KABARBURSA.COM - Pasar saham Eropa diproyeksikan bergerak positif pada Kamis ini seiring perhatian global yang terpusat pada dinamika inflasi.
Indeks utama menunjukkan prospek penguatan. FTSE 100 Inggris diprediksi naik 13 poin menjadi 8.256, DAX Jerman bertambah 44 poin ke level 20.361, CAC Prancis menguat 8 poin ke 7.454, dan FTSE MIB Italia meningkat 2 poin menjadi 35.210, menurut data dari IG.
Investor juga menantikan laporan laba dari beberapa perusahaan besar, termasuk M&S, Tesco, dan Greggs. Selain itu, data neraca perdagangan Jerman untuk November dijadwalkan rilis hari ini, menjadi indikator penting bagi ekonomi terbesar di Eropa tersebut.
Di tengah optimisme, kekhawatiran tentang inflasi global tetap mendominasi sentimen. Prospek inflasi di AS, Asia, dan Eropa menjadi pusat perhatian pekan ini. Pasar Asia-Pasifik mencatat pergerakan fluktuatif semalam, dipicu kekhawatiran bahwa Federal Reserve AS akan memperlambat langkah pelonggaran kebijakan akibat tekanan inflasi yang terus berlanjut. Sementara itu, deflasi konsumen yang persisten di China memperburuk suasana pasar.
Risalah dari pertemuan Federal Reserve bulan Desember mengungkapkan hampir semua anggota Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) sepakat bahwa risiko peningkatan inflasi telah meningkat. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa pemangkasan suku bunga mungkin lebih sedikit dari yang sebelumnya diantisipasi.
Sebagai penghormatan terhadap mantan Presiden AS Jimmy Carter, yang wafat pada Desember lalu di usia 100 tahun, pasar keuangan AS ditutup hari ini. Pemakaman kenegaraan untuk presiden ke-39 Amerika Serikat tersebut berlangsung pada hari yang sama, menjadi momen refleksi bagi bangsa itu.
Lonjakan Sektor Otomotif Dan Teknologi
Pasar saham Eropa mencatat penguatan signifikan pada Senin, 6 Januari 2025, setelah laporan menyebutkan bahwa tarif impor Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan Presiden terpilih Donald Trump kemungkinan lebih moderat dari yang sebelumnya dikhawatirkan. Sentimen positif ini mendorong lonjakan pada sektor otomotif dan teknologi.
Seperti dikutip dari Reuters, indeks STOXX 600, yang mewakili saham-saham unggulan di Eropa, ditutup naik 0,9 persen, mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua minggu terakhir. Lonjakan serupa terlihat pada bursa utama di kawasan Eropa, termasuk CAC 40 Prancis yang naik 2,2 persen, DAX Jerman yang menguat 1,5 persen, dan IBEX 35 Spanyol yang meningkat 1,3 persen.
Sektor otomotif melonjak hampir 3 persen, mencatat performa terbaiknya dalam lebih dari setahun. Kenaikan ini didorong oleh laporan dari Washington Post yang mengindikasikan bahwa tim ekonomi Donald Trump sedang mempertimbangkan tarif impor yang hanya akan berlaku untuk barang-barang esensial. Meskipun Trump kemudian membantah laporan tersebut, pasar menyambut baik prospek tarif yang lebih terukur.
“Sepertinya para pejabat sedang bersiap untuk mengurangi dampak negatif dari janji kampanye Trump dengan mempersempit cakupan tarif,” ujar Kyle Chapman, analis pasar di Ballinger Group.
Optimisme ini juga menguntungkan saham perusahaan mewah yang memiliki eksposur besar ke pasar China, seperti LVMH, Hermes, Kering, dan Richemont, yang masing-masing mencatat kenaikan antara 2,4 persen hingga 4,5 persen.
Sektor teknologi juga menunjukkan kinerja kuat, dengan kenaikan sebesar 3,9 persen. Saham ASML, ASMI, dan STMicroelectronics memimpin lonjakan setelah Microsoft mengumumkan rencana investasi besar senilai USD 80 miliar untuk pengembangan pusat data berbasis kecerdasan buatan hingga 2025.
Para investor kini menantikan rilis data ekonomi penting minggu ini. Laporan inflasi dari berbagai negara Eropa diharapkan memberikan pandangan lebih jelas mengenai prospek ekonomi regional. Data awal dari Jerman menunjukkan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, sementara sektor jasa negara tersebut mengalami sedikit peningkatan meski zona euro secara keseluruhan mencatat kontraksi aktivitas selama dua bulan berturut-turut.
Di tingkat global, perhatian pasar tertuju pada laporan penggajian non-pertanian (nonfarm payrolls) AS yang dijadwalkan rilis pada Jumat. Data ini dipandang sebagai indikator kunci untuk arah kebijakan suku bunga Federal Reserve di 2025.(*)