Logo
>

Harga Minyak Mentah Dunia Anjlok, Brent dan WTI tak Bergairah

Ditulis oleh Yunila Wati
Harga Minyak Mentah Dunia Anjlok, Brent dan WTI tak Bergairah

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga minyak mentah dunia melemah lebih dari 1 persen pada penutupan perdagangan Rabu waktu setempat, 8 Januari 2015, atau Kamis dinihari WIB, 9 Januari 2025, setelah penguatan dolar AS dan lonjakan stok bahan bakar di Amerika Serikat menekan pasar. Penurunan ini membalikkan kenaikan sebelumnya yang sempat didukung oleh berkurangnya pasokan dari Rusia dan anggota OPEC lainnya.

    Minyak mentah Brent turun 89 sen atau 1,16 persen menjadi USD76,23 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 93 sen atau 1,25 persen ke USD73,32 per barel. Sebelumnya, kedua acuan ini sempat mencatatkan kenaikan lebih dari 1 persen pada awal sesi perdagangan.

    Peningkatan signifikan dalam stok bensin dan diesel menjadi salah satu faktor yang membebani pasar minyak. Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates, menjelaskan peningkatan ini terjadi karena kilang minyak terus meningkatkan produksi.

    Data dari Administrasi Informasi Energi AS menunjukkan stok bensin naik sebesar 6,3 juta barel pekan lalu menjadi 237,7 juta barel, jauh di atas ekspektasi analis yang memperkirakan kenaikan hanya 1,5 juta barel. Sementara itu, stok distilat—termasuk solar dan minyak pemanas—naik 6,1 juta barel menjadi 128,9 juta barel, jauh melampaui prediksi kenaikan 600.000 barel.

    Di sisi lain, stok minyak mentah justru turun 959.000 barel menjadi 414,6 juta barel, lebih besar dibandingkan perkiraan analis yang hanya memproyeksikan penurunan sebesar 184.000 barel. Meski demikian, penguatan dolar AS menambah tekanan pada harga minyak, karena membuat komoditas ini menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

    Namun, kerugian harga ini sedikit terbatas oleh penurunan produksi dari OPEC pada Desember 2024. Produksi OPEC menyusut setelah dua bulan berturut-turut mengalami peningkatan, akibat pemeliharaan ladang minyak di Uni Emirat Arab, yang mengimbangi kenaikan output di Nigeria.

    Di Rusia, produksi minyak rata-rata mencapai 8,971 juta barel per hari pada Desember 2024, di bawah target negara itu. Begitu menurut laporan Bloomberg yang mengutip kementerian energi setempat.

    Para analis memprediksi bahwa harga minyak pada 2025 akan lebih rendah dibandingkan 2024. Sebagian disebabkan karena peningkatan produksi dari negara-negara non-OPEC. BMI, divisi Fitch Group, memproyeksikan rata-rata harga minyak Brent pada 2025 berada di angka USD76 per barel, lebih rendah dibandingkan rata-rata USD80 per barel pada 2024.

    Sementara itu, beberapa kekhawatiran tetap membayangi pasar. Lonjakan tambahan dalam stok bahan bakar beberapa minggu ke depan dapat semakin membebani harga minyak. Namun, permintaan minyak pemanas yang meningkat akibat cuaca dingin ekstrem mungkin memberikan dukungan sementara terhadap pasar.

    Sempat Menguat Tipis

    Harga minyak dunia sempat menguat tipis pada penutupan perdagangan Rabu, 8 Januari 2025 dini hari WIB karena didorong kekhawatiran soal terbatasnya pasokan dari Rusia dan Iran akibat sanksi Barat. Pasar juga masih was-was soal ekspektasi peningkatan permintaan dari China.

    Mengutip dari Reuters, harga minyak Brent ditutup di level USD77,05 per barel, naik 75 sen atau 0,98 persen. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 69 sen atau 0,94 persen menjadi USD74,25 per barel.

    Menurut analis pasar Forex, Razan Hilal, pasar sedang berharap pada stimulus ekonomi dari China untuk memacu pertumbuhan. Apalagi, pasokan minyak global masih ketat setelah libur Natal dan Tahun Baru.

    “Meskipun pergerakan pasar masih dalam rentang tertentu, kenaikan harga ini didorong ekspektasi permintaan yang lebih baik berkat lonjakan aktivitas liburan dan janji-janji ekonomi dari China,” tulis Hilal dalam catatan paginya. “Namun, tren utamanya masih cenderung bearish.”

    Di sisi lain, menurut analis UBS Giovanni Staunovo, beberapa pelaku pasar mulai memperhitungkan potensi gangguan kecil pada ekspor minyak Iran ke China.

    Ketatnya pasokan akibat sanksi juga mendorong permintaan minyak Timur Tengah meningkat. Hal ini tercermin dari kenaikan harga minyak Saudi untuk Asia pada Februari, yang menjadi kenaikan pertama dalam tiga bulan terakhir.

    Sementara itu, di China, Shandong Port Group mengeluarkan larangan bagi kapal tanker yang dikenai sanksi AS untuk bersandar di jaringan pelabuhannya. Larangan ini dapat membatasi akses kapal-kapal tersebut ke terminal energi besar di pesisir timur China, termasuk Qingdao, Rizhao, dan Yantai.

    Di sisi Barat, cuaca dingin ekstrem di AS dan Eropa meningkatkan permintaan minyak pemanas. Namun, data ekonomi global membatasi kenaikan harga minyak secara signifikan. Inflasi zona euro naik pada Desember, meskipun kenaikan ini diperkirakan tidak akan menggagalkan rencana pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa (ECB).

    “Inflasi yang tinggi di Jerman memicu spekulasi bahwa ECB mungkin tidak bisa memangkas suku bunga secepat yang diharapkan,” ujar Analis Panmure Liberum, Ashley Kelty.

    Sinyal teknis menunjukkan harga minyak berpotensi berada di area overbought, sehingga banyak penjual yang siap masuk memanfaatkan kenaikan ini untuk menjual saham mereka dan meredam kenaikan lebih lanjut, kata Harry Tchilinguirian, kepala riset Onyx Capital Group.

    Pelaku pasar kini menunggu data ekonomi terbaru, termasuk laporan ketenagakerjaan AS pada Jumat mendatang.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79