KABARBURSA.COM - Industri manufaktur dan industri farmasi diklaim bisa menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2026.
Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha BUMN Ferry Irawan mengatakan untuk mencapai visi Indonesia emas 2045, Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan lebih berkualitas.
Menurutnya, target pertumbuhan 8 persen pada tahun 2029 bukanlah sesuatu yang mustahil hal ini berkaca dari tahun 1990-an yang pernah tumbuh di atas 7 persen.
"Kuncinya adalah industrialisasi yang berkelanjutan, percepatan hilirisasi, serta penguatan BUMN terutama sektor manufaktur dan farmasi sebagai motor transformasi ekonomi nasional,” ujar dia dalam acara Peran Strategis BUMN Industri Manufaktur dan Farmasi, Kamis, 11 Desember 2025.
Dalam acara tersebut, dilakukan pembahasan mengenai peran BUMN manufaktur dalam pengembangan mobil nasional, dukungan kebijakan pemerintah dalam memperkuat ekosistem industri mobil nasional, serta arah transformasi struktural Indonesia melalui penguatan sektor manufaktur dan pembangunan ekosistem mobil nasional.
Sejumlah narasumber menegaskan pentingnya memperkuat struktur industri dan meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia.
Industri manufaktur diklaim menjadi tulang punggung perekonomian nasional dan motor penggerak utama PDB nasional dengan kontribusi sebesar 19,15 persen.
Penguatan industri manufaktur, khususnya melalui pembangunan mobil nasional berbasis Electric Vehicle (EV), menjadi langkah krusial untuk mendorong reindustrialisasi.
Indonesia memiliki momentum tepat karena fondasi ekosistem EV, termasuk bahan baku baterai, baja otomotif, dan pasar domestik yang besar telah terbentuk.
Ke depan, diperlukan roadmap mobil nasional yang jelas dan terukur, skema pembiayaan yang kuat, komitmen Pmerintah sebagai early adopter, serta strategi branding yang tepat berbasis keandalan dan teknologi pertahanan.
Pengembangan ekosistem hulu–hilir yang terintegrasi, pelibatan IKM, serta antisipasi disrupsi teknologi global menjadi kunci agar mobil nasional memiliki daya saing berkelanjutan dan memberikan multiplier effect besar bagi ekonomi nasional.
Kemudian, ada juga pembahasan seputar kebijakan dan perkembangan industri farmasi dalam mendorong kemandirian Bahan Baku Obat (BBO), kesiapan BUMN farmasi dalam mewujudkan kemandirian BBO, serta analisis kebijakan Non-Tariff Measures (NTMs) untuk memperkuat daya saing dan memastikan ketersediaan BBO berkualitas.
Sektor industri farmasi juga menjadi elemen penting dalam ketahanan nasional. Kemandirian BBO merupakan agenda strategis nasional yang tidak hanya menyangkut ketahanan sektor kesehatan, tetapi juga penguatan struktur ekonomi. Peningkatan produksi BBO dalam negeri dinilai membawa dampak positif yang luas, mulai dari peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja, hingga pengurangan ketergantungan impor.
Strategi pengembangan industri farmasi perlu dilakukan bertahap, dimulai dari perluasan penggunaan BBO lokal dan penjaminan pasar melalui pengadaan Pemerintah, serta pembangunan ekosistem hulu-hilir. Selain itu, kebijakan perdagangan dan NTMs perlu disesuaikan agar ketahanan tidak mengorbankan daya saing, dan menjadikan BUMN farmasi sebagai anchor industry. Pemerintah akan terus menjaga agar industri hilir tetap produktif dan masyarakat tetap mendapatkan obat yang terjangkau,
Asisten Deputi Pengembangan BUMN Bidang Industri Manufaktur, Agro, Farmasi dan Kesehatan Muhamad Edy Yusuf menyampaikan bahwa untuk mewujudkan strategi pembangunan mobil nasional dan pengembangan industri BBO diperlukan roadmap yang terukur dan terarah.
"Serta sinergi berbagai pemangku kepentingan," ujar dia. (*)