Logo
>

Kekhawatiran Ekonomi AS Tekan Penurunan Minyak Global

Ditulis oleh Yunila Wati
Kekhawatiran Ekonomi AS Tekan Penurunan Minyak Global

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga minyak dunia langsung mengalami penurunan pada Rabu, 18 September 2024 setelah pengumuman pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) sebesar 50 basis poin. Kebijakan ini memicu kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi Amerika Serikat. Meskipun pemotongan suku bunga umumnya dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan energi, kekhawatiran tentang melambatnya pasar tenaga kerja Amerika mengurangi optimisme di pasar energi.

    Harga minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman November, yang merupakan patokan internasional, turun lima sen menjadi USD73,65 per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Oktober, patokan utama Amerika Serikat, turun 28 sen menjadi USD70,91 per barel .

    Kekhawatiran mengenai potensi perlambatan ekonomi AS akibat pemangkasan suku bunga yang lebih besar dari ekspektasi banyak analis, mendominasi sentimen pasar. Pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin oleh The Fed menimbulkan spekulasi bahwa bank sentral mungkin melihat tanda-tanda melemahnya pasar tenaga kerja, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi lebih lanjut. Hal ini justru membebani prospek permintaan energi, meskipun biasanya suku bunga yang lebih rendah mendukung peningkatan konsumsi energi .

    Pengaruh Penurunan Persediaan Minyak AS

    Di sisi lain, laporan Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) menunjukkan penurunan persediaan minyak mentah sebesar 1,6 juta barel menjadi 417,5 juta barel untuk pekan yang berakhir pada 13 September. Angka ini jauh di atas ekspektasi analis yang hanya memperkirakan penurunan sebesar 500.000 barel. Persediaan minyak mentah AS kini mencapai level terendah dalam satu tahun terakhir .

    Penurunan persediaan ini biasanya mendukung harga minyak, namun investor tetap berhati-hati dalam menanggapi laporan tersebut. Penarikan persediaan dihubungkan dengan dampak cuaca akibat Badai Francine, yang mempengaruhi infrastruktur minyak AS. Direktur di Mizuho Bob Yawger, menjelaskan bahwa peristiwa cuaca seperti ini sering kali berdampak sementara dan angka persediaan bisa kembali naik saat infrastruktur beroperasi normal .

    Kondisi Global dan Faktor Geopolitik

    Selain kekhawatiran ekonomi Amerika, Brent mengalami resistance di sekitar level USD75 per barel, yang sebagian besar disebabkan oleh melemahnya margin kilang global, menandakan permintaan energi yang lesu. Meskipun pasar sempat didorong oleh potensi konflik di Timur Tengah, setelah Hizbullah menuduh Israel melakukan serangan di Lebanon, faktor geopolitik ini tidak cukup untuk menahan penurunan harga minyak secara keseluruhan .

    Chief Market Strategist BDSwiss Mazen Salhab, menambahkan bahwa berakhirnya musim puncak permintaan di musim panas dan perubahan sentimen negatif di kalangan trader juga menjadi kontributor utama penurunan harga minyak saat ini .

    Reli Kenaikan WTI

    Pada perdagangan 17 September 2024, harga minyak mentah melanjutkan tren kenaikannya.

    Di New York Mercantile Exchange, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober naik 0,54 persen ke USD70,74 per barel dari hari sebelumnya yang berada di USD70,09 per barel. Lonjakan harga ini didorong oleh penurunan ekspor minyak dari Libya serta ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga secara agresif dalam pertemuan kebijakan yang dijadwalkan minggu ini.

    Sejak awal pekan, harga minyak sudah mengalami kenaikan signifikan. Pada Senin, 16 September 2024, harga minyak WTI naik lebih dari 2 persen, ditutup di atas USD70 per barel.

    Sementara itu, harga minyak Brent untuk pengiriman November meningkat 1,59 persen ke USD72,75 per barel, setelah penutupan sebelumnya di USD72,75 per barel.

    Faktor utama di balik kenaikan ini adalah gangguan produksi minyak di Teluk Meksiko, yang disebabkan oleh Badai Francine, yang memaksa lebih dari 12 persen produksi minyak mentah dan 16 persen produksi gas alam di wilayah tersebut berhenti beroperasi.

    Dennis Kissler, Wakil Presiden Senior di BOK Financial Securities, menyebutkan bahwa selain dampak badai, pasar juga mencermati pertemuan Federal Reserve yang dapat memberikan sinyal pemangkasan suku bunga lebih agresif.

    Ekspektasi ini turut melemahkan nilai dolar AS, yang pada gilirannya memberikan dorongan pada harga minyak. Dolar yang lebih lemah membuat komoditas seperti minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lain, meningkatkan permintaan global.

    Namun, kondisi ekonomi global juga menahan kenaikan harga minyak. Data ekonomi China yang dirilis akhir pekan lalu memperlihatkan pelemahan yang lebih dalam dari perkiraan. Produksi industri dan penjualan ritel di negara tersebut tidak memenuhi ekspektasi, serta tingkat pengangguran meningkat.

    Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemangkasan suku bunga The Fed yang agresif, meskipun bertujuan untuk mendukung ekonomi Amerika Serikat, memicu kekhawatiran di pasar energi mengenai prospek pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak. Sementara penurunan persediaan minyak AS memberikan dukungan terbatas, investor tetap waspada terhadap potensi pemulihan persediaan yang cepat pasca gangguan cuaca. Harga minyak global saat ini menghadapi ketidakpastian yang tinggi, dipengaruhi oleh kombinasi dari faktor makroekonomi, cuaca, dan risiko geopolitik.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79