Logo
>

IEU-CEPA Rampung, Indonesia Bersiap Perluas Akses Pasar ke Eropa

Kerja sama ini tak hanya soal nilai ekonomi, tetapi juga strategi dalam memperkuat posisi rantai pasok global.

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
IEU-CEPA Rampung, Indonesia Bersiap Perluas Akses Pasar ke Eropa
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. (Foto: ekon.go.id)..

KABARBURSA.COM - Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang kian sulit diprediksi, Indonesia terus mencari ruang gerak untuk memperluas jangkauan pasarnya. 

Salah satu upaya konkret terlihat dalam pertemuan bilateral antara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dengan EU Commissioner for Trade and Economic Security, Maros Sefcovic. 

Agenda utamanya jelas, yaitu finalisasi perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). Setelah pertemuan tersebut Airlangga menyatakan bahwa proses negosiasi secara teknis telah rampung. 

“Teks perundingan telah selesai dan sejumlah isu teknis yang kemarin mampu diselesaikan dalam putaran terakhir di tingkat Chief Negotiation,” ujarnya dalam konferensi pers 7 Juni 2025.

Pertemuan ini menandai komitmen kuat dari pemerintah Indonesia untuk merampungkan perundingan dengan mitra-mitra strategis, termasuk Uni Eropa, demi membuka peluang pasar yang lebih luas serta menciptakan peningkatan perdagangan dan investasi yang saling menguntungkan.

Menurut Airlangga, kerja sama ini tak hanya soal nilai ekonomi, tetapi juga strategi dalam memperkuat posisi rantai pasok global. 

"Indonesia dan Uni Eropa sepakat untuk menggunakan momentum situasi yang saat ini penuh ketidakpastian," tambahnya

Kerja sama ini tak mempertemukan dua kekuatan ekonomi dalam kompetisi langsung, melainkan dalam sinergi yang saling mengisi. Mengingat kata Airlangga komoditas utama Indonesia dan Uni Eropa bersifat saling melengkapi ataupun komplementer.

“Tidak berkait bersaing secara langsung dan tentunya ini sama-sama memperkuat supply chain ataupun rantai pasok pasar dunia sehingga percepatan dari penyelesaian ini menjadi sangat penting,” lanjut Airlangga.

Dengan populasi Uni Eropa mencapai 450 juta jiwa dan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar USD 19,5 triliun, sementara Indonesia memiliki populasi 282 juta jiwa dan ekonomi senilai USD 1,4 triliun, kerja sama ini dipandang sebagai peluang emas untuk membentuk kekuatan pasar yang masif dan strategis.

“Bila digabungkan ini menjadi sebuah potensi pasar yang sangat besar,” kata Airlangga.

Saat ini, Uni Eropa merupakan mitra dagang kelima terbesar bagi Indonesia, dengan total nilai perdagangan mencapai USD 30,1 miliar tahun lalu atau sekitar Rp489,37 triliun (asumsi kurs Rp16.258,05). 

Dari angka tersebut, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan sebesar USD 2,5 miliar atau sekitar Rp40,65 triliun. bahkan sempat mencapai USD 4,5 miliar atau sekitar Rp73,16 triliun pada tahun sebelumnya.

Indonesia Minta Buka Pasar Industri Padat Karya

Di meja perundingan IEU-CEPA, Indonesia menegaskan kepentingannya terhadap sektor-sektor industri padat karya. Pemerintah secara khusus meminta agar Uni Eropa membuka akses pasar seluas-luasnya bagi produk seperti alas kaki, tekstil, garmen, serta hasil perikanan. 

Langkah ini bukan tanpa alasan. Sektor-sektor tersebut selama ini menjadi tulang punggung penyerapan tenaga kerja domestik sekaligus kontributor penting bagi ekspor nasional. Karena itu, dalam setiap sesi negosiasi, isu pembukaan pasar untuk komoditas ini menjadi prioritas.

Tak kalah krusial, Indonesia juga menyoroti kebijakan baru Uni Eropa yang berpotensi menjadi hambatan teknis perdagangan, salah satunya adalah Undang-Undang Anti Deforestasi (EUDR). 

Regulasi ini dikhawatirkan menyulitkan ekspor sejumlah produk kehutanan dari Indonesia, terutama kelapa sawit. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut bahwa Indonesia dan Uni Eropa telah membahas isu ini secara serius.

Menurut Airlangga, Uni Eropa telah menunjukkan itikad baik dengan memberi perhatian khusus terhadap produk kehutanan asal Indonesia. Bahkan, penerapan regulasi EUDR disebut telah ditunda selama satu tahun sebagai bentuk ruang kompromi. 

Sementara itu, Indonesia juga telah menyiapkan sistem pelacakan dan keberlanjutan (traceability) produk yang dirancang untuk memenuhi standar yang diinginkan Uni Eropa. 

Harmonisasi mekanisme antara kedua belah pihak tengah berlangsung, dengan tujuan agar perdagangan tetap berjalan, tanpa mengabaikan komitmen terhadap prinsip keberlanjutan lingkungan.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Ayyubi Kholid

Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.