Logo
>

Hilirisasi Rumput Laut, Diolah Menjadi Obat hingga Makanan

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Hilirisasi Rumput Laut, Diolah Menjadi Obat hingga Makanan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Produk berbahan dasar rumput laut banyak diminati masyarakat, terlebih saat pandemi COVID-19. Maka dari itu, perlu didorong produk hilirisasi rumput laut.

    Pengusaha rumput laut, Sinda Sutadisastra mengatakan, di dalam rumput laut terkandung vitamin A, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C, zat besi, mangan, magnesium, zinc, fiboflavin, niacin, tiamin, serta kalsium.

    “Karena kandungannya, rumput laut dianggap sebagai salah satu makanan yang menyehatkan dan baik untuk dikonsumsi secara rutin,” kata Sinda Sutadisastra kepada Kabar Bursa, Rabu, 10 Juli 2024.

    Katanya, pada masa pandemi COVID-19, rumput laut digunakan untuk obat. “Dibuat jadi kapsul. Permintaan dari luar negeri banyak,” ujarnya.

    Akan tetapi, pengunaan kapsul berbahan dasar rumput laut berkurang seiring meredanya pandemi COVID-19, sehingga produksi kapsulnya tidak seintens waktu itu.

    “Sekarang sudah enggak diproduksi lagi dalam bentuk kapsul. Jadi, sekarang harganya kembali lagi seperti sebelum COVID-19. Permintaan rumput laut meningkat di masa pandemi COVID-19,” tuturnya.

    Meski permintaan dalam bentuk kapsul menurun, Sinda menyebut, rumput laut masih sangat dinikmati. Sebab, tumbuhan ini berguna untuk “stabilizer” makanan.

    “Misalnya beli susu atau beli apa pun, butuh menstabilkan rasa, pasti ada rumput lautnya,” ujar Sinda Sutadisastra.

    Menurut Sinda, harga rumput laut di setiap provinsi di Indonesia bervariasi. Di pulau Jawa, misalnya, harganya Rp12.000 hingga Rp15.000 per kilogram. Sementara di Kalimantan dipatok senilai Rp8.000 per kilogram.

    “Harga tersebut bisa dikatakan normal. Harga tersebut seperti sebelum pandemi COVID-19,” jelas Sinda.

    Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, menyoroti potensi besar pemanfaatan rumput laut di Indonesia dan pentingnya industri ini untuk masa depan ekonomi maritim Indonesia.

    Menurut Luhut, seperti nikel, rumput laut juga memiliki potensi besar yang belum sepenuhnya dimanfaatkan.

    “Dalam konteks rumput laut, kita adalah negara terbesar di dunia, sama seperti dengan nikel,” kata Luhut saat menyampaikan pidato di ulang tahun HIPMI ke-52 di Jakarta, Senin, 10 Juni 2024.

    Dia pun mendorong generasi muda untuk melihat peluang bisnis di sektor rumput laut ini. Ditekannya, potensi rumput laut sangat besar dan belum tereksplorasi sepenuhnya.

    “Rumput laut ini memiliki potensi besar, terutama bagi generasi muda yang ingin mencoba terjun ke dalam bisnis ini,” ujarnya.

    Selain itu, Luhut juga menyoroti potensi besar sektor kemaritiman yang masih belum banyak dieksplorasi. Meskipun kontribusinya masih kecil, peluangnya sangat besar.

    Ia menyarankan generasi muda untuk tidak hanya fokus pada industri batu bara yang tengah mengalami pengawasan yang lebih ketat.

    “Ikuti peluang di sektor kemaritiman. Jangan hanya fokus pada batu bara yang pengawasannya semakin ketat. Peluang di sektor kemaritiman sangat besar,” ujar Luhut.

    Dalam konteks bisnis, Luhut menekankan bahwa rumput laut dapat dikembangkan menjadi berbagai produk, seperti bioethanol, plastik biodegradable, dan pupuk organik.

    Selain itu, ia juga menyoroti keberlangsungan lingkungan dan mengungkapkan bahwa rumput laut menjadi fokus program pemerintah ke depan.

    “Saat ini, rumput laut telah diakui sebagai bahan ramah lingkungan. Potensinya untuk dijadikan bioethanol, plastik biodegradable, pupuk organik, dan produk lainnya sangat besar. Ini menjadi fokus program pemerintah ke depan,” jelasnya.

