KABARBURSA.COM - J.P. Morgan meramal positif pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) di awal pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Dengan inflasi yang terkendali di angka 2,12 persen, J.P. Morgan memprediksi pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2025 akan terakselerasi menjadi 5,2 persen.
"Dengan inflasi yang terkendali, RAPBN memproyeksikan sedikit akselerasi pertumbuhan PDB menjadi 5,2 persen pada tahun 2025, naik dari 5,1 persen yang diproyeksikan untuk tahun 2024," kata Head of Indonesia Research & Strategy J. P. Morgan Indonesia, Henry Wibowo, di Jakarta, Jumat, 6 September 2024.
Henry menuturkan, inflasi diperkirakan turun menjadi 2,5 persen pada tahun 2025 dari yang sebelumnya diprediksi sebesar 2,7 persen pada tahun 2024. Menurutnya, anggaran tersebut menguraikan kenaikan sebesar 18 persen secara tahunan (yoy) untuk subsidi energi dan kompensasi.
"Akan membantu menjaga inflasi mengingat harga bahan bakar dan listrik seharusnya terkendali dengan baik," jelas Henry.
Di sisi lain, Henry menyebut J.P. Morgan juga percaya asumsi imbal hasil obligasi Rupiah dan 10 tahun cukup konservatif, yakni sebesar Rp16.100 per dolar Amerika Serikat (AS), di mana saat ini berada di level Rp15.700 per dolar AS dan 7,1 persen dari yang saat ini 6,7 persen.
Selain itu, penerapan cukai minuman manis dan minuman berpemanis yang baru dapat berdampak positif dalam jangka panjang dari sisi penerimaan pajak dan kesehatan. Di samping itu, J.P. Morgan juga optimis terhadap investasi sektor swasta di bidang kesehatan setelah RUU reformasi layanan kesehatan diimplementasikan tahun lalu.
Secara keseluruhan, kata Henry, J.P. Morgan memiliki pandangan positif terhadap APBN 2025 dari sudut pandang makro top-down, di mana disiplin fiskal tetap terjaga. "J.P Morgan melihat adanya sinkronisasi yang baik antara pemerintah yang sedang menyelesaikan masa jabatannya dengan pemerintah yang akan menggantikan," ungkap Henry.
Henry menyebut, hal itu akan mengarah pada arus masuk yang positif ke pasar obligasi dan saham, menguntungkan bank dari sisi arus modal dan likuiditas, dan sektor-sektor seperti pendidikan dan kesehatan.
Meski begitu, ada beberapa poin yang menjadi sorotan utama J.P. Morgan. Perta.a, terkait defisit fiskal yang diproyeksikan sebesar 2,5 persen dari PDB pada tahun 2025, turun dari 2,7 persen yang diproyeksikan pada tahun 2024.
"Hal ini positif karena menunjukkan bahwa pemerintah telah berkomitmen untuk menjaga disiplin fiskal," jelas Henry.
Kedua, program Makan Bergizi Gratis yang disusun Prabowo telah dianggarkan sebesar Rp71 triliun atau sekitar 0,3 persen dari PDB. Henry menyebut, angka tersebut lebih rendah dari ekspektasi awal pasar yang mencapai 2 persen dari PDB, yang membantu meredakan kekhawatiran pasar.
Ketiga, belanja pemerintah untuk program bantuan sosial (Bansos) sebesar USD19 miliar diperkirakan akan tetap atau sedikit menurun sebesae 3 persen menjadi 0 persen yoy pada tahun 2025.
"Mengimplikasikan prospek konsumsi masyarakat secara keseluruhan akan melemah, meskipun beberapa segmen makanan dan produk olahannya dapat memperoleh manfaat dari program makan siang gratis," ungkapnya.
Keempat, anggaran infrastruktur diperkirakan akan turun 5 persen yoy menjadi USD26 miliar, dengan pengurangan anggaran untuk ibu kota baru, yang mengimplikasikan ketergantungan yang lebih besar pada investasi sektor swasta.
Terakhir, J.P. Morgan juga menyoroti sektor Pendidikan dan Kesehatan yang diprediksi akan tetap menjadi prioritas utama dengan anggaran sebesar USD45 miliar pada tahun 2025, dengan masing-masing anggaran yang naik sebesar 24 persen dan 5 persen yoy.
Target Pertumbuhan Ekonomi
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira membeberkan kunci agar target pertumbuhan ekonomi Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka tercapai.
Seperti diketahui, pasangan Prabowo-Gibran memiliki target pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6-7 persen.
Bhima mengatakan jika ingin pertumbuhan yang lebih tinggi dan berkelanjutan, kuncinya adalah menciptakan transisi ke ekonomi hijau melalui pengembangan ekosistem industri.
“Ekonomi hijau melalui pengembangan ekosistem industri komponen energi terbarukan, daur ulang sampah, investasi hijau didorong, dan disiapkan transisi pekerjanya,” ujar dia kepada Kabar Bursa, Jumat, 10 Mei 2024.
Menurut Bhima, itu merupakan strategi yang quick win karena peluang dari ekonomi hijau 5 tahun mendatang makin besar sejalan dengan ambisi berbagai negara mitra dagang dan asal investasi Indonesia mencapai nol emisi karbon di 2050.
“Paralel fokus program yang menyasar dua sektor paling penting dari kontribusi ke PDB yakni pertanian dan industri pengolahan,” lanjutnya.(*)