Logo
>

Inflasi dan Angka Pengangguran Tinggi Seret Dolar AS Melemah

Dolar AS melemah terhadap yen, euro, pound, dan franc Swiss setelah inflasi Agustus naik dan klaim pengangguran melonjak, memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed.

Ditulis oleh Yunila Wati
Inflasi dan Angka Pengangguran Tinggi Seret Dolar AS Melemah
Ilustrasi. Foto: Freepik.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Dolar Amerika Serikat melemah terhadap sebagian besar mata uang utama pada penutupan Kamis waktu setempat, 11 September 2025, setelah data inflasi Agustus yang lebih tinggi dari perkiraan bertemu dengan lonjakan signifikan klaim pengangguran mingguan. 

    Kombinasi keduanya justru memperkuat keyakinan pasar bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga dalam pertemuan kebijakan pekan depan.

    Indeks Dolar (DXY), yang mengukur performa greenback terhadap enam mata uang utama, terkoreksi 0,3 persen ke 97,51. Terhadap yen Jepang, dolar melemah 0,3 persen ke posisi 147,09, sementara euro menguat 0,4 persen ke USD1,1738. 

    Kenaikan mata uang tunggal Eropa juga mendapat dorongan dari keputusan Bank Sentral Eropa (ECB) yang mempertahankan suku bunga deposito di 2 persen. 

    Presiden ECB Christine Lagarde menegaskan zona euro berada dalam posisi stabil, dengan inflasi yang konsisten dengan target bank sentral. Poundsterling pun ikut menguat 0,4 persen ke USD1,3578, sedangkan franc Swiss menguat 0,5 persen terhadap dolar ke level 0,7956.

    Dari sisi fundamental, inflasi konsumen AS meningkat 0,4 persen pada Agustus, naik dari 0,2 persen pada Juli, dengan kenaikan tahunan mencapai 2,9 persen, level tertinggi sejak Januari. Data tersebut sempat memicu kekhawatiran bahwa tekanan harga bisa mengurangi peluang sikap dovish The Fed. 

    Namun, sebagian besar analis menilai kenaikan inflasi itu tidak cukup mengubah arah kebijakan, terutama di tengah sinyal melemahnya pasar tenaga kerja. 

    Klaim awal tunjangan pengangguran melonjak 27.000 menjadi 263.000, tertinggi dalam hampir empat tahun, sehingga mempertegas pandangan bahwa fokus The Fed kini lebih berat ke mandat ketenagakerjaan maksimum.

    Lonjakan klaim pengangguran tersebut sempat menekan imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun ke bawah 4 persen, menunjukkan meningkatnya kehati-hatian investor. Berdasarkan FedWatch Tool CME Group, peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan FOMC bulan ini mencapai 91 persen.

    Ssementara, 9 persen sisanya melihat kemungkinan pemangkasan lebih agresif sebesar 50 basis poin. Ekspektasi kuat inilah yang mendorong pelemahan dolar secara luas.

    Selain faktor ekonomi, pasar juga terpengaruh oleh dinamika geopolitik. Eropa kembali menjadi sorotan setelah Polandia menembak jatuh drone Rusia yang memasuki wilayah udaranya dengan bantuan pesawat tempur NATO. 

    Kejadian ini menandai keterlibatan langsung pertama aliansi Barat dalam konflik Rusia-Ukraina, sehingga memicu ketegangan baru di kawasan. 

    Di sisi politik moneter domestik, proses nominasi Stephen Miran sebagai calon Gubernur The Fed mendapat persetujuan dari Komite Perbankan Senat, meski belum dipastikan apakah ia akan resmi menjabat sebelum pertemuan kebijakan pekan depan.

    Secara keseluruhan, pelemahan dolar kali ini mencerminkan perpaduan antara faktor makroekonomi dan sentimen geopolitik. Inflasi yang masih tinggi memang memberi catatan tersendiri, tetapi melemahnya pasar tenaga kerja menjadi alasan lebih kuat bagi The Fed untuk bergerak ke arah pelonggaran. 

    Pasar tampak mantap dengan pandangan bahwa dolar akan tetap berada di bawah tekanan hingga bank sentral memberikan konfirmasi arah kebijakan moneter baru pada pekan mendatang.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79