KABARBURSA.COM - Harga batu bara global mencatatkan kenaikan tipis pada perdagangan Kamis, 24 April 2025, seiring dengan tren penurunan produksi batu bara di Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data dari Refinitiv, harga batu bara tercatat sebesar USD94,75 per ton, naik sebesar 0,26 persen dibandingkan penutupan perdagangan sehari sebelumnya yang berada di angka USD94,50 per ton.
Peningkatan harga ini berlangsung di tengah berlanjutnya tren penurunan produksi batu bara di AS, yang secara historis telah menunjukkan kecenderungan menurun sejak mencapai titik puncaknya pada 2008.
Menurut laporan terbaru dari Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA), pada 2023 negara tersebut hanya memproduksi 578 juta ton pendek (MMst) batu bara, atau kurang dari separuh volume produksi yang tercatat pada tahun 2008.
Laporan EIA yang dirilis awal April 2025 bertepatan dengan penandatanganan perintah eksekutif oleh Presiden AS Donald Trump yang bertujuan untuk mendorong kembali produksi batu bara dan penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara di dalam negeri. Meskipun demikian, data aktual menunjukkan bahwa target tersebut menghadapi tantangan besar.
Dalam laporan prospek energi jangka pendeknya, EIA memperkirakan bahwa produksi batu bara AS akan terus menurun. Volume produksi diperkirakan akan mencapai 512 juta ton pada tahun 2024 dan kemudian turun lebih lanjut menjadi 483 juta ton pada 2025, serta 467 juta ton pada 2026. Penurunan ini terjadi secara merata di hampir seluruh jenis batu bara—antrasit, bitumen, subbitumen, dan lignit.
Faktor utama yang mendorong penurunan ini bukan hanya kebijakan regulasi atau pembatasan lingkungan, melainkan pertimbangan ekonomi. EIA dan para analis mencatat bahwa persaingan harga dari gas alam dan energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, semakin menekan daya saing batu bara sebagai sumber energi pembangkit listrik. Selain itu, arah kebijakan energi di AS juga menunjukkan pergeseran ke energi bersih yang lebih berkelanjutan dan efisien.
Profesor Gilbert Michaud dari Universitas Loyola di Chicago menjelaskan bahwa produksi batu bara telah kalah bersaing dengan bentuk energi lain yang lebih murah dan kini lebih banyak dipilih oleh sektor industri maupun pemerintah. Michaud menekankan bahwa meskipun upaya peningkatan produksi batu bara masih dilakukan secara politis, hambatan pasar tetap menjadi tantangan utama yang sulit diatasi melalui kebijakan semata.
Tren penurunan produksi yang terus berlangsung ini juga menunjukkan transformasi jangka panjang dalam bauran energi AS. Sektor kelistrikan secara bertahap mengurangi ketergantungannya pada batu bara dan beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan serta efisien secara biaya.
Dalam konteks global, dinamika ini dapat memengaruhi keseimbangan pasokan dan permintaan batu bara, termasuk implikasinya terhadap harga di pasar dunia.
Kenaikan harga batu bara yang terjadi saat ini dinilai sebagai respons jangka pendek terhadap potensi pengetatan pasokan. Namun demikian, arah jangka panjang industri ini akan sangat dipengaruhi oleh transisi energi yang terus bergulir di berbagai negara, termasuk AS.
BUMI Tetap Fokus Diversifikasi
PT Bumi Resources Tbk (BUMI), salah satu produsen batu bara terbesar di Indonesia, menjadi salah satu emiten yang ikut terdampak oleh dinamika harga batu bara global, termasuk kenaikan tipis yang tercatat pada Kamis, 24 April 2025.
Meskipun harga batu bara mencatatkan penguatan sebesar 0,26 persen menjadi USD94,75 per ton, BUMI tetap memproyeksikan kondisi industri batu bara tahun ini dan tahun depan akan dipenuhi tantangan, terutama dari sisi permintaan dan tekanan harga global.
Manajemen BUMI, melalui Direktur Dileep Srivastava, sempat menyampaikan bahwa meskipun pasar cenderung stabil, tekanan tetap ada. Perusahaan memperkirakan harga batu bara global berpotensi turun hingga 12 persen sepanjang 2025.
Penurunan ini sejalan dengan tren penurunan permintaan global, yang diproyeksikan turun sekitar 0,3 persen, terutama akibat semakin masifnya adopsi energi terbarukan di negara-negara konsumen utama seperti China.
Menghadapi situasi tersebut, BUMI tidak hanya mengandalkan bisnis intinya di sektor batu bara, melainkan juga memperkuat strategi diversifikasi melalui entitas anak seperti PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) yang bergerak di sektor pertambangan mineral, serta PT Darma Henwa Tbk (DEWA) yang bergerak di jasa kontraktor tambang.
Kedua entitas ini diharapkan menjadi pendorong pertumbuhan baru sekaligus penyeimbang terhadap volatilitas harga komoditas utama.
Secara operasional, BUMI mencatatkan pertumbuhan kinerja produksi dan penjualan batu bara yang positif hingga kuartal ketiga 2024. Produksi batu bara mencapai 57,3 juta ton, naik dari 56,2 juta ton pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, volume penjualan juga tumbuh menjadi 55,8 juta ton, dibandingkan dengan 54,3 juta ton pada Januari–September 2023.
Dalam menghadapi gejolak harga dan perubahan struktur pasar energi global, perusahaan akan terus mengedepankan efisiensi operasional. Strategi ini mencakup optimalisasi biaya produksi di seluruh anak usaha serta peningkatan kontribusi dari investasi non-batu bara.
Selain efisiensi internal, BUMI juga memperkuat relasi bisnis dengan pelanggan utama sebagai bagian dari upaya mempertahankan posisi kompetitif di tengah transisi energi global.
Dengan kombinasi strategi diversifikasi, peningkatan efisiensi, dan pendekatan adaptif terhadap pasar, BUMI berupaya menjaga kesinambungan kinerja di tengah tantangan industri batu bara yang semakin kompleks.
Kenaikan harga batu bara saat ini menjadi sinyal positif jangka pendek, namun BUMI tampak mempersiapkan diri untuk menghadapi realitas baru sektor energi global yang makin kompetitif dan berorientasi pada keberlanjutan.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.