KABARBURSA.COM – Optimisme pasar terhadap siklus baru komoditas belum sepenuhnya beresonansi ke lapangan. Di saat analis memperkirakan harga batu bara dan logam telah menyentuh dasar, pelaku industri justru masih menahan diri. Biaya operasional yang menanjak dan regulasi yang tak kunjung pasti membuat perusahaan tambang berpikir ulang untuk ekspansi.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Indonesia (API) atau Indonesia Mining Association (IMA), Hendra Sinadia, menyebut tekanan di industri bukan semata soal harga. Menurut dia, margin keuntungan perusahaan kian tergerus karena lonjakan beban usaha.
“Selain harga yang turun, yang lebih mengkhawatirkan saat ini adalah beban biaya usaha yang semakin besar,” ujarnya kepada KabarBursa.com, di Jakarta, Kamis, 5 Juni 2025.
Menurut Hendra, kombinasi antara harga komoditas yang melemah dan tekanan biaya operasional berdampak langsung terhadap margin keuntungan perusahaan tambang. Banyak perusahaan, kata dia, terpaksa meninjau ulang rencana investasinya. “Beban biaya operasi ditambah harga yang sedang turun otomatis menekan profit margin perusahaan,” kata Hendra.
Hendra pun menyoroti tantangan utama sektor tambang bukan hanya soal pasar, tetapi juga berasal dari ranah kebijakan. Ketidakpastian regulasi menjadi faktor paling krusial yang membuat pelaku usaha menahan diri. “Faktor ketidakpastian terutama dari regulasi atau kebijakan,” ujarnya..
Harga Batu Bara Acuan Juni 2025 Turun Tajam
Di sisi lain, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan Harga Batu Bara Acuan (HBA) periode pertama Juni 2025 di angka USD100,97 per ton (setara Rp1.665.905). Angka tersebut turun USD9,41 dari bulan sebelumnya yang berada di level USD110,38 per ton (Rp1.820.270).
Jika dibandingkan dengan Juni tahun lalu, penurunan lebih terasa. HBA pada Juni 2024 tercatat sebesar USD123 per ton (Rp2.029.500), yang berarti koreksi tahunan mencapai USD22,03 atau sekitar 17,91 persen.
HBA digunakan sebagai dasar penghitungan Harga Patokan Batu Bara (HPB) untuk batu bara berkalori tinggi (di atas 6.000 kcal/kg GAR). Penetapan ini mengacu pada Keputusan Menteri ESDM Nomor 72 Tahun 2025 dan berlaku untuk periode 1–14 Juni.
Berikut rincian HBA menurut jenis kalori:
- HBA (6.322 kcal/kg GAR): USD100,97 per ton
- HBA I (5.300 kcal/kg GAR): USD77,59 per ton
- HBA II (4.100 kcal/kg GAR): USD50,08 per ton
- HBA III (3.400 kcal/kg GAR): USD35,47 per ton
Penghitungan HBA periode kedua akan dilakukan berdasarkan harga jual aktual yang tercatat di sistem ePNBP Minerba untuk memastikan akurasi pembayaran royalti dan mencerminkan kondisi pasar.
Di pasar global, harga futures batu bara Newcastle sempat menguat mendekati USD105 per ton pada awal Juni. Berdasarkan data Trading Economics, level ini melanjutkan tren pemulihan dari titik terendah empat tahun di USD93,7 per ton pada akhir April. Kenaikan ini dipicu oleh gangguan pasokan, termasuk terganggunya ekspor dari produsen utama Australia, Whitehaven, akibat cuaca buruk.
Namun secara keseluruhan, harga masih melemah hampir 20 persen sepanjang tahun berjalan. Penyebab utamanya adalah pergeseran bauran energi ke sumber terbarukan serta musim dingin yang lebih hangat di China yang menekan kebutuhan pemanas. Imbasnya, pembangkit listrik berbasis batu bara di Negeri Tirai Bambu tersebut turun 4,7 persen pada kuartal pertama, sementara impor batu bara termal anjlok 13,1 persen secara tahunan menjadi 91,5 juta ton hingga April 2025.
Dari sisi pasokan, Indonesia mencatatkan rekor produksi batu bara sebesar 836 juta ton pada 2024, melampaui target awal hingga 18 persen. Sementara itu, China juga diproyeksikan meningkatkan outputnya sebesar 1,5 persen menjadi 4,82 miliar ton tahun ini, setelah mencetak rekor produksi tahun lalu. Meski pasokan melimpah, permintaan global diperkirakan tetap terbatas seiring percepatan investasi ke energi alternatif.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.