Logo
>

Ketua The Fed: Waktunya Tiba untuk Pelonggaran Moneter AS

Ditulis oleh Syahrianto
Ketua The Fed: Waktunya Tiba untuk Pelonggaran Moneter AS

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, mengungkapkan bahwa "waktunya telah tiba" bagi bank sentral Amerika Serikat (AS) untuk menurunkan suku bunga. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya risiko di pasar tenaga kerja dan inflasi yang semakin mendekati target 2 persen, memberikan sinyal jelas bahwa kebijakan pelonggaran moneter akan segera diimplementasikan.

    "Dengan risiko inflasi yang tinggi semakin berkurang dan meningkatnya risiko terhadap lapangan kerja, saatnya untuk menyesuaikan kebijakan," ujar Powell dalam pidato pentingnya pada konferensi ekonomi tahunan Federal Reserve Kansas City di Jackson Hole, Wyoming, Jumat, 23 Agustus 2024.

    "Perubahan kebijakan sudah di depan mata. Keputusan terkait waktu dan besaran penurunan suku bunga akan bergantung pada data yang masuk, perkembangan prospek, dan keseimbangan risiko yang ada," sambung Powell.

    Menekankan dua mandat yang diberikan Kongres kepada The Fed, Powell menyatakan bahwa keyakinannya semakin kuat bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju target 2 persen, setelah sebelumnya sempat mencapai sekitar 7 persen selama pandemi COVID-19, sementara tingkat pengangguran juga meningkat.

    Powell juga menjelaskan bahwa kenaikan hampir satu persen dalam tingkat pengangguran selama setahun terakhir ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan pasokan tenaga kerja dan perlambatan dalam perekrutan, bukan karena lonjakan PHK. Meski begitu, ia menekankan bahwa The Fed berusaha mencegah penurunan lebih lanjut di pasar tenaga kerja—mengindikasikan bahwa fokus untuk "mengorbankan" pasar tenaga kerja demi mengendalikan inflasi kini sudah tidak relevan lagi.

    "Sebelum kejadian ini, sebagian besar orang Amerika yang hidup saat ini tidak merasakan dampak buruk dari inflasi yang tinggi dalam jangka waktu yang lama. Inflasi menimbulkan kesulitan besar, terutama bagi mereka yang paling tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan, perumahan, dan transportasi yang biayanya lebih tinggi," jelas Powell.

    "Inflasi yang tinggi memicu stres dan rasa ketidakadilan yang masih melekat hingga saat ini," imbuhnya.

    Dengan tingkat pengangguran saat ini berada di sekitar 4,3 persen, Powell menilai angka ini konsisten dengan stabilitas inflasi dalam jangka panjang.

    "Kami tidak mengharapkan atau menginginkan pelemahan lebih lanjut dalam kondisi pasar tenaga kerja," kata Powell.

    "Kami akan melakukan segala yang bisa dilakukan untuk mendukung pasar tenaga kerja yang kuat sambil tetap bergerak menuju stabilitas harga. Dengan penyesuaian kebijakan yang tepat, ada alasan kuat untuk percaya bahwa ekonomi dapat kembali ke target inflasi 2 persen tanpa harus mengorbankan pasar tenaga kerja yang solid," jelasnya, menambahkan.

    Memasuki Babak Baru

    Pernyataan Powell ini hampir seperti menyatakan kemenangan atas lonjakan inflasi yang sempat melanda ekonomi di awal pandemi.

    Kenaikan harga yang cepat mendorong The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan dari hampir nol ke kisaran 5,25 persen-5,50 persen, yang merupakan level tertinggi dalam 25 tahun terakhir.

    Suku bunga ini telah dipertahankan selama lebih dari satu tahun meskipun ekonomi terus tumbuh, inflasi menurun, dan prediksi resesi seringkali tidak terbukti—menunjukkan kemungkinan "soft landing" dengan segera berakhirnya periode suku bunga tinggi.

    "Walaupun tugas ini belum selesai, kami telah membuat banyak kemajuan," ungkap Powell mengenai upaya pemulihan stabilitas harga. The Fed mendefinisikan stabilitas harga sebagai inflasi di level 2 persen yang diukur oleh indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE). Saat ini, indeks tersebut menunjukkan tingkat inflasi tahunan sebesar 2,5 persen.

    Pidato Powell di Jackson Lake Lodge, Taman Nasional Grand Teton, Wyoming, di hadapan bankir sentral dan ekonom, memperkuat pandangan kebijakan moneter global yang sudah diantisipasi oleh pasar.

    Komentar Powell menegaskan keputusan-keputusan yang sudah diisyaratkan sebelumnya oleh hasil pertemuan The Fed pada Juli, yang menunjukkan bahwa sebagian besar pembuat kebijakan setuju bahwa pemotongan suku bunga kemungkinan besar akan dimulai bulan depan.

    Namun, nada tegas dari Powell kali ini menegaskan bahwa The Fed sedang memulai babak baru dalam kebijakan moneter.

    Meskipun begitu, Powell tidak memberikan banyak rincian tentang bagaimana The Fed akan membuat keputusan-keputusan kebijakan di masa depan seiring dengan pelonggaran yang dinantikan ini.

    Seperti banyak pidatonya sebelumnya di Jackson Hole, sebagian besar pernyataan Powell kali ini bersifat penjelasan.

    Dia menggambarkan gabungan guncangan penawaran dan permintaan yang menyebabkan lonjakan inflasi di awal pandemi, mengapa inflasi bertahan lebih lama dari perkiraan awal, dan bagaimana pembalikan guncangan tersebut memungkinkan inflasi turun tanpa terlalu merusak pasar tenaga kerja.

    Pejabat The Fed akan mengumumkan proyeksi ekonomi terbaru pada pertemuan mereka pada 17-18 September mendatang, yang akan memberikan wawasan lebih lanjut mengenai bagaimana mereka memproyeksikan perkembangan suku bunga ke depan. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.