Logo
>

Industri Otomotif bakal Terus Gigit Jari jika Suku Bunga Tetap Tinggi

Ditulis oleh Citra Dara Vresti Trisna
Industri Otomotif bakal Terus Gigit Jari jika Suku Bunga Tetap Tinggi

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Dampak keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan BI-Rate di level enam persen pada 17-18 Desember 2024 membawa dampak langsung terhadap sektor otomotif. Pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu mengatakan kebijakan moneter yang ditempuh BI membawa andil dalam membentuk iklim industri otomotif di Indonesia.

    “Keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan di level enam persen pada Desember 2024, meskipun bertujuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan mengendalikan inflasi, memiliki implikasi kepada biaya kredit,” kata Yannes kepada KabarBursa.com, Senin, 23 Desember 2024.

    Suku bunga enam persen atau sama dengan sebelumnya mengakibatkan suku bunga kredit pembelian kendaraan masih cukup tinggi di kondisi sektor otomotif yang tertekan dan juga penurunan daya beli masyarakat. Akibatnya, kata Yannes, masyarakat yang berencana membeli mobil secara kredit menghadapi beban cicilan yang lebih berat. "Pada gilirannya (akan) menurunkan minat beli (di masyarakat)," ujarnya.

    Agar daya beli masyarakat meningkat, BI dianggap perlu menurunkan suku bunga untuk menarik minat masyarakat dalam membeli kendaraan. Sedangkan salah satu pertimbangan utama dari pembelian kebutuhan tersier adalah suku bunga.

    Di tengah kondisi sulit, kata Yannes, umumnya masyarakat mau membeli kendaraan dengan skema mengangsur. Makin rendah bunga yang diberikan, maka akan menaikkan minat beli masyarakat.

    Akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menyebut keputusan BI menahan suku bunga acuan bisa memperlambat pemulihan industri otomotif. Hal ini mengingat kredit kendaraan bermotor masih menjadi andalan pembiayaan di pasar otomotif, terutama saat ekonomi lesu.

    Dampak dari kombinasi deflasi dan kebijakan suku bunga yang masih tinggi dapat terlihat dari volume produksi kendaraan bermotor yang menurun.

    Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), produksi mobil pada November 2024 sebesar 100.309 unit atau turun sebesar 9,7 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

    Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, terjadi penurunan sebesar 13,6 persen. Kemudian jika dilihat dari produksi kumulatif periode Januari-November 2024 sebesar 1.097.157 unit atau turun sebesar 15,5 persen pada periode yang sama tahun lalu.

    Yannes mengatakan produsen cenderung mengurangi produksi untuk menyesuaikan dengan permintaan pasar yang melemah dan menghindari penumpukan stok.

    Penurunan produksi ini, kata dia, tidak hanya mencerminkan respons terhadap kondisi pasar saat ini, tapi juga dapat berimplikasi terhadap efisiensi operasional dan potensi pengurangan tenaga kerja di sektor otomotif. “Jika tidak ada solusi lebih lanjut akan memperkuat potensi PHK massal di industri otomotif pada awal tahun 2025,” katanya.

    Di sisi lain, kenaikan upah minimum provinsi (UMP) sebesar 6,5 persen pada 2025 dikhawatirkan meningkatkan biaya produksi kendaraan. Sebab, kenaikan biaya UMP tersebut bakal dibebankan kepada konsumen akhir atau pembeli.

    Begitu juga dengan adanya pajak pertambahan nilai atau PPN 12 persen pada 1 Januari 2025, Yannes yakin kebijakan ini akan membuat harga kendaraan jadi semakin mahal. Menurutnya, kenaikan PPN yang sedang terjadi saat ini, tidak mempertimbangkan kondisi middle income class indonesia yang sedang tertekan.

    Middle income class yang memiliki peran krusial sebagai bantalan ekonomi nasional, dengan kontribusi signifikan terhadap konsumsi dan penerimaan pajak pemerintah pada 2024 ini sudah menurun signifikasn dari awalnya pada tahun 2019 57,33 juta orang, ditahun 2024 turun jadi 47,85 juta orang,” jelasnya.

    Penjualan Mobil di Indonesia

    Berdasarkan data Gaikindo, penjualan mobil secara retail (dari dealer ke konsumen) periode Januari-November 2024 sebesar 806.721 unit atau turun sebesar 11,2 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2023 (year-on-year/yoy).

    Pada Januari, penjualan mobil tercatat 69.758 unit, yang kemudian naik tipis menjadi 70.772 unit pada Februari 2024. Momentum ini terus berlanjut hingga Maret dengan capaian 74.720 unit sehingga mencatatkan kinerja kuartal pertama yang solid.

    Namun, di bulan April, pasar menghadapi tekanan yang membuat penjualan turun drastis menjadi hanya 48.762 unit. Meski demikian, perbaikan mulai terlihat pada Mei dengan angka penjualan yang melonjak ke 71.391 unit. Tren positif berlanjut pada Juni, di mana penjualan menyentuh 74.615 unit.

    Memasuki paruh kedua tahun, Juli mengalami sedikit penurunan dengan angka 74.229 unit. Namun, pasar kembali menguat pada Agustus di mana tercatat penjualan tinggi selama periode ini sebesar 76.304 unit. Sayangnya, euforia ini tidak bertahan lama, karena pada September penjualan kembali menurun menjadi 72.667 unit.

    [caption id="attachment_108391" align="alignnone" width="1972"] Penjualan mobil retail periode Januari-November 2024 berdasarkan data Gaikindo.[/caption]

    Penjualan mobil kembali melonjak sebanyak 77.191 unit pada Oktober 2024. Sayangnya, penjualan kembali menurun pada November 2024 menjadi sebesar 76.053 unit atau turun sebesar 8,1 persen yoy.

    Setali tiga uang dengan penjualan retail, penjualan secara wholesales periode Januari-November 2024 sebesar 784.788 unit atau turun sebesar 14,7 persen yoy. Kemudian penjualan pada bulan November secara wholesales juga ikut menurun menjadi 74.347 unit atau turun 11,9 persen yoy. Penjualan secara wholesales bulan November 2024 juga tercatat menurun sebesar 3,7 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Citra Dara Vresti Trisna

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.