KABARBURSA.COM – Wall Street kembali bergerak tidak menentu pada perdagangan Rabu waktu New York, 19 November 2025. Pasar saham sedang berusaha mencari arah di tengah kombinasi ekspektasi kinerja Nvidia, pandangan baru dari Federal Reserve, dan data ketenagakerjaan yang tertunda akibat penutupan pemerintahan.
Pergerakan indeks acak sepanjang sesi menunjukkan bahwa pasar tengah berada pada fase sensitive. Setiap katalis yang muncul mampu menggerakkan sentimen secara signifikan.
Pada penutupan perdagangan, S&P 500 ditutup menguat 0,4 persen ke 6.642,1. Penguatan ini memutus rangkaian penurunan empat hari yang menjadi yang terpanjang dalam hampir tiga bulan terakhir.
Sepanjang perdagangan, indeks ini sempat berayun dari pelemahan tipis hingga lonjakan lebih dari 1 persen, sebelum kembali stabil mendekati penutupan.
Sementara, indeks Dow Jones hanya naik 47 poin atau 0,1 persen dan sementara Nasdaq Composite mencatat kenaikan 0,6 persen.
Pola kenaikan yang tidak seragam ini memperlihatkan bahwa pasar masih menilai ulang apakah reli panjang saham-saham teknologi dan AI masih punya ruang untuk berlanjut.
Konstelasi faktor korporasi ikut membentuk dinamika hari itu. Constellation Energy memimpin pasar dengan penguatan 5,3 persen. Penguatan ini terjadi setelah Departemen Energi AS menyetujui pinjaman sebesar USD1 miliar untuk menghidupkan kembali fasilitas nuklir di Three Mile Island.
Lowe’s juga membukukan kenaikan 4 persen setelah melaporkan laba kuartalannya lebih kuat dari ekspektasi. Namun sentimen positif ini tertahan oleh penurunan 2,8 persen pada Target, yang melaporkan bahwa pendapatannya di bawah ekspektasi. Hal ini mengisyaratkan bahwa tantangan berlanjut sepanjang musim belanja akhir tahun.
Kinerja Nvidia di Luar Ekspektasi
Tetapi perhatian utama pasar tidak teralihkan, fokus tetap tertuju pada Nvidia. Saham raksasa chip AI ini naik 2,8 persen menjelang rilis laporan laba yang disampaikan setelah penutupan pasar. Dengan valuasi yang sempat melampaui USD5 triliun, Nvidia telah menjadi saham paling berpengaruh di Wall Street.
Pergerakan hariannya seringkali menentukan arah S&P 500. Kritik mengenai apakah valuasinya sudah terlalu tinggi, terus bermunculan seiring sahamnya yang terkoreksi sekitar 10 persen dari puncak bulan lalu.
Namun pada akhirnya Nvidia melaporkan laba yang lebih kuat dari perkiraan. Hal ini memberikan sinyal bahwa “siklus keemasan AI” yang disebut CEO Jensen Huang masih berlangsung.
Proyeksi pendapatan USD65 miliar untuk kuartal berikutnya juga melampaui ekspektasi, sehingga memperkuat peran Nvidia sebagai penentu arah reli AI.
Kinerja Nvidia ini bukan hanya menentukan sentimen pada saham teknologi, tetapi juga mencerminkan tingkat keyakinan pasar terhadap profitabilitas teknologi kecerdasan buatan, yang oleh beberapa pihak mulai dibandingkan dengan gelembung dot-com tahun 2000.
Menanti Rilis Tenaga Kerja AS dan Pemotongan Suku Bunga
Di sisi makro, pasar juga menata ulang ekspektasi terhadap kebijakan moneter. Trader membuat langkah terakhir menjelang rilis laporan ketenagakerjaan AS untuk September yang sempat tertunda akibat shutdown.
Meski data tersebut dianggap kedaluwarsa, pasar tetap menaruh perhatian besar karena kekuatan pasar tenaga kerja menjadi faktor utama yang menentukan keputusan suku bunga The Fed. Penurunan bertahap di sektor tenaga kerja sepanjang tahun ini telah mendorong pemangkasan suku bunga sebanyak dua kali, tetapi ekspektasi pemotongan lanjutannya mulai memudar.
Risalah pertemuan The Fed terbaru memperlihatkan banyak pejabat mempertimbangkan untuk menahan suku bunga sampai 2025. Alasannya, inflasi masih melekat di atas target 2 persen. Ketidakpastian ini membuat imbal hasil obligasi AS bergerak liar.
Yield Treasury tenor 10 tahun bertahan di 4,12 persen setelah sempat turun sebelum kembali naik pascarilis risalah. Pengumuman bahwa laporan ketenagakerjaan Oktober tidak akan dirilis, semakin memperkuat argumen bahwa sebagian pejabat The Fed perlu menunggu lebih banyak data sebelum mengambil langkah baru.
Secara keseluruhan, performa Wall Street pada perdagangan Rabu mencerminkan fase pasar yang terpecah antara optimisme terhadap profit korporasi, terutama dari sektor AI, dan kekhawatiran bahwa valuasi telah melampaui fundamental ekonomi.
Indeks utama memang berakhir menghijau, namun volatilitas sepanjang sesi menjadi indikator bahwa pasar sedang menavigasi dua risiko besar, yaitu ketidakpastian kebijakan suku bunga dan kemungkinan bahwa reli berbasis teknologi telah melaju terlalu cepat.
Dengan laporan kerja yang tertunda, risalah The Fed yang lebih hawkish, dan hasil Nvidia yang berpotensi menjadi katalis arah pasar, menandakan bahwa Wall Street sedang memasuki periode krusial.
Sentimen masih dapat berubah cepat, dan arah pergerakan indeks pada hari-hari berikutnya sangat bergantung pada apakah pasar melihat prospek AI sebagai fondasi baru pertumbuhan, atau awal dari gelembung berikutnya.(*)