KABARBURSA.COM – Kementerian Perdagangan (Kemendag) menggandeng PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan anak usahanya, PT Reska Multi Usaha (KAI Services), untuk membuka peluang pasar bernilai lebih dari Rp5,6 triliun per tahun bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sektor pangan. Nilai tersebut berasal dari potensi konsumsi pangan 16 juta penumpang antarkota per bulan yang menjadi captive market jaringan bisnis KAI Services.
Sinergi strategis ini diwujudkan melalui kegiatan business matching di Auditorium Kemendag, Jakarta, pada akhir September lalu. Acara tersebut mempertemukan 25 UMKM pangan terkurasi dengan jajaran manajemen PT KAI dan KAI Services, menghadirkan produk unggulan seperti makanan ringan, minuman siap saji, serta bumbu masak lokal.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Iqbal S. Shofwan, menegaskan kolaborasi ini merupakan komitmen pemerintah dalam memperluas kanal distribusi produk UMKM ke segmen konsumen yang lebih besar. “Fokus perluasan kali ini diarahkan ke pasar captive market KAI Services yang mencapai 16 juta penumpang per bulan,” ujar Iqbal melalui pernyataan resminya pada Selasa, 7 Oktober 2025.
Iqbal menjelaskan, kolaborasi tersebut diharapkan memperkuat rantai pasok pangan nasional dan mempercepat penetrasi produk UMKM ke jaringan distribusi modern. “Kami berharap produk-produk unggulan ini dapat segera hadir dan dinikmati oleh seluruh penumpang kereta api di Indonesia,” tambahnya.
Menurut data Kemendag, sektor makanan domestik memiliki potensi pertumbuhan yang menjanjikan dengan pendapatan mencapai USD 353,7 juta atau sekitar Rp5,6 triliun pada 2025, serta proyeksi pertumbuhan 6,88 persen per tahun hingga 2030. “Kolaborasi dengan KAI Services memberikan peluang besar bagi UMKM pangan kemasan untuk mengisi pasar domestik yang nilainya terus meningkat,” kata Iqbal.
Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Utama KAI Services, Ririn Widi Astutik, menyambut baik kerja sama strategis tersebut. Menurutnya, sinergi dengan Kemendag menjadi langkah penting untuk menghadirkan produk UMKM sebagai bagian dari pengalaman perjalanan penumpang. “Kami ingin menjadikan produk UMKM khas Indonesia sebagai bagian dari identitas layanan KAI, baik di atas kereta maupun di area stasiun,” ujar Ririn.
Ia menambahkan, kerja sama ini juga membuka peluang penjualan bagi UMKM melalui berbagai kanal, mulai dari sales on train, gerai Loko Cafe dan Loco Cafe Go, hingga platform e-commerce. “UMKM akan memperoleh akses pasar yang lebih luas, sementara pelanggan KAI mendapatkan produk pangan berkualitas dengan cita rasa khas Indonesia,” jelasnya.
Salah satu pelaku UMKM peserta business matching, Ratna Amalia dari Amalia Snack n Cooking, mengaku optimistis program ini dapat mempercepat pertumbuhan usahanya. “Usaha kami masih baru, dan melalui kegiatan ini kami bisa menembus jaringan distribusi yang selama ini sulit dijangkau,” ujar Ratna.
Ke depan, Kemendag berencana melanjutkan kegiatan serupa di wilayah Jawa Tengah untuk menjaring lebih banyak pelaku UMKM potensial. Pemerintah menargetkan model kolaborasi BUMN–UMKM ini menjadi bagian dari ekosistem ekonomi berkelanjutan yang memperkuat struktur pasar domestik.
Dari sisi makroekonomi, kerja sama Kemendag dan KAI diharapkan mendorong peningkatan output industri makanan olahan hingga 3 persen per tahun. Dengan basis pasar yang besar dan model kemitraan berbasis ekosistem, inisiatif ini berpotensi menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan penciptaan lapangan kerja baru di sektor pangan kemasan nasional.(*)