Logo
>

Jepang Bebaskan Tarif Bea Masuk Barang Indonesia, Apa Saja?

Ditulis oleh Yunila Wati
Jepang Bebaskan Tarif Bea Masuk Barang Indonesia, Apa Saja?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyampaikan kegembiraannya atas pembaruan perjanjian dagang antara Indonesia dan Jepang, yang dikenal sebagai Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA). Dengan pembaruan ini, ekspor produk perikanan dan buah segar Indonesia ke Jepang kini akan bebas dari tarif bea masuk, memberikan peluang besar bagi peningkatan perdagangan kedua negara.

    Produk-produk ekspor Indonesia yang akan mendapatkan pembebasan tarif bea masuk meliputi tuna, cakalang, lobster, kerang, nanas, pisang, makanan dan minuman, hingga bahan kimia organik. Menurut Zulkifli, negosiasi untuk mendapatkan pembebasan tarif ini telah berlangsung selama 20 tahun.

    Oleh karena itu, kesepakatan pembaruan perjanjian dagang IJEPA yang tercapai pada Kamis, 8 Agustus 2024 ini menjadi momen bersejarah bagi hubungan perdagangan Indonesia-Jepang.

    "Kami telah mencapai sesuatu yang bersejarah, yaitu perubahan perjanjian IJEPA. Meskipun perjanjiannya alot, tapi akhirnya selesai pagi ini. Baru saja saya menandatangani perjanjian dengan Menlu Jepang," ujar Zulkifli, yang akrab disapa Zulhas, di kantor Kementerian Perdagangan.

    Sebelum adanya kesepakatan ini, Indonesia sering kali harus mengekspor komoditasnya ke Jepang melalui Filipina untuk menghindari tarif bea masuk yang tinggi. Filipina telah menikmati tarif 0 persen untuk ekspor ke Jepang, sementara Indonesia dikenakan tarif sebesar 17 persen.

    "Bayangkan, pembaruan perjanjian dagang IJEPA ini sangat penting untuk mendukung produk-produk pertanian kita," tambah Zulhas.

    Zulhas optimistis bahwa pembaruan perjanjian dagang ini akan mendorong peningkatan nilai ekspor Indonesia ke Jepang. Ia memproyeksikan bahwa nilai ekspor Indonesia ke Jepang akan meningkat hingga 60 persen pada 2028.

    "Proyeksi rata-rata peningkatan ekspor Indonesia ke Jepang pasca implementasi IJEPA mencapai 11,6 persen per tahun. Ini angka yang sangat tinggi. Ekspor Indonesia ke Jepang diperkirakan akan mencapai USD36 miliar pada 2028, meningkat sekitar 58 persen-60 persen dari nilai ekspor di 2023," pungkasnya.

    "Bayangkan pentingnya hal ini untuk produk-produk pertanian kita," ujar Zulhas.

    Jepang juga akan membuka dan memperbaiki akses pasar untuk 112 pos tarif yang sebelumnya tidak diberikan, sementara Indonesia akan membuka akses pasar untuk 25 pos tarif bagi Jepang.

    "Perbaikan akses pasar ini meliputi produk besi, baja, serta otomotif, dengan titik berat pada manufaktur khusus di bidang otomotif. Juga perdagangan jasa, perluasan akses pasar, perbankan, serta pengembangan kapasitas di bidang real estate dan transportasi," jelas Zulhas.

    Selain itu, Indonesia dan Jepang juga sepakat untuk menyertakan bab e-commerce dalam perjanjian ini guna memfasilitasi perkembangan perdagangan melalui sistem elektronik (PMSE). Keduanya juga akan membahas fasilitasi penempatan tenaga kerja terampil Indonesia untuk profesi lainnya, tidak terbatas pada profesi perawat (nurse) dan caregiver.

    "Penambahan masa kerja nurse dan caregiver Indonesia di Jepang, penyempurnaan prosedur imigrasi dan penempatan, serta potensi perluasan pasar tenaga kerja Indonesia di Jepang juga menjadi bagian dari pembaharuan IJEPA ini," tutup Zulhas.

    Sekali lagi, perjanjian baru ini akan memberikan manfaat yang lebih besar dan positif bagi eksportir Indonesia, terutama pada produk-produk yang telah disebutkan di atas.

    Peluang Emas bagi Emiten

    Kebijakan ini tentu saja membawa angin segar bagi emiten yang terkait, salah satunya PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk (DSFI), perusahaan pengolahan hasil perikanan laut. Tahun ini, DFSI menargetkan pendapatan sebesar Rp628 miliar. Target ini sejalan dengan prospek positif bisnis perikanan dan rencana ekspansi pasar ekspor yang ambisius.

    Direktur Utama DSFI, Ewijaya, menjelaskan bahwa saat ini perusahaan masih sangat berfokus pada pasar ekspor, dengan 95 persen pendapatan berasal dari kegiatan ekspor olahan perikanan ke 20 negara.

    "Kami telah beroperasi sejak 1973 dan spesies ikan utama kami adalah tuna, terutama Yellow Fin, yang merupakan salah satu potensi ikan utama Indonesia. Ekspor ikan tuna mencapai 20 persen dari total ekspor perikanan RI, dan mayoritas ikan tersebut berasal dari wilayah Indonesia Timur," ujarnya.

    Namun, Ewijaya juga mengakui bahwa bisnis perikanan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait pasokan tangkapan ikan dan pasar ekspor.

    "Bahan baku yang berasal dari hasil tangkapan laut sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca, sehingga siklus bahan baku bisa terganggu. Selain itu, upaya memperluas pasar ekspor juga diperlukan untuk menghadapi gejolak ekonomi global," tambahnya.

    Dengan mempertimbangkan tantangan-tantangan ini, DSFI berkomitmen untuk terus mengembangkan strategi yang inovatif dan adaptif guna mengoptimalkan potensi bisnis perikanan dan memperkuat posisinya di pasar ekspor global.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79