 20 November 2025. Tekanan jual muncul setelah laporan bahwa pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump tengah mendorong Ukraina-Rusia menerima proposal perdamaian.
Prospek meredanya konflik yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun itu segera menggeser sentimen pasar. Sebab, perang telah menjadi salah satu katalis positif bagi harga minyak.
Minyak mentah Brent ditutup turun 13 sen atau 0,2 persen ke USD63,38 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) melemah 30 sen atau 0,5 persen ke USD59,14 per barel.
Pasar awalnya sempat bergerak positif setelah adanya laporan dari Badan Informasi Energi (EIA). Laporan tersebut menunjukkan penurunan stok minyak mentah AS jauh lebih besar dari perkiraan. Inventaris merosot 3,4 juta barel menjadi 424,2 juta dalam pekan yang berakhir 14 November, padahal konsensus analis hanya memperkirakan penurunan sekitar 603.000 barel.
Penurunan besar ini mencerminkan aktivitas penyulingan yang meningkat di tengah margin pemrosesan yang kuat dan tingginya permintaan ekspor minyak mentah AS. Biasanya, kondisi ini menjadi katalis penguatan harga minyak karena menunjukkan ketatnya pasokan domestik.
Namun, euforia itu tidak bertahan lama, Proposal perdamaian AS–Rusia mulai menjadi fokus utama pasar. Isi proposal, yang meliputi konsesi wilayah Ukraina kepada Rusia dan pengurangan kekuatan militer Kyiv, membuka spekulasi bahwa konflik bisa mendekati garis akhir.
Meskipun Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy belum menyetujui rencana tersebut, pernyataannya bahwa ia akan mempelajarinya dan berkonsultasi dengan AS, langsung menurunkan tensi pasar. Reaksi Zelenskiy ini dianggap lebih terbuka dibanding ekspektasi banyak pihak yang memperkirakan bahwa ia akan melakukan penolakan langsung.
Phil Flynn dari Price Futures Group mulai meragukan, apakah dengan diterimanya proposal tersebut akan membatalkan sanksi terhadap perusahaan minyak Rusia?
Saat ini, sanksi perdagangan AS terhadap Rosneft dan Lukoil dijadwalkan akan berlaku hari ini, sementara Lukoil memiliki tenggat hingga 13 Desember untuk melepas portofolio internasionalnya.
Jika negosiasi perdamaian bergerak maju, potensi penundaan atau pencabutan sanksi dapat menambah suplai minyak Rusia ke pasar global. Narasi inilah yang membuat harga minyak tersendat meski data EIA memberikan dukungan positif.
Stok Bensin dan Distilat AS Naik Signifikan
Di sisi lain, meningkatnya persediaan bensin dan distilat AS untuk pertama kalinya dalam lebih dari sebulan, turut memperlemah momentum kenaikan harga. Kenaikan stok produk turunan ini mengindikasikan adanya potensi perlambatan konsumsi, terutama pada musim dingin.
Di sini, pola permintaan energi dapat berubah. Kondisi ini menambah alasan bagi pelaku pasar untuk bersikap hati-hati.
Dinamika harga minyak pagi ini menunjukkan bahwa pasar energi sangat sensitif terhadap perubahan geopolitik, bahkan ketika data fundamental memberikan sinyal penguatan. Prospek perdamaian Rusia–Ukraina menjadi variabel utama yang diamati investor karena memiliki implikasi langsung terhadap suplai global.
Jika sanksi minyak Rusia dilonggarkan atau ekspor meningkat kembali, pasar dapat mengalami tekanan tambahan. Sebaliknya, jika negosiasi gagal dan sanksi tetap berlaku, ketatnya pasokan dapat menahan harga tetap stabil atau menguat.
Untuk saat ini, kondisi pasar mencerminkan fase penyesuaian, di mana pelaku pasar menempatkan risiko geopolitik sebagai faktor dominan sambil tetap mengamati data inventaris yang menunjukkan adanya pengetatan struktural di sisi Amerika Serikat.
Volatilitas diperkirakan masih tinggi dalam beberapa pekan ke depan, terutama hingga arah jelas dari proposal perdamaian dan keputusan sanksi minyak Rusia benar-benar terlihat.(*)