KABARBURSA.COM – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid, memproyeksikan langkah strategis dengan memperkuat sinergi antara pemerintah dan dunia usaha di semua tingkatan, dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.
"Hal ini penting untuk mendukung pemerintah dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang telah ditetapkan oleh Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, sebagai bagian dari visi besar Indonesia Emas 2045," ujar Arsjad di Jakarta, Jumat, 6 September 2024.
“Inisiatif Kadin dalam orientasi ini merupakan langkah penting untuk memastikan keselarasan antara seluruh komponen pemerintah—baik eksekutif, legislatif, hingga yudikatif—serta memperkuat sinergi antara pemerintah dan dunia usaha di semua tingkatan,” lanjutnya.
Hal tersebut dipaparkan dalam whitepaper bertajuk “Usulan Strategi/Arah Pembangunan Bidang Ekonomi 2024-2029” yang disampaikan kepada peserta orientasi. Tujuannya adalah menciptakan sinergi yang lebih kuat di semua lapisan pemerintahan.
Whitepaper “Usulan Strategi/Arah Pembangunan Bidang Ekonomi 2024-2029” dirancang untuk mengarahkan pembangunan ekonomi Indonesia selama lima tahun ke depan dengan fokus pada empat area utama: Ketahanan Nasional, yang mencakup ketahanan pangan, energi, dan air; Peningkatan Kesejahteraan melalui pengembangan sektor-sektor ekonomi berpotensi tinggi; Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Inklusif agar seluruh lapisan masyarakat mendapatkan manfaat dari pembangunan; serta Pembangunan Berkelanjutan yang menekankan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan.
"Dengan pendekatan ini, Kadin Indonesia siap memfasilitasi dan mendorong terciptanya kolaborasi yang lebih kuat antara pemerintah dan dunia usaha. Untuk itu, saya mengajak semua pihak bergotong royong mewujudkan masa depan ekonomi Indonesia yang lebih kuat, inklusif, dan berkelanjutan," pungkas Arsjad.
Sejalan dengan pandangan Arsjad, Ekonom Senior dan Wakil Kepala Badan Moneter Kadin Indonesia, Dr. Aviliani, menyatakan bahwa target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen yang dicanangkan oleh pemerintahan yang akan datang sangat mungkin tercapai.
“Indonesia pernah mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen sebanyak lima kali sejak 1965, yakni pada periode 1968, 1973, 1977, 1979, dan 1995. Oleh karena itu, target ini sangat mungkin dicapai mengingat Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang berlimpah, termasuk sumber daya alam terbarukan,” tegas Aviliani.
Ia menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen dapat diraih jika terjadi kolaborasi erat antara pemerintah dan sektor swasta melalui peningkatan sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja, serta mampu meningkatkan pendapatan kelas menengah, di samping pemberdayaan pelaku UMKM.
Pemerintah Dukung Produk Lokal Bersaing
Wakil Ketua Kadin Indonesia Bidang Perdagangan, Juan Permata, menyatakan bahwa produk lokal harus kompetitif di pasar internasional.
“Kita tidak boleh kalah bersaing dengan negara lain dalam berbagai sektor dan produk,” ungkapnya kepada media di Kantor Kementerian Perdagangan.
Juan menilai, jika produk lokal dianggap kalah bersaing, hal itu erat kaitannya dengan kebijakan yang berlaku. Oleh karena itu, Kadin tengah melakukan kajian mendalam terkait kebijakan tersebut.
Ia juga menyebut bahwa pemerintah China memberikan insentif bagi produk lokal mereka. Namun, cara ini belum diterapkan di Indonesia.
“Kami mengetahui bahwa produk China mendapatkan insentif dari pemerintahnya. Indonesia belum mampu menerapkan hal serupa. Nah, ini yang sedang kami pelajari agar pemerintah Indonesia bisa melakukan hal yang sama,” jelasnya.
Juan menambahkan bahwa pihaknya telah memberikan usulan kepada pemerintah Indonesia terkait penerapan kebijakan serupa dengan China, yang dapat dimulai dari sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
“Kami usulkan agar pemerintah memulai dari UMKM. Hitung-hitung berapa biaya ekspor produk tekstil untuk bersaing di pasar global, dan bagaimana langkah untuk memenangkan persaingan. Itu yang paling penting,” pungkasnya.
Strategi Pengusaha Bersaing dengan Produk Impor
Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) memiliki cara untuk membantu anggotanya agar mampu bersaing dengan produk impor, terutama dari China.
Wakil Ketua Umum API, David Leonardi, menyatakan bahwa pihaknya selalu menekankan kepada anggota untuk lebih memahami regulasi terkait industri tekstil dalam negeri.
“Yang selalu kami tekankan pada anggota adalah bahwa ‘regulasi tidak turun dari langit’. Artinya, anggota harus jeli dan memahami peraturan-peraturan yang berlaku di industri tekstil saat ini,” ujar David kepada Kabar Bursa, Kamis, 18 Juli 2024.
Dengan memahami peraturan yang ada, David berharap pelaku usaha bersama asosiasi dapat memberikan masukan untuk membantu meregulasi impor yang merugikan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia.
Selain itu, API juga menjalin kerja sama dengan berbagai instansi, baik dari dalam maupun luar negeri. Kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan para pelaku usaha tekstil agar mampu mengikuti perkembangan zaman.
“Kami bekerja sama dengan beberapa lembaga, baik dari dalam maupun luar negeri, dalam rangka berpartisipasi dalam pameran atau untuk belajar mengenai inovasi mesin dan produk terkini, sehingga industri TPT Indonesia tidak tertinggal zaman,” jelasnya. (*)