KABARBURSA.COM – Harga minyak menanjak pada Senin, 13 Oktober 2025, setelah adanya kepastian bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada akhir Oktober.
Pernyataan ini meredakan ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia yang sempat mendorong harga minyak mentah menuju level terendah lima bulan pada Jumat lalu.
Seperti dilansir Reuters, futures Brent naik 59 sen atau 0,9 persen menjadi USD 63,32 per barel, sementara futures West Texas Intermediate (WTI) AS juga ditutup naik 59 sen, atau 1 persen, di level USD 59,49 per barel.
Kedua kontrak sempat anjlok sekitar 4 persen pada Jumat lalu setelah Trump sempat mengancam membatalkan pertemuan dengan Xi dan memberlakukan tarif baru yang tajam terhadap impor dari China.
Namun, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menegaskan pada Senin bahwa pertemuan kedua pemimpin tetap akan digelar di Korea Selatan pada akhir Oktober. Bessent juga menekankan adanya komunikasi intens antara kedua pihak selama akhir pekan.
“Kami telah berhasil meredakan ketegangan secara signifikan,” ujar Bessent dalam wawancara dengan Fox Business Network.
Analis DBS, Suvro Sarkar, menilai bahwa aksi jual di pasar kini mulai terbatas karena kesediaan Washington dan Beijing untuk berunding. Prospek jangka pendek akan sangat bergantung pada hasil akhir pembicaraan perdagangan.
Harga minyak sempat terpuruk pada Maret dan April di puncak ketegangan perdagangan kedua negara. Menurut analis PVM Energy, “Setiap penurunan perdagangan internasional hanya akan memberikan tekanan negatif bagi harga minyak.”
Dari sisi permintaan, impor minyak mentah China pada September tercatat naik 3,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai 11,5 juta barel per hari, menurut data bea cukai.
Sementara itu, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mempertahankan proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global yang relatif tinggi untuk tahun ini dan tahun depan.
Dalam laporan bulanan Senin, OPEC memperkirakan defisit pasokan minyak akan jauh lebih kecil pada 2026, seiring langkah kelompok OPEC+ untuk terus menambah produksi.
Di sisi geopolitik, harapan perdamaian di Timur Tengah membatasi kenaikan harga minyak. Kelompok militan Palestina, Hamas, membebaskan 20 sandera Israel terakhir pada Senin, sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi AS.
Trump menyebut peristiwa ini sebagai “fajar historis Timur Tengah baru” setelah dua tahun perang di Gaza. Namun, para pedagang masih menunggu bukti perdamaian yang bertahan sebelum memasukkan faktor ini ke perhitungan harga minyak, catat analis PVM.
“Pasar minyak tetap skeptis, menilai dengan harga, apakah kekerasan baru-baru ini akan memberi pengaruh bullish. Pasar juga akan menunggu bukti gencatan senjata yang bertahan lebih dari beberapa hari,” tambah mereka. (*)