Logo
>

Jokowi: Hilang Rp20 Triliun dari Nikel Tapi Lompat Naik

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Jokowi: Hilang Rp20 Triliun dari Nikel Tapi Lompat Naik

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa rencana membangun ekosistem besar kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia kini mulai terwujud.

    "Rencana yang telah kita putuskan beberapa tahun lalu untuk membangun ekosistem besar kendaraan listrik kini satu per satu mulai terwujud dan benar-benar sudah ada di negara kita, Indonesia," ujar Presiden saat meresmikan pabrik anoda baterai litium PT Indonesia BTR New Energy Material di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, yang dipantau secara daring dari Jakarta, Rabu.

    Presiden kemudian merinci berbagai langkah yang telah diambil dalam membangun ekosistem EV tersebut.

    "Dibuka dengan penghentian ekspor bahan mentah nikel pada tahun 2020. Saat itu, banyak yang menentang keputusan ini karena kita kehilangan sekitar 1,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp20 triliun," ungkapnya.

    Namun, Jokowi meyakini bahwa nilai tambah ekspor akan meningkat jika ekspor bahan mentah dihentikan.

    "Saya yakin, dengan menghentikan ekspor bahan mentah, nilai tambah akan melompat naik. Seperti yang dikatakan Pak Menko Luhut Binsar Pandjaitan, sekarang nilai ekspor nikel kita sudah mencapai 34 miliar dolar AS," jelasnya.

    Presiden Jokowi optimis bahwa langkah-langkah ini akan terus menguatkan posisi Indonesia dalam ekosistem kendaraan listrik global.

    Pabrik Bahan Anoda Baterai

    Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara resmi meresmikan pabrik bahan anoda baterai litium milik PT Indonesia BTR New Energy Material di Kawasan Ekonomi Khusus Kendal pada hari ini, Rabu 7 Agustus 2024.

    Pabrik ini, pada fase awal, akan memiliki kapasitas produksi 80 ribu ton material anoda per tahun. Kapasitas ini cukup untuk memasok komponen baterai untuk 1,5 juta mobil listrik setiap tahunnya. Nilai investasi untuk tahap pertama ini mencapai USD478 juta, setara dengan Rp7,69 triliun.

    Fase kedua pembangunan pabrik akan meningkatkan kapasitas produksi menjadi 160 ribu ton per tahun, setara dengan bahan baku untuk 3 juta mobil listrik setiap tahun.

    “Dengan ini, kita akan menjadi pemasok terbesar baik untuk baterai EV maupun kendaraan listriknya,” ujar Jokowi, Rabu 7 Agustus 2024.

    Jokowi menjelaskan bahwa pabrik ini akan mengimpor natural graphite dari negara-negara Afrika. Sementara itu, artificial graphite akan diperoleh dari Kilang Pertamina di Riau, yang akan diolah menjadi bahan anoda baterai.

    Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkapkan bahwa peningkatan kapasitas fase kedua akan dimulai pada awal kuartal IV-2024 dan ditargetkan selesai pada Maret 2025.

    Luhut menyebutkan bahwa dengan kapasitas produksi 160 ribu ton per tahun, pabrik ini akan menjadi yang terbesar di dunia, menyaingi kapasitas pabrik di China. Saat ini, pabrik terbesar di China hanya memiliki kapasitas 100 ribu ton per tahun, Jepang 10 ribu ton per tahun, dan Korea Selatan 40 ribu ton per tahun.

    “Kita akan melampaui kapasitas pabrik terbesar di China dalam waktu dekat,” tegas Luhut.

    Perjalanan Anoda Baterai Litium 

    Pendirian pabrik anoda baterai litium bermula dari kebutuhan yang semakin meningkat akan baterai berkinerja tinggi untuk kendaraan listrik dan perangkat elektronik lainnya. Awal mula penelitian dan pengembangan anoda baterai litium dapat ditelusuri kembali ke era 1970-an ketika ilmuwan mulai mengeksplorasi potensi litium sebagai material anoda karena kapasitas penyimpanan energinya yang tinggi.

    Pada tahun 1980-an, penemuan material grafit sebagai anoda litium-ion oleh Akira Yoshino membuka jalan bagi pembuatan baterai litium-ion yang lebih stabil dan aman. Inovasi ini menjadi dasar pengembangan pabrik anoda baterai litium modern.

    Memasuki dekade 1990-an, permintaan akan baterai litium-ion meningkat pesat dengan kemajuan teknologi elektronik portabel seperti ponsel dan laptop. Perusahaan-perusahaan besar seperti Sony dan Panasonic mulai memproduksi baterai litium-ion dalam skala besar, mendorong investasi dalam pembangunan pabrik anoda baterai litium.

    Dengan berkembangnya pasar kendaraan listrik di awal 2000-an, produsen baterai mulai memperluas kapasitas produksi anoda baterai litium. Perusahaan seperti Tesla, melalui kemitraan dengan Panasonic, mendirikan Gigafactory untuk memenuhi kebutuhan baterai kendaraan listrik mereka.

    Di era 2020-an, perhatian terhadap keberlanjutan dan efisiensi produksi semakin meningkat. Pabrik-pabrik anoda baterai litium mulai berfokus pada penggunaan material ramah lingkungan dan metode produksi yang lebih efisien. Di Indonesia, Presiden Joko Widodo meresmikan pabrik anoda baterai litium PT Indonesia BTR New Energy Material di Kendal, yang merupakan salah satu upaya besar untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam industri baterai global.

    Ke depan, perkembangan teknologi baterai solid-state dan penggunaan material anoda yang lebih canggih seperti silikon diperkirakan akan mengubah lanskap industri baterai litium. Pabrik-pabrik anoda baterai litium di seluruh dunia terus berinovasi untuk meningkatkan kinerja, keamanan, dan keberlanjutan produk mereka, menjawab tantangan kebutuhan energi masa depan.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.