KABARBURSA.COM - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa Indonesia bahwa impor minyak dan gas (migas) menggerus devisa negara sekitar Rp500 triliun setiap tahunnya.
Bahlil menekankan, bahwa kebutuhan minyak nasional mencapai 1,6 juta barel per hari, sedangkan produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi sekitar 600.000 barel per hari. Akibat ketidakseimbangan ini, Indonesia terpaksa mengimpor sekitar 1 juta barel minyak per hari untuk menutupi kekurangan tersebut.
“Setiap tahun, kita menghabiskan devisa sebesar Rp500 triliun. Ini berdampak pada nilai tukar dolar kita terhadap rupiah yang cenderung berfluktuasi, karena hukum permintaan dan penawaran terjadi terhadap dolar AS. Salah satu penyebab utama kebutuhan dolar terbesar adalah untuk membeli energi,” kata Bahlil dalam Rapat Nasional di Menara Bank Mega, Jakarta, Senin, 14 Oktober 2024.
Kata Bahlil lagi, menyikapi persoalan mendesak ini, pemerintah Indonesia sedang berupaya meningkatkan program penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang lebih ramah lingkungan. Salah satu langkah yang diambil adalah meningkatkan penggunaan biodiesel, dari saat ini 40 persen (B40) menjadi 50 persen (B50) dan 60 persen (B60).
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang diproduksi dari sumber-sumber organik, termasuk minyak kelapa sawit, kedelai, dan jarak pagar.
Selain itu, pemerintah juga mengimplementasikan transisi energi dengan mengganti penggunaan BBM dengan listrik untuk kendaraan bermotor. Berdasarkan data terbaru, sekitar 49 persen konsumsi BBM di Indonesia digunakan oleh sektor transportasi, sedangkan 30 persen lainnya berasal dari sektor industri.
“Jika kita berhasil melaksanakan ini, kita dapat mengalihkan sebagian kebutuhan energi menuju energi baru dan terbarukan dengan mengoptimalkan penggunaan mobil dan motor listrik,” tutur Bahlil.
Langkah-langkah lain yang diambil oleh pemerintah mencakup upaya untuk meningkatkan lifting migas dengan mengoptimalkan sumur-sumur migas yang ada. Dari total 44.900 lokasi sumur migas di seluruh Indonesia, hanya sekitar 16.000 yang saat ini dalam keadaan aktif.
“Dari 16.600 sumur yang ideal, terdapat sekitar 5.000 sumur yang berpotensi untuk kita optimalkan. Ini adalah target yang kami kejar. Selain itu, eksplorasi juga harus dilakukan untuk menemukan potensi baru,” jelas Bahlil.
Dengan adanya berbagai kebijakan tersebut, diharapkan Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor migas dan meningkatkan kemandirian energi nasional. Langkah-langkah ini bukan hanya bertujuan untuk mengurangi pengeluaran devisa, tetapi juga untuk mendukung upaya pemerintah dalam menghadapi tantangan perubahan iklim melalui penggunaan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Pemerintah menyadari bahwa transisi menuju sumber energi yang lebih ramah lingkungan tidak hanya penting untuk mengatasi masalah ekonomi, tetapi juga untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Upaya untuk mengembangkan biodiesel dan kendaraan listrik diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan industri energi terbarukan di Indonesia.
Bahlil juga menekankan pentingnya dukungan semua pihak, termasuk sektor swasta dan masyarakat, dalam menjalankan program-program energi terbarukan ini.
“Kami perlu kerjasama yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk mewujudkan visi ini. Energi terbarukan bukan hanya tentang lingkungan, tetapi juga tentang ekonomi yang berkelanjutan,” ujarnya.
Dengan langkah-langkah strategis yang diambil, diharapkan Indonesia tidak hanya mampu mengurangi ketergantungan pada impor migas, tetapi juga menjadi salah satu negara yang memimpin dalam penggunaan energi terbarukan di kawasan Asia Tenggara. Pemerintah akan terus memantau dan mengevaluasi progres kebijakan ini agar dapat melakukan penyesuaian yang diperlukan demi tercapainya tujuan jangka panjang.
Melalui upaya bersama dan kebijakan yang tepat, Indonesia berpotensi untuk mencapai kemandirian energi, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, serta menjaga kelestarian lingkungan untuk masa depan yang lebih berkelanjutan.
Hemat Devisa Negara, B40 Disalurkan 2025
Pemerintah berencana akan mulai mengimplementasikan penggunaan biodiesel dengan campuran 40 persen biomassa (B40) pada tahun 2025.
Langkah ini dilakukan sebagai upaya menghemat devisa negara dari impor solar dan mengurangi emisi karbon dioksida (CO2).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia merupakan satu-satunya negara yang mewajibkan pencampuran biomassa nabati dengan bahan bakar solar.
Pemerintah, kata Airlangga lagi, secara bertahap telah menjalankan kebijakan tersebut dengan mulai mengimplementasikan B20 pada 2018, dan hingga kini telah mencapai B35.
“Selanjutnya akan dinaikkan menjadi B40 di tahun 2025,” ujar Airlangga di Jakarta, Selasa, 24 September 2024.
Airlangga menyebutkan bahwa bahan bakar biodiesel yang dimanfaatkan mencapai 54,52 juta kiloliter sejak pertama kali diluncurkan pada 2018 hingga 2023. Dan, penghematan devisa yang didapat dari pemanfaatan biodiesel mencapai Rp404,32 triliun.
Sementara pada periode 2018-2024, Airlangga menyebutkan, biodiesel yang tersalurkan mencapai 63 juta kiloliter. Dengan realisasi tersebut, emisi gas rumah kaca yang berhasil diturunkan mencapai 358 juta CO2 equivalent.
“Atau 12,5 persen dari skenario business as usual,” terangnya.
Implementasi B40 disebut Airlangga sebenarnya sudah siap dilakukan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pun sudah melakukan uji coba terhadap produk bahan bakar solar dengan campuran 40 persen kelapa sawit itu. (*)