Logo
>

Harga Minyak Menguat di Tengah Ketegangan Geopolitik dan Bayang-bayang Surplus

Penguatan ini terjadi setelah kedua kontrak tertekan lebih dari 4 persen sepanjang pekan lalu

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Harga Minyak Menguat di Tengah Ketegangan Geopolitik dan Bayang-bayang Surplus
Ilustrasi minyak dunia. Foto: dok Pertamina

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga minyak kembali menanjak pada perdagangan Senin, didorong kekhawatiran pasar terhadap potensi gangguan pasokan. Pemicunya datang dari meningkatnya friksi antara Amerika Serikat dan Venezuela. Namun, reli ini masih dibatasi bayang-bayang kelebihan pasokan global serta spekulasi atas kemungkinan tercapainya kesepakatan damai Rusia–Ukraina.

    Minyak mentah berjangka Brent, sebagai acuan internasional, menguat 30 sen atau 0,49 persen ke level USD61,42 per barel pada pukul 14.25 WIB, mengacu pada laporan Reuters dari Singapura. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) sebagai patokan Amerika Serikat, naik 28 sen atau 0,49 persen menjadi USD57,72 per barel.

    Penguatan ini terjadi setelah kedua kontrak tertekan lebih dari 4 persen sepanjang pekan lalu. Penyebabnya jelas: ekspektasi pasar terhadap surplus pasokan pada 2026 yang kian mengemuka.

    Ekonom NLI Research Institute, Tsuyoshi Ueno, menilai dinamika geopolitik global masih bergerak di wilayah abu-abu. Pembicaraan damai Rusia–Ukraina, katanya, terus berayun antara optimisme dan kehati-hatian. Pada saat yang sama, eskalasi ketegangan Washington–Caracas memunculkan kembali kecemasan atas risiko gangguan pasokan minyak.

    Meski demikian, arah pasar dinilai belum sepenuhnya menemukan pijakan. Kekhawatiran oversupply tetap dominan. Tanpa lonjakan signifikan risiko geopolitik, Ueno memperkirakan harga WTI berpotensi tertekan hingga menembus di bawah USD55 per barel pada awal tahun depan.

    Data pelabuhan dan dokumen maritim mengindikasikan penurunan tajam ekspor minyak Venezuela. Hal ini terjadi setelah Amerika Serikat menyita sebuah kapal tanker pada awal pekan dan menjatuhkan sanksi baru terhadap perusahaan pelayaran yang masih berbisnis dengan produsen minyak Amerika Latin tersebut. Reuters melaporkan, Washington juga berencana menahan lebih banyak kapal pengangkut minyak Venezuela, memperketat tekanan terhadap pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.

    Di sisi lain, prospek kelebihan pasokan global terus menahan laju harga. JPMorgan Commodities Research dalam laporannya mencatat surplus minyak dunia diperkirakan meningkat sepanjang 2025 hingga 2027. Pasokan global diproyeksikan tumbuh hingga tiga kali lebih cepat dibandingkan permintaan sampai 2026.

    Dari Eropa, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dilaporkan menawarkan penangguhan ambisi negaranya untuk bergabung dengan NATO dalam pertemuan maraton selama lima jam dengan utusan Amerika Serikat di Berlin, Minggu. Negosiasi lanjutan dijadwalkan berlangsung pada Senin. Utusan AS, Steve Witkoff, menyebut kemajuan signifikan telah dicapai, meski tanpa merinci detailnya.

    Konflik bersenjata juga berdampak langsung pada fasilitas energi. Militer Ukraina menyatakan telah menyerang sebuah kilang minyak besar di Yaroslavl, wilayah timur laut Moskow, pada Jumat lalu. Serangan tersebut memaksa kilang menghentikan operasionalnya, menurut sumber industri.

    Sementara itu, pendapatan Rusia dari sektor minyak dan gas diperkirakan merosot hampir separuh dibandingkan tahun sebelumnya. Pada Desember, penerimaan negara dari sektor tersebut diproyeksikan hanya mencapai 410 miliar rubel, atau sekitar USD5,12 miliar, akibat tekanan harga minyak dan penguatan nilai tukar rubel, berdasarkan perhitungan Reuters.

    Potensi tercapainya kesepakatan damai Rusia–Ukraina di masa mendatang juga membuka peluang kembalinya pasokan minyak Rusia ke pasar global, yang saat ini masih dibatasi sanksi negara-negara Barat.

    Dari Amerika Serikat, sinyal penyesuaian produksi mulai terlihat. Perusahaan energi kembali memangkas jumlah rig minyak dan gas aktif untuk kedua kalinya dalam tiga pekan terakhir, menurut laporan perusahaan jasa energi Baker Hughes, Jumat. Langkah ini mencerminkan upaya produsen menyesuaikan laju produksi di tengah lanskap pasar global yang sarat ketidakpastian.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.