Logo
>

Kepemilikan Asing di SBN Terus Menyusut, Domestik Ambil Alih

Kondisi ini menunjukkan selera asing terhadap aset berdenominasi rupiah masih terbatas

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Kepemilikan Asing di SBN Terus Menyusut, Domestik Ambil Alih
Ilustrasi Surat Berharga Negara (SBN). Foto: Dok KabarBursa.com

KABARBURSA.COM - Kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara (SBN) kembali merosot. Per 17 September 2025, nilainya hanya tersisa Rp919,3 triliun, level terendah sejak Juli lalu.

Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, mencatat, sepanjang bulan September investor asing telah melepas portofolio SBN hingga Rp34,6 triliun. Menurutnya, kondisi ini menunjukkan selera asing terhadap aset berdenominasi rupiah masih terbatas.

Sebaliknya, investor domestik justru memperkuat posisinya. Perbankan menjadi pilar utama dengan kepemilikan SBN mencapai Rp1.376,8 triliun, naik Rp40,2 triliun hanya dalam bulan September. Dukungan tambahan juga datang dari sektor asuransi dan dana pensiun yang menambah kepemilikan hingga Rp12,8 triliun, seiring derasnya likuiditas yang digelontorkan pemerintah.

Rully menambahkan, derasnya permintaan pada instrumen jangka pendek berimbas pada penurunan imbal hasil. Yield SBN tenor pendek terkoreksi menjadi 4,95 persen akibat aliran dana yang semakin deras masuk ke segmen tersebut.

BI memangkas penyerapan Surat Berharga Rupiah Bank Indonesia

Bank Indonesia memangkas penyerapan Surat Berharga Rupiah Bank Indonesia (SRBI) pada lelang Jumat, 19 September, menjadi Rp14 triliun. Angka ini lebih rendah dibanding Rp15 triliun pada lelang sebelumnya.

Penurunan tersebut diiringi turunnya imbal hasil yang dimenangkan, sejalan dengan keputusan BI memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,0 persen dalam Rapat Dewan Gubernur pekan lalu.

Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, menuturkan imbal hasil SRBI tenor 12 bulan terkoreksi menjadi 4,78 persen dari posisi 5,08 persen sepekan sebelumnya. Untuk tenor 9 bulan dan 6 bulan, imbal hasil ikut melemah ke 4,80 persen dan 4,76 persen, dari sebelumnya 5,07 persen dan 5,06 persen.

Rully menjelaskan, langkah ini tak terlepas dari tekanan pelemahan rupiah yang berlanjut hingga akhir pekan. Pada Jumat, 19 September, kurs rupiah ditutup melemah 0,5 persen ke level Rp16.588 per dolar AS, bersamaan dengan penguatan indeks dolar ke posisi 97,64.

Investor asing pun masih terlihat mengurangi kepemilikan di instrumen SRBI.

Rully menambahkan, depresiasi rupiah terjadi seiring tekanan yang juga dialami sejumlah mata uang utama dunia. Dalam tiga hari terakhir perdagangan pekan lalu, Euro mencatat depresiasi kumulatif 1 persen, sementara Poundsterling melemah lebih dalam hingga 1,3 persen.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Pramirvan Datu

Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.