KABARBURSA.COM - Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sektor industri pengolahan nonmigas menyumbang 72,55 persen dari total ekspor Indonesia. Adapun total ekspor di sektor ini mencapai USD13,22 miliar.
Kinerja tersebut tidak lepas dari kontribusi kuat sejumlah subsektor manufaktur, terutama industri bahan galian non logam yang mencatatkan lonjakan pertumbuhan tertinggi pada triwulan II 2025.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), subsektor ini tumbuh sebesar 10,07 persen, berbalik arah dari kontraksi 1,68 persen pada triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan dua digit ini menjadi salah satu penopang utama kinerja sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) yang juga menunjukkan tren positif. Secara keseluruhan, sektor IKFT tumbuh 6,70 persen secara tahunan (year on year) dan berkontribusi sebesar 3,82 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin, Sri Bimo Pratomo, menyampaikan bahwa capaian tersebut merupakan hasil dari penguatan struktur industri dalam negeri dan kebijakan pemerintah yang konsisten.
“Sektor IKFT telah berkontribusi sebesar 3,82% terhadap PDB nasional, hal ini menunjukkan peran strategis sektor ini sebagai motor dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Sri Bimo Pratomo dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu, 5 Oktober 2025.
Selain industri bahan galian non logam, subsektor kimia, farmasi, dan obat tradisional juga mencatat kenaikan signifikan hingga 9,39 persen, lebih tinggi dibanding triwulan I 2025 yang tumbuh 3,68 persen. Sementara itu, industri kulit, barang kulit, dan alas kaki meningkat menjadi 8,31 persen dari sebelumnya 6,95 persen.
Dari sisi ekspor, kinerja subsektor unggulan terus menguat. Berdasarkan data BPS, ekspor alas kaki (HS 64) sepanjang Januari–Agustus 2025 mencapai USD5,16 miliar, tumbuh 11,89 persen dibanding periode yang sama tahun 2024. Ekspor tekstil dan produk tekstil (HS 50–63) juga naik 0,24 persen menjadi USD8,01 miliar, sehingga total ekspor gabungan alas kaki dan TPT menembus USD13,17 miliar.
Jumlah ini meningkat 4,51 persen dari tahun sebelumnya. Produk kimia (HS 38) turut memberikan kontribusi signifikan dengan nilai ekspor sebesar USD6,12 miliar.
Kinerja positif sektor industri juga tercermin dari hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) September 2025 yang berada di zona ekspansi dengan nilai 53,02 poin. Selama tiga bulan terakhir, seluruh subsektor IKFT konsisten mencatat pertumbuhan positif.
Kemenperin menegaskan komitmennya dalam menjaga momentum ini melalui kebijakan penguatan industri, termasuk upaya hilirisasi di sektor bahan galian non logam.
Langkah tersebut ditujukan untuk mendorong peningkatan nilai tambah, memperkuat daya saing ekspor, serta menjamin ketersediaan bahan baku dan energi bagi industri dalam negeri.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan bahwa kebijakan hilirisasi dan substitusi impor merupakan bagian dari strategi besar untuk memperkuat struktur industri nasional.
“Capaian ini telah menunjukkan industri pengolahan nonmigas memiliki peran strategis dalam menjaga kinerja ekspor sekaligus memperkuat struktur ekonomi nasional,” ujarnya.
Pertumbuhan dua digit industri bahan galian non logam memberi sinyal kuat bahwa program hilirisasi mineral mulai menunjukkan hasil. Dengan dukungan kebijakan berkelanjutan dan penguatan kapasitas industri domestik, sektor ini berpotensi menjadi salah satu pilar utama dalam memperkokoh fondasi ekspor manufaktur Indonesia. (*)