    Tidak hanya itu, Luhut juga mengungkapkan bahwa pemerintah sedang melakukan negosiasi dengan Uni Eropa terkait ekspor mineral dan produk turunannya.

    Uni Eropa, yang sebelumnya melaporkan Indonesia ke WTO, kini bersedia bernegosiasi dengan syarat Indonesia tetap membuka jalur ekspor.

    “Kami tengah melakukan negosiasi dengan Uni Eropa terkait ekspor mineral dan produk turunannya. Mereka yang sebelumnya melaporkan kita ke WTO, sekarang bersedia bernegosiasi dengan syarat kita tetap membuka jalur ekspor,” tegas Luhut.

    Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika mengatakan ketersediaan bahan baku yang melimpah seiring dengan peluang pengembangan berbagai produk turunan yang bernilai tambah tinggi, industri pengolahan rumput laut memiliki prospek bisnis yang menjanjikan.

    Dia menyebut, Indonesia masuk dalam jajaran negara penghasil budidaya rumput laut terbesar kedua di bawah China. Sehingga, proses budidaya dan hilirisasi rumput laut bisa digenjot untuk maju kendati saat ini belum terlihat signifikan pertumbuhannya.

    “Karenanya, Kemenperin berkomitmen untuk meningkatkan hilirisasi komoditas rumput laut melalui berbagai kebijakan,” kata Putu, Selasa, 25 Juni 2024.

    Dalam 10 tahun terakhir, kata Putu, ekspor rumput laut kering dari Indonesia masih mendominasi, baik untuk konsumsi maupun bahan baku industri. Ekspor produk rumput laut kering mencapai 66,61 persen, sementara rumput laut olahan (karagenan dan agar-agar) masih sebesar 33,39 persen.

    Pada tahun 2023, Indonesia memproduksi 10,7 juta ton rumput laut basah. Sejauh ini, pemanfaatan olahan rumput laut sebagian besar digunakan untuk produk makanan dan minuman, yaitu sebesar 77 persen. Sementara di industri farmasi, kosmetik, dan lainnya, baru mencapai 23 persen.

    Mengutip laporan The Global Seaweed: New and Emerging Market Report pada tahun 2023, pangsa pasar baru yang akan berkembang pada tahun 2030 untuk produk-produk hilir rumput laut dengan potensi pasar sebesar USD11,8 miliar, yang antara lain meliputi biostimulan, bioplastik, aditif pakan hewan, nutraseutikal, protein alternatif, farmasi, dan tekstil.

    “Untuk itu, diperlukan pengembangan dan inovasi produk untuk mendorong hilirisasi rumput laut menjadi produk-produk potensial tersebut,” jelas Putu.

    Pengembangan hilirisasi berbasis sumber daya hayati, salah satunya rumput laut, akan semakin fokus dan berkembang seiring dengan masuknya komoditas rumput laut dalam tematik pengembangan hilirisasi industri berbasis SDA unggulan pada RPJMN 2025-2029.

    Salah satu upaya Kemenperin untuk meningkatkan daya saing dan optimalisasi hilirisasi industri rumput laut dalam negeri adalah menjalin sinergi dengan berbagai K/L melalui afirmasi program dan kebijakan sesuai arahan Presiden dalam rangka percepatan hilirisasi industri rumput laut nasional.

    Selanjutnya, dalam rangka meningkatkan hilirisasi komoditas rumput laut melalui diversifikasi produk olahan rumput laut, Kemenperin mendorong kerja sama antara industri pengolahan rumput laut dengan industri pengguna, mendorong program sertifikasi TKDN, dan program restrukturisasi mesin atau peralatan bagi industri pengolahan rumput laut.

    Untuk mendorong kerja sama antara industri pengolahan rumput laut dengan sektor pengguna, Kemenperin menyelenggarakan Business Matching Industri Pengolahan Rumput Laut dengan Industri Pengguna pada 25-26 Juni 2024 di Jakarta.

    Adapun kegiatan itu merupakan business matching kedua untuk industri pengolahan rumput laut yang digelar Kemenperin. Pada tahun 2022 lalu, kegiatan serupa telah diselenggarakan dan berhasil mencatatkan transaksi kerja sama sebesar Rp6,3 Miliar. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.