Logo
>

Indonesia Masih Juara Impor Bahan Pangan, Nilainya Capai Segini

Ditulis oleh Yunila Wati
Indonesia Masih Juara Impor Bahan Pangan, Nilainya Capai Segini

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indonesia ternyata masih juara impor. Mengutip dari data Badan Pusat Statistik, 17 September 2024, selama periode Januari hingga Agustus 2024, impor bahan pangan strategis Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan, terutama pada komoditas seperti gandum, gula, beras, dan ikan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan adanya kenaikan impor beberapa komoditas penting ini, meski ada juga yang menunjukkan penurunan dari segi volume.

    Impor bahan pangan, yang meliputi gandum, gula, beras, dan ikan, memberikan kontribusi besar terhadap total impor non-migas Indonesia. Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini, mengungkapkan bahwa total impor gandum, gula, dan beras menyumbang sekitar 5,07 persen dari keseluruhan impor non-migas Indonesia. Meski ada perbedaan tren di antara komoditas tersebut, ketergantungan Indonesia pada impor bahan pangan terus berlanjut untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

    Kenaikan Impor Gandum dan Meslin

    Gandum dan meslin, yang merupakan bahan dasar penting dalam industri pangan Indonesia, mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pada periode Januari-Agustus 2024, nilai impor gandum dan meslin naik sebesar 3,84 persen, dari USD2,46 miliar pada tahun sebelumnya menjadi USD2,56 miliar. Volume impor bahkan naik lebih tajam, yakni sebesar 25,35 persen, dari 6,73 juta ton menjadi 8,43 juta ton.

    Peningkatan ini menandakan tingginya permintaan bahan baku dalam negeri, terutama untuk industri pangan seperti roti, mie, dan produk-produk berbahan gandum lainnya. Negara-negara pemasok utama gandum Indonesia meliputi Australia dengan volume 2,27 juta ton (USD707,39 juta), Kanada dengan 1,82 juta ton (USD639,71 juta), dan Argentina dengan 1,32 juta ton (USD373,56 juta).

    Lonjakan Impor Beras

    Komoditas beras, yang menjadi bahan pangan pokok utama di Indonesia, mencatat peningkatan yang signifikan dalam impor. Pada periode Januari-Agustus 2024, volume impor beras mencapai 3,05 juta ton, atau naik 91,85 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 1,59 juta ton. Secara nilai, impor beras melonjak 121,34 persen, dari USD863,62 juta pada Januari-Agustus 2023 menjadi USD1,91 miliar.

    Thailand menjadi pemasok terbesar beras untuk Indonesia, dengan volume 1,13 juta ton (USD734,78 juta), diikuti oleh Vietnam dengan 0,87 juta ton (USD542,86 juta), dan Pakistan dengan 0,46 juta ton (USD290,56 juta).

    Kenaikan impor beras ini mencerminkan adanya langkah strategis dari pemerintah untuk menjaga stok beras dalam negeri, terutama dalam menghadapi tantangan cuaca dan produksi yang belum stabil.

    Penurunan Volume Impor Gula, Namun Nilai Meningkat

    Berbeda dengan gandum dan beras, impor gula mengalami penurunan dari segi volume meski nilai impornya meningkat. Pada periode Januari-Agustus 2024, volume impor gula turun sebesar 2,58 persen, dari 3,46 juta ton pada tahun sebelumnya menjadi 3,38 juta ton. Namun, nilai impor justru naik sebesar 5,53 persen, dari USD1,89 miliar pada tahun 2023 menjadi USD1,99 miliar di tahun ini.

    Brazil menjadi pemasok utama gula dengan volume 1,96 juta ton (USD1,15 miliar), disusul oleh Thailand dengan 0,89 juta ton (USD533,78 juta), dan Australia dengan 0,42 juta ton (USD241,31 juta).

    Peningkatan nilai impor meskipun volumenya menurun disebabkan oleh kenaikan harga gula di pasar internasional serta fluktuasi kurs dan biaya transportasi yang turut mempengaruhi harga.

    Impor Ikan Indonesia Masih Tinggi

    Di tengah upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi perikanan domestik, impor ikan Indonesia ternyata masih cukup tinggi. BPS melaporkan bahwa selama Januari-Agustus 2024, impor ikan mencapai USD130,03 juta, meskipun terjadi penurunan signifikan sebesar 40,04 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2023 yang sebesar USD216,88 juta.

    Dari sisi volume, impor ikan juga turun drastis sebesar 55,63 persen, dari 128,02 ribu ton pada Januari-Agustus 2023 menjadi 56,8 ribu ton pada periode yang sama tahun 2024. Meski demikian, ada peningkatan impor pada bulan Agustus 2024 dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu naik 23,07 persen secara nilai menjadi USD19,23 juta dengan volume 9,7 ribu ton.

    Negara-negara pemasok utama ikan ke Indonesia mencakup Norwegia, China, dan Rusia. Meskipun impor ikan mengalami penurunan secara keseluruhan, tren peningkatan pada bulan Agustus menunjukkan masih tingginya ketergantungan terhadap impor untuk jenis-jenis ikan tertentu, terutama yang tidak diproduksi secara besar di dalam negeri.

    Secara keseluruhan, impor bahan pangan strategis Indonesia seperti gandum, beras, gula, dan ikan menunjukkan tren yang beragam sepanjang Januari-Agustus 2024. Kenaikan impor beras dan gandum mencerminkan upaya menjaga pasokan dalam negeri, sementara penurunan volume impor gula dan ikan menunjukkan adanya tantangan dalam menyeimbangkan produksi lokal dan kebutuhan impor.

    Dengan ketergantungan impor yang masih tinggi, pemerintah perlu terus mendorong produksi pangan dalam negeri agar ketahanan pangan nasional semakin kuat. Di sisi lain, lonjakan nilai impor menunjukkan bahwa harga-harga komoditas pangan di pasar global terus bergejolak, yang juga dapat mempengaruhi stabilitas harga di dalam negeri.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79