Logo
>

Keberagaman di Dewan Direktur The Fed Meningkat, Tapi Masih Ada PR

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Keberagaman di Dewan Direktur The Fed Meningkat, Tapi Masih Ada PR

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Dewan direktur 12 bank regional Federal Reserve (The Fed) semakin beragam dari segi gender dan etnis pada 2025. Namun, seperti dilansir dari Reuters di Jakarta, Selasa, 14 Januari 2025, posisi ketua dan wakil ketua dewan tersebut belum menunjukkan perubahan signifikan dalam hal keberagaman.

    Menurut data yang dirilis oleh bank sentral AS, kemarin, 13 Januari 2025, perempuan kini menduduki 10 dari 24 posisi kepemimpinan di dewan bank The Fed, jumlah yang sama seperti tahun lalu. Sementara itu, 11 ketua dan wakil ketua tahun ini berasal dari kelompok kulit hitam, Hispanik, atau ras non-kulit putih lainnya. Angka ini menurun dibandingkan tahun lalu yang mencapai 14 orang.

    Secara keseluruhan, dari total 108 posisi di 12 dewan direktur bank The Fed, sekitar 43 persen diisi oleh perempuan—naik dari 39 persen tahun sebelumnya. Sementara itu, 39 persen di antaranya dipegang oleh individu dari kelompok etnis minoritas, meningkat dari 37 persen tahun lalu.

    The Fed di Washington yang bertanggung jawab memilih ketua dan wakil ketua dewan, serta memengaruhi sebagian besar keputusan lainnya, telah berupaya selama bertahun-tahun untuk memperbanyak keterwakilan perempuan dan kelompok etnis minoritas. Pada 2018, dewan direktur The Fed masih mayoritas didominasi oleh pria kulit putih.

    Meskipun para direktur ini tidak menetapkan kebijakan moneter secara langsung, mereka secara rutin menyampaikan pandangan tentang kondisi ekonomi dan kredit kepada para presiden bank The Fed. Hal ini dipercaya dapat menghasilkan kebijakan yang lebih baik karena memperkaya perspektif terhadap ekonomi AS yang bernilai USD23 triliun (Rp368 kuadriliun dengan kurs Rp16.000).

    Namun, laporan dari Manhattan Institute tahun lalu mengkritik langkah The Fed yang dianggap berlebihan dalam mengoreksi kekurangan keberagaman ras dan gender. Laporan tersebut menyarankan agar The Fed juga memperhatikan aspek representasi lainnya, termasuk keseimbangan dari segi afiliasi politik.

    Sementara itu, bank sentral AS menegaskan bahwa politik seharusnya tidak masuk ke dalam proses pembuatan kebijakan moneter mereka. Bagi The Fed, menjaga netralitas adalah harga mati demi stabilitas ekonomi yang lebih baik.

    Proyeksi Suku Bunga The Fed 2025: Dipotong, tapi Tak Banyak

    [caption id="attachment_103767" align="alignnone" width="700"] Gedung The Fed. Foto: Financial Times[/caption]

    Pasar obligasi memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga pada 2025, meskipun tidak signifikan. Dilansir dari Forbes, suku bunga jangka pendek diproyeksikan berada di kisaran 4 persen pada akhir tahun, turun dari level 4,25 persen hingga 4,5 persen per Januari 2025. Penurunan ini melanjutkan pemangkasan suku bunga yang telah dilakukan pada Desember 2024.

    Perkiraan ini bergantung pada pertumbuhan ekonomi AS yang stabil, tingkat pengangguran yang bertahan sedikit di atas 4 persen, serta inflasi yang diproyeksikan berada di angka 2,5 persen pada akhir 2025. Proyeksi tersebut merupakan konsensus median para pembuat kebijakan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Desember 2024. Jika ekonomi bergerak di luar ekspektasi tersebut, arah kebijakan suku bunga dapat berubah drastis.

    FOMC dijadwalkan menggelar delapan kali pertemuan sepanjang 2025, meskipun rapat darurat bisa saja diadakan kapan saja jika diperlukan.

    Keputusan suku bunga pertama tahun ini akan diumumkan pada 29 Januari. Saat ini, pasar memprediksi suku bunga akan tetap bertahan pada pertemuan tersebut. Potensi pemangkasan baru diperkirakan terjadi pada 19 Maret. Setelah itu, kemungkinan suku bunga tetap tidak berubah pada rapat 7 Mei dan 18 Juni, sebelum muncul peluang lebih besar untuk pemangkasan pada 30 Juli atau 17 September. Pertemuan pada 29 Oktober dan 10 Desember memiliki proyeksi hasil yang lebih beragam tergantung perkembangan ekonomi.

    Jika ekonomi menunjukkan perubahan signifikan, pemangkasan suku bunga tambahan bisa saja terjadi di pertemuan-pertemuan tersebut. Namun, saat ini skenario tersebut dipandang kecil kemungkinannya.

    Secara keseluruhan, pasar obligasi memperkirakan akan ada dua hingga tiga kali pemangkasan suku bunga pada 2025. Proyeksi internal FOMC pada Desember 2024 menunjukkan mayoritas anggota mengantisipasi dua kali pemangkasan suku bunga. Namun, ada juga prediksi ekstrem dari beberapa pembuat kebijakan yang memproyeksikan tidak ada perubahan hingga kemungkinan lima kali pemangkasan.

    Kemungkinan besar, pemangkasan suku bunga pertama akan terjadi di paruh pertama 2025. Paruh kedua tahun ini diprediksi lebih dinamis, dengan peluang satu hingga dua kali penurunan suku bunga tambahan.

    Ketidakpastian Ekonomi di 2025

    [caption id="attachment_81680" align="alignnone" width="1805"] Mata uang Rupiah. Foto: Kabar Bursa/abbas sandji[/caption]

    The Fed menegaskan keputusan suku bunga sangat bergantung pada data ekonomi. Setelah inflasi turun dari level yang tinggi, FOMC merasa suku bunga sudah cukup turun untuk mendukung kestabilan ekonomi.

    Namun, variabel ekonomi yang diperkirakan akan menjadi perhatian utama tahun ini adalah tingkat pengangguran. Per November 2024, tingkat pengangguran AS berada di level 4,2 persen. Pembuat kebijakan memperkirakan tingkat ini tidak akan meningkat signifikan pada 2025 dan akan naik secara bertahap jika ada kenaikan.

    Namun, jika terjadi lonjakan pengangguran secara tiba-tiba, The Fed bisa mengambil langkah agresif dengan pemangkasan suku bunga yang lebih cepat dan lebih besar. Singkatnya, setiap keputusan akan bergantung pada data dan dinamika ekonomi yang muncul sepanjang tahun.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).