Logo
>

Kemenangan Trump Jadi Angin Segar Sektor Energi, Kenapa?

Ditulis oleh KabarBursa.com
Kemenangan Trump Jadi Angin Segar Sektor Energi, Kenapa?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Dihimpun dari Associated Press (AP) pukul 07.50 WIB, Donald Trump berhasil memenangkan Pemilu AS dengan perolehan suara 73.094.299 pemilih atau sekitar 50,8 persen dari total keseluruhan pemilih di AS. Sementara Kamala Harris, membuntut dengan perolehan suara 68.641.031 pemilih atau 47,7 persen dari total pemilih sah di Pemilu AS.

    Keterpilihan Trump sebagai Presiden AS, dinilai akan menguntungkan para pengusaha minyak. Pasalnya, Trump sempat menjanjikan para pengusaha minyak untuk mencabut regulasi yang menghambat pengeboran minyak.Dikutip dari The Guardian, Trump juga berjanji akan mencabut aturan baru yang dibentuk untuk mengurangi polusi dari kendaraan bermotor.

    Kendati begitu, Trump meminta para bos minyak AS untuk membiayai kampanyenya. Menurut laporan The Guardian, lebih dari 20 eksekutif minyak yang dimintai sumbangan kampanye Trump sebesar USD1 miliar.

    Dibalik sikapnya yang anti-lingkungan, keterpilihan Trump sebagai Presiden AS dinilai dapat menjadi angin segar bagi sektor energi, khususnya fosil. Akan tetapi, manfaat kemenangan Trump dinilai hanya menguntungkan pengusaha minyak AS, tidak untuk pasar domestik Indonesia.

    Head of Technical Analysis Henan Putihrai Sekuritas, Ezaridho Ibnutama, menyebut bahwa 'Trump Efek' di sektor energi fosil tidak akan berdampak apa-apa bagi Indonesia. "Sektor energi di Amerika Serikat memang angin segar, tapi sektor energi di Indoesia tidak," ungkapnya kepada KabarBursa.com, Jum'at, 8 November 2024.

    Dihubungi terpisah, Analis Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menilai, tetap menjadi angin segar di sektor energi. Pasalnya, kata dia, diketahui era kepemimpinan Trump sebelumnya, AS menarik diri dari perjanjian Paris Aggriment 2015.

    "Apa yang Donld Trump janjikan dalam rangka untuk meningkatkan penggunaan bahan bakar fosil memang sebenarnya sudah dilakukan ketika pada waktu era Trump, mereka tidak meratifikasi perjanjian Paris dan keluar daripada perjanjian Paris tersebut pada waktu Trump berkuasa," kata Nafan kepada KabarBursa.com, Jumat, 8 November 2024.

    Dengan kemenangan Trump, Nafan menilai geliat sektor energi akan kembali menggairahkan. Indonesia sendiri, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat ekspor batubara mencapai USD84 juta untuk AS pada tahun 2023 silam.

    "Ketika Trump berhasil menang Pemilu, tapi karena itu janji-janji politiknya akan terlaksana, nanti semestinya permintaan bahan bakar fosil tersebut bisa relativly meningkat. Jadi ini angin segar untuk sektor energi," jelasnya.

    Kendati begitu, Nafan menilai, keterpilihan Trump tidak akan berpengaruh terhadap investor yang belakangan diketahui memiliki kecenderungan berinvestasi pada emiten-emiten berbasis Environmental, Social, and Governance (ESG). "Kalau menurut saya, ESG, emiten-emiten yang berkomitmen terhadap ESG, tetap saja menarik untuk dilirik," tutupnya.

    Sementara itu, Senior Economist Bank Mandiri, Reny Eka Putri menilai, keterpilihan Donald Trump dalam Pemilihan Umum (Pemilu) di Amerika Serikat (AS) berpeluang meningkatkan inflasi harga komoditas energi yang dapat mendorong administered price.

    Pasalnya, tutur Reny, Trump lebih fokus pada produksi energi fosil ketimbang mendukung transisi energi hijau. Dia menilai, hal tersebut akan berdampak pada peningkatan prospek permintaan dan harga minyak ke depan.

    "Jika dilihat dampaknya terhadap perekonomian Indonesia, maka terdapat risiko kenaikan inflasi harga energi yang dapat mendorong inflasi administered price," kata Reny kepada KabarBursa.com, Kamis, 7 November 2024.

    Harga Minyak Usai Kemenang Trump

    Harga minyak dunia mencatat penguatan pada Selasa, 5 November 2024, di tengah ancaman badai yang diperkirakan akan memangkas produksi minyak AS di Teluk Meksiko, serta pelemahan dolar AS usai pemilihan presiden. Berdasarkan data Reuters, minyak mentah Brent naik 0,6 persen ke USD 75,53 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 0,7 persen menjadi USD 71,99 per barel.

    Direktur Energi Berjangka di Mizuho, Bob Yawger, menjelaskan kenaikan harga minyak kali ini didorong oleh keseimbangan antara pasokan dan permintaan yang menguntungkan, serta ketegangan geopolitik dan dampak Pilpres AS, selain juga pengaruh cuaca di wilayah produksi utama.

    Pemilu yang mempertemukan Donald Trump dan Kamala Harris ini diprediksi berlangsung ketat, dengan hasil yang bisa tertunda bahkan hingga berminggu-minggu jika terjadi perselisihan. Pelemahan dolar AS ke posisi terendah dalam tiga minggu turut mendukung kenaikan harga minyak. Dolar yang lebih lemah membuat minyak lebih murah bagi pembeli global, sehingga meningkatkan permintaan.

    Di Teluk Meksiko, perusahaan energi AS mulai mengevakuasi pekerja dari platform lepas pantai sebagai langkah antisipasi terhadap Badai Rafael, yang diperkirakan akan menjadi badai besar minggu ini dan bisa mengurangi produksi minyak AS hingga 4 juta barel.

    OPEC+ sebelumnya memutuskan untuk menunda peningkatan produksi hingga Desember demi menjaga kestabilan pasar. Arab Saudi, sebagai eksportir minyak utama, juga menurunkan harga minyak Arab Light untuk pasar Asia pada bulan yang sama.

    Dengan agenda besar seperti Pilpres AS, pertemuan kebijakan The Fed, dan Kongres Nasional China yang dapat memengaruhi permintaan energi global, volatilitas pasar minyak diperkirakan tetap tinggi. Analis Pasar IG International, Yeap Jun Rong, mencatat bahwa investor cenderung menunggu perkembangan ini sebelum membuat keputusan signifikan.

    Data penyimpanan minyak AS dari American Petroleum Institute akan dirilis pada Selasa, diikuti oleh laporan Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu, dengan prediksi peningkatan cadangan minyak sebesar 1,1 juta barel untuk pekan yang berakhir 1 November, lebih rendah dari lonjakan 13,9 juta barel pada periode sama tahun lalu. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi