Logo
>

Kilau Emas Meredup, Tergerus Kabar Pertemuan Trump-Xi

Emas dunia alami koreksi setelah reli 10 pekan, dipicu data inflasi AS dan prospek damai dagang Trump–Xi yang tekan permintaan aset safe haven.

Ditulis oleh Yunila Wati
Kilau Emas Meredup, Tergerus Kabar Pertemuan Trump-Xi
Ilustrasi: sebongkah emas batangan. (Foto: Pexels/Michael Steinberg)

KABARBURSA.COM - Harga emas dunia mengalami koreksi tajam minggu ini setelah reli panjang selama sepuluh pekan berturut-turut. Meskipun pada Jumat waktu setempat, 24 Oktober 2025, harga berhasil memangkas sebagian kerugian akibat data inflasi Amerika Serikat yang sedikit lebih rendah dari perkiraan, emas tetap mencatat penurunan mingguan lebih dari 3 persen. Penurunan ini menjadi yang terburuk dalam lebih dari dua bulan. 

Situasi ini mencerminkan adanya perubahan sentimen pasar, dari euforia ke fase penyesuaian. Pelaku pasar mulai mengambil untung setelah reli agresif yang sempat membawa harga ke rekor tertinggi baru di USD4.381 per ons, di awal pekan ini.

Data inflasi AS menjadi titik kunci pergerakan harga. Inflasi inti September yang hanya naik 3,0 persen year-on-year (sedikit di bawah ekspektasi 3,1 persen), memberi sinyal bahwa tekanan harga mulai mereda. 

Angka ini memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada pertemuan pekan depan. Kemungkinan besar, the Fed kembali melonggarkan kebijakan moneter pada Desember. 

Penurunan suku bunga biasanya menjadi kabar baik bagi emas, karena mengurangi biaya peluang untuk menahan aset tanpa imbal hasil. Namun, kali ini dampaknya tertahan oleh aksi ambil untung besar-besaran dan pergeseran fokus investor menuju aset berisiko.

Konfirmasi Pertemuan Trump-Xi, Lunturkan Kilau Emas

Selain faktor makroekonomi, dinamika geopolitik juga memainkan peran penting dalam mengubah arah pasar logam mulia. Konfirmasi dari Gedung Putih bahwa Presiden AS Donald Trump akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada minggu depan, menandai potensi meredanya ketegangan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia. 

Diketahui, ketegangan dagang AS-China selama ini menjadi bahan bakar utama reli harga emas sepanjang tahun. Karenanya, prospek perdamaian dagang tersebut menekan permintaan aset safe haven, termasuk emas. Isu ini justru mendorong sebagian investor untuk memindahkan dana mereka ke pasar saham dan obligasi korporasi.

Di tengah perubahan sentimen ini, beberapa analis memperingatkan risiko koreksi lanjutan. Phillip Streible dari Blue Line Futures menilai, apabila harga emas menembus level psikologis USD4.000 per ons, maka pasar berpotensi mengalami tekanan jual tambahan yang bisa menyeret harga ke kisaran USD3.850. 

Angka tersebut menjadi area dukungan teknikal berikutnya. Yang artinya, ini mencerminkan pandangan bahwa pasar yang masih membutuhkan fase konsolidasi sebelum kembali melanjutkan tren naik jangka panjang.

Meskipun demikian, secara fundamental, emas masih berada dalam posisi yang kuat. Tahun ini harganya telah naik sekitar 55 persen. Kenaikan ditopang oleh pembelian besar-besaran oleh bank sentral dunia, ketidakpastian geopolitik global, serta ekspektasi pelonggaran moneter yang berkelanjutan. 

Namun reli sebesar ini juga menjadikan pasar rentan terhadap aksi jual sesekali ketika momentum jangka pendek mulai melemah.

Perak, Platinum, Paladium Kompak Meredup

Sementara itu, logam mulia lain turut terseret arus koreksi. Perak, yang biasanya bergerak seiring dengan emas, turun 0,6 persen menjadi USD48,65 per ons. Perak mencatat penurunan mingguan lebih dari enam persen. Tekanan terhadap perak lebih dalam karena logam ini juga memiliki sisi industri yang sensitif terhadap prospek ekonomi global. 

Platinum melemah satu persen menjadi USD1.608,77, sementara palladium terkoreksi 0,5 persen ke USD1.450,05. Performa logam-logam ini menunjukkan bahwa pasar sedang berada dalam fase “risk-on” moderat, di mana permintaan terhadap aset aman menurun seiring munculnya optimisme hati-hati terhadap prospek ekonomi.

Dengan latar belakang tersebut, sentimen pasar saat ini berada dalam kondisi ambivalen. Di satu sisi, harapan terhadap pemangkasan suku bunga memberikan dukungan fundamental bagi emas. Di sisi lain, optimisme atas meredanya ketegangan dagang dan keinginan investor untuk mengamankan keuntungan setelah reli Panjang, menekan harga. 

Kombinasi ini membuat emas dan logam mulia lainnya memasuki fase konsolidasi yang sehat setelah reli spektakuler sepanjang tahun. Jika koreksi ini tertahan di atas area USD3.850–USD4.000 dan data ekonomi global tetap mendukung penurunan suku bunga, emas kemungkinan besar akan menemukan pijakan baru untuk melanjutkan tren bullish jangka menengah menjelang 2026.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79